Happy reading💋
____________________Malam ini Bara belum diperbolehkan pulang. Kata dokternya luka Bara bisa saja mengalami pendarahan lagi. Oh ya, tadi sore Baa mengalami pendarahan cukup hebat dari punggungnya.
Dia sekarang sedang tidur. Setelah pendarahan tadi, Bara sering mengeluh pusing. Ya iyalah orang darahnya keluar banyak gitu. Pengen aku ngomong gitu ke telinganya. Tapi aku akan sangat kurang ajar jika benar melakukannya kepada suamiku sendiri.
"Bara nya tidur ya, Rel?" Aku melihat Mama Ila yang barusaja tiba. "Abis makan obat, Ma." jawabku.
Beliau mendekati Bara dan mengelus dahinya. Seperti anak kecil yang mengaduh dahinya panas. Setelah itu dia menggenggam tanganku.
"Kamu belum makan 'kan, Rel?" Beliau membuka kresek yang didalamnya berisi ayam Richeese. Gak mamanya gak anaknya, sama-sama giving gifts banget ya kan. Sekarang aku tau nih love language nya Bara turun dari mana.
"Kamu makan dulu, mumpung Bara tidur."
Kalau aja Bara nggak tidur, udah aku godain nih pakai ayam Richeese ini. Emang enak makan masakan rumahsakit yang hambar?
Tapi aku kasian juga sama Bara. Gak kebayang sakitnya gimana ketimpa besi proyek yang besar-besar. Untung hanya melukai punggungnya, kalau sampai melukai kepalanya bisa bahaya. Takutnya ke otak dan ke saraf.
"Mama kapan kesini?" Aku menatap kesal Bara. Kok udah bangun aja sih? Nasi aja baru masuk 5 suap. Paha juga belum abis ini, Bar. Yuk tidur lagi yuk.
"Loh, kok udah bangun aja." Bener tuh Ma. Anak Mama kenapa udah bangun aja. Padahal aku mau rebahan dulu tadi.
"Perlu sesuatu Bar?" tawarku sembari mendekatinya.
Hei, sekesal apapun aku padanya, disini masih ada Mama yah. Aku harus jadi menantu yang baik didepannya.
"Ngga, udah makan aja." Aku menatapnya kesal. Dia terkekeh sambil mengangkat alisnya. Senyumnya bisa biasa aja gak Pak? Hati saya melting lama-lama disenyumin gitu.
"Kalau butuh apa-apa panggil Mama aja, Bar. Kasian istrimu belum makan dari tadi." Aku jadi tinggi hati nih kalau gini. Serasa orang paling capek ngurus Bara. Tapi emang iya sih. Aku juga kaget sama sikap Bara yang sedikit manja. Efek sakit kayaknya ya.
"Laptop gue ada disini gak, Rel?"
"Ada." jawabku sambil meraih laptop apple Bara. Aku hendak beranjak namun Mama lebih dulu merampasnya.
"Kamu Abisin dulu makannya." katanya sambil berjalan ke arah Bara.
"Udah hampir sebulan nikah manggilnya masih lo gue." ujar beliau menatapku dan Bara.
"Jangan dibiasin gitu nanti keterusan." Aku menatap Bara yang juga menatapku.
"Iya Ma."
"Coba panggilnya aku kamu. Kan lebih enak didenger." Aku terkekeh kecil melihat Bara yang mengangguk patuh ketika kepalanya diusap. Benar-benar seperti anak kecil. Gemes banget tolong.
"Nanti Oma kamu kesini. Panggilnya jangan lo gue yah."
"Oma kapan ke Indo?"
"Sekarang Papa lagi jemput ke Bandara." Mama menatapku. "Kamu belum ketemu Oma 'kan, Rel?" Aku menggeleng. Memang dulu saat akad, Oma Bara gak datang. Katanya lagi sakit di Belanda. Kayaknya sekarang udah sembuh makanya ke Indo.
Oh ya guys, Bara itu ada keturunan Belanda loh. Oma Bara nikah sama suaminya yang asli Belanda. Makanya sekarang Oma stay disana. Padahal suaminya sudah meninggal. Mungkin Oma tidak mau melupakan kenangan bersama suaminya. Makanya beliau tetap tinggal disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Husband
Short StoryGini ya rasanya jadi istri arsitek ganteng. Yuk simak! xxxx Nikah muda sama sekali tidak diharapkan oleh Bara dan Aurel. Bara yang fokus memajukan perusahaannya dan Aurel yang berjuang mendapat gelar...