Mash memegang tangan Rayne. Dingin. Matanya masih terpejam sejak kemarin. Terdapat masker oksigen yang terpasang di hidung dan mulutnya, sementara di punggung tangan kirinya tertancap infus. Belum lagi kabel-kabel yang tertempel di beberapa bagian tubuhnya serta terhubung langsung ke alat monitor yang berada di dekatnya.
Hanya itu yang bisa dia lakukan sekarang, tidak berkata apa-apa, hanya terus berada disampingnya sampai tertidur.
Ketika pagi datang, Mash merasa tangannya bergerak, ketika dia membuka matanya, Rayne tersenyum padanya.
"Rayne?! bagaimana keadaanmu?"
"Aku tidak apa-apa.. " kata Rayne lemas.
"Kamu sudah janji akan terus bersamaku bukan? Jangan berani melanggar itu Rayne, " Ucap Mash menahan tangis. Rayne tersenyum mendengar kata-kata dari Mash, dia merasa bersalah pada kekasihnya.
"Maaf, "
Mash menatap Rayne lekat, begitu Rayne menyadari tatapan Mash, dia tersenyum menenangkan yang lebih muda, tapi Mash tidak membalas senyumannya. Mash malah menunduk disamping Rayne sambil memegang tangannya dan menangis, saat itu yang terdengar adalah isakan Mash dan bunyi alat pendeteksi detak jantung.
"Mash.. bangunlah, jangan menangis. Lihat aku masih di sini? Kamu pikir aku selemah itu? Besok aku akan sembuh, lalu kita akan kencan dan pergi ke akuarium.. " Lirih Rayne.
Mash mengangkat kepalanya dan memandang Rayne. Hanya dua hari lagi, dia sangat takut kehilangan Rayne.
"Aku akan baik-baik saja Mash, aku janji. Ayahku bilang apa tentang aku?"
Pertanyaan tersebut telak menusuk jantung Mash. Dia berupaya mempertahankan ekspresi cerianya. "Dia hanya menyuruh kamu banyak istirahat, minum obat, banyak makan, bergembira, setelah itu kamu boleh pulang dan kita pergi ke akuarium"
Bohong.
Rayne tahu Mash berbohong. Dia bisa merasakan bahwa kondisinya sudah terlampau buruk. Waktunya tak akan lama lagi. Dia sangat menyadari itu.
"Mash, tolong panggilkan ayahku.. " Pintanya segera diangguki Mash, selepas kepergian Mash Rayne mengeram keras. Menahan sakit yang terasa begitu kuat menusuk perutnya sampai Rayne mencengkram pinggiran tempat tidur erat.
"Arrggh.. "
Seorang suster yang memeriksa keadaan Rayne segera berlari mendengar rintihan Rayne. Dia memeriksa mesin di samping Rayne yang mulai menunjukkan adanya ketidak beresan.
"Bisakah anda dengar saya? "
Rayne tak mengubris ucapan itu karena sakit luar biasa di perutnya. Di sisa kesadarannya samar-samar dia melihat ayahnya dan Mash berlari cemas menghampirinya.
"Rayne? Kamu dengar ayah? " Pertanyaan yang sama dilontarkan Wahlberg. Sedangkan Mash menatap takut di ujung sana.
"Nadi pasien melambat dok! "
"Aaahk.." Rintihan terakhir Rayne, tubuhnya terdiam, tidak meronta lagi, dan mesin yang mendeteksi detak jantung berbunyi cepat. Genggaman tangannya terlepas membuat iris Mash bergetar takut.
Mash tidak mengerti sampai tubuhnya di dorong keluar dan mereka membawa Rayne pergi sambil berlari. "Minggir! siapkan ruang operasi sekarang! "
Finn berlari menghampiri Mash, "Mash apa yang terjadi? Kemana mereka membawa kakak? "
Mash hanya terdiam dengan pandangan kosong, setetes air mata jatuh ke pipinya.
'Jangan sekarang, aku mohon'
.
.
.
Delisaster mendapat pendonor disaat-saat terakhir menjelang operasi. Sekarang mereka semua tengah menunggu di depan pintu operasi sambil berdo'a. Ada Mash, Finn, Delisaster dan Domina.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔[ RayMash ] Lemonade
Fiksi Penggemar[ BL ] Mashle : Magic and Muscles Mashle © Hajime Kōmoto Main pair : Rayne Ames x Mash Burnedead Lemonade. Adalah tempat yang mereka sebut rumah, sebuah caffe kecil di tengah kota Ini adalah cerita asam manis tentang dua orang yang saling menyukai...