Perlu waktu lama bagi Senin menuju Minggu. Dan perlu waktu singkat bagi Minggu menuju Senin. Kenapa gak adil banget sih? Rasanya baru satu menit yang lalu aku mengelabui Bara dari tukang ojol. Sekarang cowok itu sudah rapi dengan setelan kantor nya. Berbeda denganku yang masih berpiyama.
"Lo gak ke kampus." Aku menggeleng. "Nanti jam sepuluh."
Cowok itu mengangguk dan kembali melanjutkan sarapannya. Oh ya, aku baru saja tahu satu fakta tentang Bara. Ternyata dia itu orangnya gak sarapan friendly kayak aku. Dia itu tipikal orang yang skip breakfast dan makan tiap siang doang. Tapi aku lihat-lihat, semenjak kita nikah dia gak pernah absen sarapan tuh. Kenapa ya?
"Lo semester berapa?" tanyanya.
"Lima." jawabku dan dia hanya mengangguk. Dih, sok perhatian. Tapi emang dia perhatian sih. Buktinya kemarin dia ngasih aku dua atm haha.
Ngomong-ngomong tentang kuliah, aku jadi penasaran dia kuliah dimana. "Lo dulu kuliah dimana, Bar?"
"Di UNP." katanya. Jadi, dia waktu kuliah ngerantau dong?
"Oh yang pendaki meninggal itu ya?" Dia mengangguk.
"Eh Bar, waktu itu dari kampus lo emang banyak yang lagi muncak yah?" Dia kembali mengangguk.
"Terus kenapa lo gak ikut?" Dia langsung menatapku. Makanan yang tadinya dikunyah pun seketika berhenti.
"Lo mau gue ikutan mati?"
Aku melotot. Ini ucapanku yang to the point atau Bara yang cepat tangkap?
"M-maksud gue gak gitu." Dia menghela napas.
"Ah udahlah gak jadi." kataku malas. Niat ingin menjelaskan tapi Bara terus menatapku, aku jadi semakin gugupkan.
Kulihat dia mendengus lalu kembali makan. Lucu juga yah ngusilin dia. Hush, mikir apa aku ini.
"Oh ya, gue izin ke rumah Mama." ujarku ketika ingat pesan Mama tadi malam.
"Mama si-" Kupotong ucapannya dengan kekehan kecil. Kebiasaan nih si Aurel suka gak tamat ngomong. "Mama gue."
Dia mengangguk. "Pulangnya jam berapa?"
"Sore deh kayaknya. Soalnya gue bakal rapat dulu sama anak himpunan."
"Gue jemput."
"Gak usah. Gue bisa naik grab." tolakku. Bukan apa-apa ya, dia pasti sibuk kerja. Kemarin-kemarin aja dia pulangnya lewat magrib. Ditambah di rumah pun dia tetep kerja. Segitu sibuknya jadi arsitek sukses?
"Gue jemput aja, gue juga mau ketemu sama mereka." ujarnya. Dia menyudahi sarapannya.
"Gue berangkat dulu. Nanti jangan lupa kunci pintu." Aku mengangguk malas. Kayak nasehatin anak kecil aja!
Tiba-tiba tangannya mendekati wajahku. Kulihat dia dan tangannya bergantian.
"Salam." katanya.
Aku yang masih ngefreez ini hanya mengangguk. Kuraih tangannya dan menciumnya. Ini adalah kali keduaku mencium tangan Bara.
Minggu Baru, kebiagsaan baru, yakan??
Selepas kepergian Bara, aku kembali sarapan. Ditemani dengan bisingnya suara hati dan suara otakku yang mengagungkan Bara. Sopan lo begitu?
xxxx
Seperti yang kukatakan tadi pagi, sekarang aku berada di kampus. Mata kuliahku sudah habis, dan kini waktunya rapat himpunan. Sebelum rapat himpunan, tadi aku pergi ke mini atm untuk membayar UKT kuliah.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Husband
Short StoryGini ya rasanya jadi istri arsitek ganteng. Yuk simak! xxxx Nikah muda sama sekali tidak diharapkan oleh Bara dan Aurel. Bara yang fokus memajukan perusahaannya dan Aurel yang berjuang mendapat gelar...