KAMAR BARA

312 127 108
                                    

BARA AUREL SUDAH BISA KALIAN BACA YA❗️❗️
Jangan lupa vote dan komen yaaaa💅

BARA AUREL SUDAH BISA KALIAN BACA YA❗️❗️Jangan lupa vote dan komen yaaaa💅

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.
.
.

Aku terkekeh ketika melihat poto album milik Bara. Dari mulai dia bayi, balita, sampai ketika ia dewasa. Potonya tidak berbeda dengan yang kulihat di ruang kerjanya, hanya disini lebih banyak dan lengkap.

Sekarang aku sedang di rumah Mama Ila, tepatnya di kamar Bara. Aku pertama kali loh kesini, mana sendirian lagi. Sepulang kuliah, aku langsung kesini. Seru banget disini, aku jadi tahu Bara lebih dalam.

Aku cukup kaget melihat foto waktu Bara masih bayi. Bule banget. Kalian juga pasti pangling kalau lihat perbedaan Bara dulu dan Bara sekarang.

Kamar Bara ini tidak seluas kamarku. Padahal dibandingkan rumah Papaku, rumah Mama Ila ini lebih dua kali lipat besarnya.

"Rel, ayo makan dulu." Aku terkesiap ketika Mama Ila menghampiriku. Terlalu fokus nih si Aurel makanya gak denger suara Mama ketuk pintu.

"Mama kira kamu tidur." Beliau mendekatiku.

"Aurel lagi lihat ini." Beliau terkekeh dan mengusap rambutku. "Foto Bara waktu kecil, yah?" Aku terkekeh dan mengangguk.

Aku beralih pada foto Bara yang berdiri saling rangkul dengan teman tim bolanya. "Dia dulu seneng banget main bola."

"Lucu banget, Ma. Orang-orang pada bungkuk dia malah tegak sendiri." Mama Ila tertawa. "Dia emang suka beda sendiri."

Jika kuperhatikan, Bara itu plek ketiplek Mama banget. Apalagi jika dia sedang tersenyum memamerkan giginya. "Bara mirip mama banget."

"Masa? Kata orang, Bara mirip Papanya."

"Senyum mama sama banget kayak Bara." Aku terkekeh ketika Mama tertawa renyah. Tuhkan, Bara banget.

Kami terdiam ketika dering dari hp Mama berbunyi. Bara ternyata.

"Halo, Ma."

"Udah makan, Bar?" tanya Mama.

"Udah barusan sama Nic." Beneran sama Nic gak tuh? Aku takut dia tiba-tiba punya simpanan disana. Gini-gini juga aku gak mau dimadu yah.

"Aurel mana, Ma?"

Mama mengubah panggilan suara itu menjadi panggilan video, sehingga wajah Bara langsung terlihat olehku. Dia terkekeh ketika melihatku memeletinya.

My Perfect HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang