BAB 16

78 5 0
                                    

"Hari ini dan seterusnya lo harus berangkat ke sekolah bareng gue, titik gak pake koma!" ujar Zergan dengan penuh penekanan.

Keyza membulatkan matanya sempurna, roti yang akan masuk ke dalam mulutnya ia urungkan. "Apaan sih, gak mau! nanti orang lain curiga tau!" pekik Keyza.

"Jadi lo nolak? oke-oke. Kita cari kontak Mama," ucap Zergan sambil mengetik nama Mama mertua di ponselnya.

Keyza semakin geram di buatnya, sudah berani ia mengadu ke Mama. Keyza berusaha merebut ponsel Zergan, namun Zergan tidak akan membiarkan itu terjadi.

"Eits... jangan ambil." Zergan berdiri ia mengangkat tangannya agar Keyza tidak mudah meraih ponsel di tangannya.

"Apaan sih kok jadi ngadu ke Mama, Zergan siniin hp lo!" Keyza berjinjit berusaha meraih ponsel Zergan, namun nihil.

"Pilih berangkat bareng sama gue, atau... gue ngadu ke Mama dan lo bakal di marahin," ucap Zergan sambil memicingkan matanya.

Keyza berdecak kesal, ia melengkungkan bibirnya. "Oke gue mau berangkat sama lo, awas aja lo ngadu yang aneh-aneh ke Mama!"

Zergan tersenyum sumringah, ia mengedipkan sebelah matanya kepada Keyza.

****

Sepanjang perjalanan, kedua tangan Keyza bersidekap di depan dada. Pandangannya ia arahkan ke jendela mobil sambil menatap jalanan yang mulai ramai. Sementara Zergan, hanya sesekali melirik ke arah Keyza sambil tersenyum menahan tawanya.

Kini mobil Zergan sudah sampai di parkiran khusus mobil di sekolah, Zergan lebih dulu turun lalu membukakan pintu mobil untuk Keyza.

"Gue bisa sendiri!" ujar Keyza.

Sepasang mata menatap pada Keyza dan Zergan, siswi-siswi yang pandai menggosip langsung saling berbisik ketika melihat Keyza turun dari mobil sang guru muda.

Merasa dirinya menjadi pusat perhatian, Keyza berjalan cepat melangkahkan kakinya dengan lebar.

"Enak ya jadi pacar guru, berangkat sekolah aja di anterin. Pake mobil mewah lagi," celetuk salah satu siswi saat Keyza berjalan melewatinya.

Keyza menarik nafas panjang lalu membuangnya, ia harus sabar menghadapi mulut-mulut julid. Ini semua gara-gara Zergan, dirinya harus menerima dua kali hujatan dari siswa-siswi.

****

"Selamat pagi Pak Zergan," ucap Anggita saat Zergan baru saja memasuki ruang guru.

Kebetulan meja Zergan dan Anggita bersebelahan, maka dari itu Anggita lebih bisa mendekati Zergan.

Zergan hanya memberikan senyuman tipis, lalu duduk dan membuka laptopnya. Malas sekali saat Anggita terus saja mendekatinya.

"Kalo boleh tau, siswi yang tadi berangkat bareng sama Bapak siapa?" tanya Anggita.

"Istri."

Anggita tertawa sambil menepuk pundak Zergan, ia tidak percaya pikirnya mungkin Zergan hanya bercanda.

"Ah Bapak pagi-pagi udah ngelawak," ucap Anggita yang masih di barengi gelak tawa.

"Ya sudah kalo tidak percaya." Zergan berkata sambil terus fokus mengetik di keyboard laptopnya.

Anggita bergeming, di dalam lubuk hatinya ia masih tidak percaya dengan ucapan Zergan.

Di detik yang sama, namun di tempat yang berbeda. Seorang wanita cantik dengan dress selutut dan menampilkan lekuk tubuhnya, sedang berdiri menatap rumah Zergan yang besar dan sedikit tertutup oleh gerbang yang menjulang tinggi.

MY TEACHER MY HUSBAND (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang