BARA & HUJAN

203 42 115
                                    


❗️Hallo semuanya aku kembali🙌🏻❗️

Happy 2k readers ya💋💋

Terimakasih sudah membaca & suppport cerita ini sampai sekarang, aku harap kita selalu bersama sampai cerita ini selesai. Jangan lupa selalu share dan vote cerita ini💯💯

.
.
.

Aku terbangun tanpa Bara disampingku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Aku terbangun tanpa Bara disampingku. Aku menatap jam dinding yang masih menunjukkan pukul 06.30. Kemana perginya Bara sepagi ini? Tadi malam pun aku tidur sendiri tanpa dia disisiku. Aku pikir saat bangun nanti dia akan ada di sampingku dan tersenyum manis seperti biasanya, namun ternyata tidak.

Aku bangkit dan menyibak selimutku sebelum pergi ke bawah mencari Bara.

Bara

lo dmn?

Aku berdecak karena dia tidak membalas pesanku. Aku pergi ke kamar Karel. Dia juga tidak ada di kamarnya.

Aku mengernyit mendengar suara pekikan dan tawa renyah seseorang dari lantai bawah. Aku bergegas mengeceknya.

"Gue bisa gaya lumba-lumba, Kak. Lo bisa gaya apa?"

"Semua gaya gue bisa."

"Sombong amat najis kayak si Aurel."

"Yang sopan lo sama Kakak." Aku menatap tajam Karel yang terkejut. Anak ini memang sangat tidak sopan.

Aku pikir mereka kemana, ternyata lagi berenang. Gila yah sepagi ini berenang. Orang lain mah jam segini tuh ngopi biar hangat.

"Sini Kak, ikutan."

"Gak mau, dingin."

"Baru bangun tidur yah? Pantesan muka nya kayak babi." Aku melotot tak terima. Tolong jodohkan Karel dengan Gigi atau Gea saja! Aku muak dengannya.

"Lo kok bisa-bisanya nikah sama babi kayak gitu, Bang? Gak rugi lo?"

"Engak, soalnya dia tiap malam keliling." Mereka berdua tertawa lepas. Aku berdecak. Gak adik gak suami, sama-sama gila.

"Sini." Aku menggeleng menjawab Bara. Dia terlihat lebih tampan ketika bercanda dengan Karel yang menyipratkan air ke wajahnya. Aku terseyum tipis melihatnya.

Aku tertarik untuk lebih lama menatap wajah tampan itu. Dia yang merasa diperhatikan pun ikut menatapku. Kami berdua terkekeh. Kebiasaan nih.

My Perfect HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang