Hallo semuanya🙌🏻
Bara Aurel sekarang sudah up yaa❗️❗️
Jangan lupa pencet bintang dan beri komentar🌟🌟🌟enjoy💅
.
.
.
.
Hampir 15 menit aku menunggu Bara di halte dekat kampus. Sedari tadi udara dingin menerpa kulitku seiring dengan rintik hujan yang turun dari langit.Maaf ya Bar, lo dari tadi gue umpat terus, lagian lama banget sih timbang jemput doang.
Dia berjalan ke arahku dengan payung hitamnya. "Sorry tadi ada urgent."
Dia merangkulku lebih dekat dengannya. "Lama yah?"
"Lama banget." Dia menghela napas lalu membukakan pintu mobil untukku. Aku sudah tidak sekesal tadi sih, tapi pengen aja gitu isengin dia.
Dia menjalankan kembali mobil dan menatapku. "Udah makan belum?" Aku menggeleng. Lapar sih lapar, cuman kalau aku pergi makan dulu keburu dia kesini. Tapi kalau tahu gini mending aku tadi makan dulu aja di Caffe depan.
Hujan kali ini sangat deras. Bahkan komplek pinggir kampus akupun sudah terendam banjir sebetis.
Aku dan Bara tersentak mendengar suara dentuman yang nyaring dan decitan rem. Di depan kami ada anak kecil yang tergeletak dan seorang pengemudi motor yang juga terpental tak jauh dari anak kecil itu.
Aku buru-buru turun dari mobil tanpa memperdulikan hujan. Padahal aku sudah pernah bilang kan, aku tidak suka hujan.
Aku menatap prihatin anak kecil yang kuduga sedang berdagang tisu. Kepala anak itu mengeluarkan banyak darah.
Aku merobek baju bagian bawahku untuk menghentikan pendarahan kepala anak ini. Kulihat Bara dan pengemudi lain sedang menolong pengemudi motor yang menabrak anak ini.
Aku menatap anak laki-laki dalam pangkuanku, nafasnya sudah sangat melemah.
"Bar! Ayo bawa anak ini ke rumah sakit!"
Aku berlari menuju mobil membawa anak ini menuju rumahsakit. Aku takut pendarahan anak ini semakin parah.
Aku tidak tahu nama anak ini siapa, rumahnya dimana, dan nama orangtuanya siapa. Mataku terasa panas memikirkannya. Aku rasa anak ini anak dari keluarga yang tidak mampu atau bahkan anak yatim piatu, karena tadi dia membawa banyak tisu untuk dijual di tengah guyuran hujan yang sangat deras.
"Hati-hati, Bar."
Aku menatap Bara dari kaca dashboard. Dia juga menatapku. Kami bertatapan dengan pandangan yang sulit di artikan.
Ingatan singkat yang terjadi kemarin sore membuatku termenung kembali. Bagaimana yah keadaan anak itu. Aku belum sempat menjenguknya lagi hari ini. Kemarin setelah aku dan Bara sampai di UGD, aku tiba-tiba merasa lemas dan pusing, dan akhirnya aku tidak ingat apa-apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Husband
Short StoryGini ya rasanya jadi istri arsitek ganteng. Yuk simak! xxxx Nikah muda sama sekali tidak diharapkan oleh Bara dan Aurel. Bara yang fokus memajukan perusahaannya dan Aurel yang berjuang mendapat gelar...