32|Akhir untuk Aksa

14.3K 755 16
                                    

Happy reading

♡♡♡

Zee mengerjap mata indah itu terlihat kosong kala melihat tubuh sang kaka laki laki yang sudah terbujur kaku tak bernyawa di dalam peti,

Air matanya bahkan tak bisa keluar lagi saking seringnya ia menangis karna kepergian sang abang.

Aksa benar benar pergi, lelaki dengan senyum manis itu sekarang sudah tak bisa lagi menunjukan senyumnya, lelaki dengan tatapan teduh yang membuat orang merasa nyaman menatapnya sekarang sudah putih pucat, mata indah itu sudah tertutup untuk selama lamanya.

Zee mengedarkan pandangannya menatap keluarganya yang menangisi si kuat dan tangguh aksa.

Bahkan halmeoni dan hal-abeoji tak kuat menahan tangis, bukan kebahagianan yang menyambut mereka saat pulang ke tanah air namun kematian sang cucu yang menyambut tangis duka dari kedua paruh baya itu.

Pandangannya beralih pada sang Mommy yang menatap jasad Aksa dengan wajah pucatnya, bahkan wanita itu pingsan berkali kali melihat putra sulung nya sudah meninggalkannya untuk selama lamanya.

Sang Daddy yang sedari tadi mencoba menenangkan mommy nya, namun tersirat kepedihan dan kesedihan yang sangat ketara dari wajah tampan yang sudah berumur itu.

Bahkan Kim, orang yang menyukai Aksa, datang dari korea untuk melihat terakhir kalinya sang pujaan hati.

Pandangan Zee beralih menatap sang kakak kedua, Eksa yang terdiam di pojokan dengan tatapan datarnya menatap ke arah jasad sang kembaran, tidak ada air mata yang keluar dari matanya, tidak ada raut sedih yang terpancar dari wajah tampannya, yang terlihat hanya wajah datar dan dingin yang setia menemaninya menatap tubuh yang sudah tak bernyawa itu.

Cukup lama Zee memandang Eksa sampai kesadarannya kembali kala Xavier memeluknya dan memberitahunya sekarang waktunya jasad Aksa di kremasi.

Zee terdiam, semua orang yang berada di ruangan itu terdiam menatap Eksa yang perlahan mendekat ke arah jasad Eksa.

"Aksa.." lirihnya.

"Aksa...lo gak nepatin janji, lo tau kan gue gak suka orang yang gak nepatin janji? Aksa bangun!! lo bilang bakal bertahan dan terus sama sama, dimana janji yang lu pegang saa? Jawab gue!! Aksa bangun hiks..jangan tinggalin gue, gue benci takdir!! gue benci kala lo harus selalu merasakan sakit, gue benci kenapa bukan gue yang punya penyakit mematikan itu dulu, gue benci karna lo ninggalin gue, gue benci saa gue benci hiks...bangun saa bangun..." tangis Eksa akhirnya tumpah lelaki itu terduduk di samping jasad Aksa, lelaki itu menangis meraung raung meminta keadilan pada tuhan untuk kembarannya.

Zee menangis melihatnya, rasa bersalah kian menerpa hatinya, harusnya dia yang mati, seharusnya ia yang pergi bukan sang kaka,

Zee menunduk dalam, menagis terisak kala mendengar tangisan Eksa yang menjadi jadi bahkan Xavier turun tangan untuk menenagkan eksa yang menangis sambil melukai dirinya sendiri, Xavier sekalipun tak bisa menghentikan sang kaka.

Zee mendongak kala merasakan usapan dingin yang menyentuh dagunya membuatnya mendongak, mata hazelnya berkaca kaca dengan keterkejutan yang ketara di wajahnya.

"Bang Aksa.." lirihnya yang hanya terdengar oleh dirinya.

"Iya sayang..ini abang." Lelaki itu terduduk bersila di samping Zee.

VIENA {REVISI}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang