🔪🔪🔪🔪🔪
Sekolah berlangsung seperti biasanya. Hingga dentingan bel pulang sekolah disambut penuh suka cita oleh semua murid. Seperti yang sudah direncanakan, hari ini Taehyung akan pulang terlambat, ia dan kelompoknya akan mengerjakan tugas di rumah Jimin.
"Apa kau baik-baik saja?"
Taehyung mengangguk dan tersenyum sembari melingkarkan lengannya pada lengan Eunwoo. Dia mengangguk, menyatakan baik-baik saja karena memang benar. Beruntung Taehyung tak sampai terjatuh ketika tesandung batu sesaat lalu. Tapi jika harus menerima bantuan lengan untuk menuntunnya, Taehyung juga tak akan menolaknya.
"Tae~ apa kau sudah memeriksakan kondisi matamu. Bukankah itu buruk? Penglihatanmu semakin mengabur." Jimin membuka pintu kamar apartementnya, yang sontak membuat ke-3 temannya melongo takjub. Baiklah, ternyata rumor yang mereka dengar jika Jimin itu adalah anaknya orang kaya memang benar.
Lampu penerangan dinyalakan Jimin dan Taehyung reflek memejamkan matanya. Cahaya yang masuk ke dalam kornea matanya secara mendadak, membuatnya sedikit merasa tidak nyaman, dan itu sakit.
Taehyung masih ingat terakhir kali bibinya mengunjunginya. Bibinya tampak begitu sangat sedih sekali melihat kondisi keponakannya yang sudah tak dapat melihat dengan jelas. Tak ada sebab akibat, dan tak ada jalan penyembuhan juga selain melakukan donor mata.
Taehyung kecil pada saat itu mungkin tak terlalu perduli dengan kondisi penglihatannya. Dan Taehyung remaja kini malah semakin tak perduli lagi. Entah apa yang dipikirkan oleh Taehyung. Gelap terasa lebih menenangkan.
"Kau belum menjawab pertanyaanku Tae~!" Sentak Jimin.
"Dan apa itu penting untuk dibahas sekarang. Ohhh ayolah... bisakah kita mengerjakan tugas kelompok kita dengan tenang. Dan aku mohon bantuan kalian."
Jimin terdiam menanggapi ucapan Taehyung yang mengalihkan topik. Tapi apapun itu memang benar kata Taehyung. Ini saatnya mereka belajar. Besok mereka harus menyerahkan tugas kelompok mereka kepada wali kelas.
Dan sudah sesuai dengan kapasitasnya. Otak Jimin saja harusnya sudah cukup untuk menyelesaikan 100 pertanyaan yang ada di dalam tugas mereka di mata pelajaran bahasa Korea.
Pukul sudah menunjukkan 9 malam. Tugas sudah selesai dan perut pun juga sudah kenyang.
"Jim....sepertinya aku akan sering main ke rumahmu." Celetuk Dohwan yang langsung mendapatkan lemparan bantal dari Minjae.
"Boleh-boleh saja, tapi jangan lupa untuk membawa bahan untuk dimasak." Kata Jimin yang langsung mendapatkan protes tidak terima dari Dohwan.
"Yak! Mau dilihat dari sudut manapun kamu ini jelas anak orang kaya. Bahkan kamu sudah mendapatkan apartement dengan atas namamu. Tapi bisa-bisanya kamu masih mengharapkan materi dariku yang hanya anak peujal ikan."
Kali ini Dohwan mendapatkan serangan yang bertubi-tubi dari Eunwoo. Namun bukan amarah dan kesal yang mereka luapkan, melainkan kesenangan dari para remaja tanggung seperti mereka.
Taehyung pun ikut tertawa riang. Meski baginya sangat samar tentang siapa yang dipukul dan siapa yang memukul.
Satu jam mereka habiskan dengan terus bersenda gurau dan sekarang hanya tinggal Taehyung yang berada di apartement Jimin.
Jimin melarang Taehyung untuk pulang sendiri, dan Jimin sudah berjanji akan mengantarkannya pulang. Namun ketika mereka tengah bersiap meninggalkan apartement, sebuah kejadian menyita atensi Jimin dan Taehyung.
🔪🔪🔪🔪🔪
Jungkook melihatnya, dia ada di sana. Ternyata itu adalah rumah temannya yang ia bicarakan pagi tadi. Dan Jungkook yakin jika Taehyung juga melihatnya. Penglihatan Taehyung masih cukup bagus untuk jarak pandang yang jauh, ditambah lagi pada malam hari. Taehyung pasti melihat Jungkook ketika sedang menggorok leher seorang perempuan yang Jungkook tebak usianya 47 tahunan. 10 tahun lebih tua darinya.
Sebenarnya Jungkook tak ada niatan untuk membunuh siapapun pada hari ini. Jungkook tak mau membuat masalah. Ia pulang dari bekerja, dan ingin langsung pulang ke rumah. Tapi sesaat ketika Jungkook masuk mobil, ada seseorang yang mengetuk pintu mobilnya. Dengan entengnya orang itu mengatakan jika dirinya butuh tumpangan, sembari terus menatapinya dengan tajam. Baiklah, Jungkook akan mengantarkannya sampai finish hidupnya.
Sesampainya di area apartments tempatnya tinggal, Jungkook tak mau menunda nundanya lagi. Ia segera mengambil belati yang selalu ia simpan di dalam saku celananya. Dan dalam satu kali sayatan Jungkook tepat mengenai titik vitalnya. Setidaknya ia mati dengan cepat.
Ok, tentu setelahnya yang Jungkook lakukan adalah mencongkel ke dua bola matanya, namun entah kenapa firasatnya mengatakan jika ia harus mendongak ke atas. Dan di sanalah, pandangannya bertemu. Taehyung di sana, melihatnya yang tengah memegang satu bola mata berlumuran darah.
Jungkook menaruh jari telunjuknya di depan mulutnya. Matanya yang hitam kelam menatap tajam ke arah jendela apartement milik Jimin.
Benar yang dikatakan Suga, harusnya Jungkook melakukannya di rumah saja. Itu akan mempermudahnya membereskannya. Sial! Jungkook merutuk karena kali ini Suga lah yang benar.
Dan meskipun begitu, mau tidak mau Jungkook harus menghubungi Suga untuk menyelesaikan tugas terakhirnya.
.
.Jimin dan Taehyung nampak terus berdebat ketika situasi genting tengah memeluk tubuh mereka yang ketakutan.
"Ayo kita laporakan apa yang kita lihat Tae~" Seru Jimin yang langsung mendapatkan gelengan kepala dari Taehyung.
"Tidak Jim... itu terlalu beresiko, kau tidak melihat tadi bagaimana pembunuh itu memberikan tanda pada kita untuk tetap diam." Ucap Taehyung dengan mimik wajah tenangnya.
"Kau gila Tae~! Dia sudah membunuh orang dengan keji seolah nyawa tak ada harganya!" Jimin nampak tak terima dan jarinya sudah siap menekan panggilan darurat pada ponselnya.
"Tetap diam dan tutup mulutmu Jim... jika kau tak ingin berakhir seperti orang yang dibunuh tadi."
Jimin membekap mulutnya tak percaya dengan apa yang barusan ia dengar. Hingga ia pun kehilangan kata-katanya.
Bergelut dalam argument yang tak berkesudahan, Jimin dikagetkan dengan suara pintu kamar apartementnya yang diketuk sangat keras, sekeras ketakutan Jimin pada saat ini.
"Dia datang Tae~ dia ke sini. Aku yakin itu adalah pembunuh tadi." Seluruh tubuh Jimin seketika tremor. Sedangkan ketukan semakin keras.
"Tae~ jangan dibuka, aku mohon, aku takut." Pinta Jimin, namun tak diperdulikan oleh Taehyung. Taehyung tetap melangkah semakin dekat ke arah pintu dan lalu membukanya.
"Ohhh... Paman. Maaf sudah merepotkanmu, tapi malam ini Tae~ mungkin akan pulang terlambat."
"Baiklah, kalau begitu paman tunggu di rumah."
.
.
.Bersambung_____
Taiwan, 1 April 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
MY UNCLE IS PSYCHOPATH
FanfictionJudul - MY UNCLE IS PSYCHOPATH Main cast - Jungkook Dom Main cast - Taehyung Sub Update suka-suka Tanggal rilis 31 Maret 2024 Ttd Jimalie