A/n : Makasih sudah mengikuti book ini sampai akhir, aku gak bisa sampai sejauh ini tanpa dukungan kalian. Sampai jumpa di karya aku selanjutnya. Gak ada bonchap ya buat book ini. Jadi enjoy baca sampai sini okay? 🤝
Rayne menyipitkan matanya sambil menelusuri sisi lain tempat tidur, alisnya berkerut tak suka saat tak menemukan guling hidupnya. Dengan surai acak-acakan dia melirik ke arah jam dinding.
Pukul sebelas siang, pantas saja Mash tak ada. Pasti kekasihnya sudah berangkat ke kantor. Menguap ringan dia menemukan sebuah pesan yang masuk ke ponselnya.
'Sayang, bisa tolong antarkan makan siang ke kantor? '
Apa dia salah lihat ya? Tumben sekali Mash menyuruh Rayne, apalagi di hari liburnya. Lalu panggilan itu? Mash tidak pernah memanggilnya sayang meski dalam pesan sekalipun.
Tapi yah Rayne tidak ambil pusing, dia bangun dan mulai memasak. Setelah membersihkan diri dia mengambil kunci mobil dan berangkat ke kantor Mash.
Rayne pernah beberapa kali datang kemari, jadi satu dua orang mengenalinya sebagai pacar atasan mereka. Rayne melemparkan sapaan singkat kepada wanita resepsionis yang berjaga di meja depan, wanita itu memerah sambil tersenyum centil.
Dia bergidik sambil terus membawa kakinya menuju ke arah barat, ke tempat lift yang akan membawanya ke lantai yang akan dia tuju nantinya. Satu tangannya terulur ke depan, ujung jarinya menekan tombol panah up yang berada di sisi pintu metalik lift.
Tak perlu waktu lama bagi lift untuk berdenting, dan pintu ganda lift pun bergeser membuka, memberi ruang bagi Rayne untuk membawa tubuhnya masuk. Dia mengucap syukur dalam hati mengetahui bahwa lift di depannya itu kosong tak berisi.
Namun sebelum tangannya terjulur untuk menekan tombol tutup. Baru saja kedua sisi pintu metalik itu bergeser, sebuah ujung heels menahannya di tempat.
Rayne agak kaget mengamati ujung sepatu itu. Matanya perlahan singgah ke atas, menelusuri siapa gerangan pemilik sepatu di depannya.
Sophina.
Rayne mendelik tak suka melihat penampilan wanita itu. Sophina terlihat berbeda dari yang terakhir kali dia lihat. Wanita itu memakai rok span super ketat di atas lutut dengan kemeja strip biru yang dua kancing teratasnya sengaja dibuka, mempertontonkan buah dadanya yang menonjol.
Sial sekali. Sejak awal Rayne kurang suka dengan wanita ini.
Rayne menarik nafas dalam, kemudian menghembuskannya perlahan. Tenang saja, di lantai berikutnya pasti akan ada yang naik. Pikirnya.
"Halo, Rayne! " Sapanya so akrab. Nada bicaranya yang dibuat-buat membuat Rayne risih.
"Hm, " Balas Rayne tak minat.
"Tumben sekali datang kemari? Apa itu makan siang? Kelihatannya enak.. Kebetulan sekali aku sedang lapar.. " Ucapnya mengundang tatapan heran dari Rayne.
Dan setelahnya, ada sebuah goncangan kuat yang membuat mereka hampir terjatuh lalu berhenti mendadak.
Tiba-tiba saja tidak ada pergerakan apapun, meski lampu masih menyala.
Rayne yang baru mencoba menenangkan kerja jantungnya, membelalakkan mata. Jangan bilang—
"Kita terjebak,"
Rayne bisa mendengar suara Sophina memenuhi ruang dengar. Suaranya terdengar kegirangan entah karena apa. Tangan pria itu terjulur untuk menekan-nekan tombol emergency, tapi tetap saja, benda kotak yang mereka tumpangi itu tidak menunjukan pergerakan apa-apa.
"Sial," Rayne mengumpat di bawah nafasnya. "Fucking piece of shit," umpatnya sekali lagi.
Terjebak bersama Sophina— wanita aneh menyebalkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔[ RayMash ] Lemonade
Fanfiction[ BL ] Mashle : Magic and Muscles Mashle © Hajime Kōmoto Main pair : Rayne Ames x Mash Burnedead Lemonade. Adalah tempat yang mereka sebut rumah, sebuah caffe kecil di tengah kota Ini adalah cerita asam manis tentang dua orang yang saling menyukai...