Bab 10

830 69 9
                                    

Rayne masih sibuk dengan laporan pratikum nya saat terdengar ketukan di pintu lab biologi. Rayne mengalihkan pandangan dari buku-bukunya, mendapati pimpinan Fakultas Kedokteran berdiri di sana.

"Mr. Charlie, " Rayne mengangguk.

"Saya ingin bicara, bisa kita ngobrol sebentar? " Tanyanya.

Rayne mengangguk. Meminta waktu sebentar untuk merapikan mejanya sedikit lagi. Tidak sampai dua menit, Rayne menutup pintu lab biologi yang telah kosong. Kemudian berjalan di sisi Prof. Charlie tanpa banyak tanya.

Rayne pikir mereka hanya akan membahas tesisnya, barangkali diskusi usai kuliah tadi belum benar-benar selesai, Prof. Charlie adalah dosen pembimbing tesisnya.

Mereka berbicara di kafetaria. Memesan secangkir kopi, dan air putih untuk Rayne. Charlie tentu tahu soal rekam medis mahasiswanya itu.

"Direktur baru saja menandatangani proyek. Sebuah proyek ilmiah terbesar yang pernah dilakukan. Proyek mahal. Dan pastinya membutuhkan banyak sukarelawan" Ucap Charlie memulai pembicaraan.

Rayne meneguk minumnya dengan rasa penasaran.

"Setahun lalu dia melakukan penelitian terhadap penyebab penyakit berat, salah satunya jantung, gagal ginjal dan paru-paru yang paling banyak diduga sebagai penyebab kematian paling tinggi sampai sekarang. Hasil penelitiannya ini sudah menghasilkan beberapa obat yang diduga mampu menyembuhkan tanpa harus melakukan operasi tranplantasi . Apabila proyek ini berhasil dan obat itu beredar di pasaran maka bisa menyelamatkan banyak orang, bukan begitu? Masalahnya hanya satu, mereka sekarang kekurangan orang"

"Jadi, ini semacam penelitian untuk meningkatkan presentase kesembuhan pasien dengan penyakit berat?" Rayne mencoba berkesimpulan.

"Ya. Kamu cerdas, Rayne. Bukankah itu kabar gembira bagi dunia?" Ucap Charlie bersemangat.

Sementara itu Rayne bergeming dalam lamunan. "Apakah ini benar-benar akan berhasil?" tanya Rayne kemudian.

Charlie angkat bahu. "Selalu ada risiko dalam setiap percobaan, bukan? Tapi itulah yang dilakukan, Men-co-ba," jawabnya realistis. "Terlalu banyak kemungkinan untuk hasil penelitian ini, aku akan langsung ke inti-nya. Aku merekomendasikan mu dan satu orang lagi kepada direktur, pikirkanlah. Jika proyek ini sukses kamu bisa menyelesaikan kuliahmu lebih cepat aku jamin. Bukan hanya itu, pikirkanlah dirimu juga, kamu ingin sembuh bukan? Sudah sejauh mana pengobatan yang kamu jalani? "

"Belum seserius itu, aku masih sehat sampai sekarang, "

"Tentu, kamu masih muda dan punya harapan. Sembuh bukanlah hal yang mustahil buatmu, tapi kita masih harus meminimalisir resiko yang akan terjadi ke depannya. Bukan hanya kamu, tapi untuk semua orang di seluruh dunia" Jelas Charlie tegas.

Tentu Rayne tidak akan menyia-nyiakan kesempatan itu. "Baik, saya akan ikut" Ucapnya setelah memikirkan matang-matang, lagipula Wahlberg tidak akan melarangnya. Charlie tersenyum puas.

"Besok datanglah ke ruanganku"

Orang pertama yang Rayne temui besoknya adalah Delisaster. "Dia orang yang Mr. Charlie ceritakan kemarin?" tanya Rayne malas.

Charlie menjawab, "Ya. Kebetulan sekali kalian ada di kelas yang sama bukan? "

Rayne hanya bisa pasrah melihat senyum mengejek dari balik masker yang digunakan Delisaster.

.

Sore hari di tempat kerja, Mash dan Finn menghela nafas menonton pertengkaran Lance dan Dot. Rayne Ames baru selesai dengan kelas dan proyek penelitiannya, tangannya membawa laptop yang berisi laprak yang belum rampung untuk dia selesaikan setelah bekerja.

✔[ RayMash ] LemonadeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang