🔪🔪🔪🔪🔪🔪
Mata Jungkook sudah menyalak merah penuh amarah. Dia sama sekali tak ingin memikirkan apapun saat ini. Semuanya runtuh. Jungkook merasa dirinya sudah tak tertolong lagi.
Kembali sendiri semua itu bukanlah masalah besar bagi Jungkook. Hidupnya memang tak di setting untuk saling berdampingan dengan siapapun. Tahun-tahunnya ia habiskan untuk membiasakan hidup di antara orang-orang yang sering berubah-ubah sifatnya sesuai dengan kebutuhan. Dan itu tentu bukanlah hal yang mudah untuk Jungkook lalui sampai di titik ini.
Bibi Lulu. Satu-satunya orang yang Jungkook percayai dan Jungkook yakini jika bibi Lulu itu benar-benar menyayangi dan melindunginya, ternyata juga seorang penghianat.
Taehyung masih bisa melihat sampai detik ini. Ia tidak buta. Bahkan pandangan yang selalu Taehyung keluhkan mulai mengabur, itu hanyalah sandiwara Taehyung belaka selama ini.
"Harusnya aku membunuh temanmu itu sejak dulu, dan aku kuburkan bersama dengan orang tuanya." Jungkook membanting gelas anggurnya yang ke-3.
Selama 3 hari ia menyiksa Jimin di dalam apartement dan tak memberinya makan dan minum selama itu juga Jungkook tak makan atau pun minum. Kecuali meminum anggur, dan beberapa minuman ber alcohol lainnya.
Kini Jimin sudah total kehilangan semangat untuk mempertahankan hidupnya. Pria yang berdiri di depannya itu memang bukan Tuhan. Tapi Jimin meyakini jika hidup dan matinya saat ini ada di tangannya.
"Bunuh aku cepat...." Ucap Jimin lirih. Bibirnya sudah memucat dan seluruh tubuhnya terus bergetar. Tak mendapatkan nutrisi apapun selama 3 hari tentu cukup untuk membuat Jimin mati perlahan.
"Tidak sekarang... aku masih menunggu satu orang lagi."
Jimin kembali ambruk setelah sempat terduduk sebentar. Menangis pun kini Jimin sudah tidak mampu.
Dan orang yang ditunggu-tunggu oleh Jungkook akhirnya datang juga.
Taehyung datang ke apartement Jimin, meminta dengan suara pengibaannya, agar Jungkook menghentikan semua tindakan bodohnya sekarang juga.
"Sebentar lagi mereka akan kesini paman... hentikan semuanya dan mari kita pergi." Taehyung menjulurkan tangannya begitu ia masuk ke dalam apartement, berharap segera disambut oleh Jungkook. Namun hingga beberapa detik terlewat hanya ada suara tawa remeh dari Jungkook.
"Apa kau orangnya?"
Taehyung memiringkan kepalanya, mencoba memahami pertanyaan dari Jungkook, tapi setelah ia merasa paham, semuanya menjadi tak penting lagi untuk Taehyung.
"Kita tidak punya banyak waktu lagi paman." Ucap Taehyung dengan tenang.
Jimin masih berada di antara mereka. Ia nampak begitu sangat menyedihkan. Jungkook tak pernah menyiksa korbannya sebelum ia membunuhnya. Tapi untuk Jimin, Jungkook melakukannya, seolah ada dendam yang menumpuk dalam diri Jungkook.
"Ini terakhir kalinya aku akan mengatakannya padamu. Pergi dariku." Pandangan Jungkook terlihat kosong ketika menatap Taehyung dan mengucapkan hal barusan. Dan entah apa yang membuat Taehyung tersenyum.
"Aku akan pergi paman... tapi tidak untuk sekarang."
Mendengar ucapan Taehyung, emosi Jungkook kembali diuji. Entah kenapa Taehyung yang bahkan hanya diam, terkadang cukup untuk menyulut emosinya. Jungkook kembali melemparkan benda-benda. Beberapa botol anggur dan arak yang masih penuh isinya pun menjadi pelampiasan kemarahannya.
"Harusnya aku membunuhmu malam itu..." Jungkook mencengkeram pipi Taehyung, menekannya keras dan mendorongnya terus termundur hingga pinggang Taehyung menabrak frame sofa.
"Dan terimakasih paman... karenamu penderitaanku berakhir."
Bibir Jungkook berkedut seiring dengan salivanya yang tertelan. Semua rangkaian kata sarkas yang sudah berada di ujung lidahnya turut hilang menguap bersamaan dengan otaknya yang mendadak tak dapat memikirkan apapun. Jungkook menjadi orang yang kosong jika berhadapan dengan Taehyung.
Namun meski begitu cengeraman Jungkook tak mengendor sedikitpun, malah semakin kencang. Membuat mata Taehyung menyipit, karena menahan sakitnya.
Tidak ada yang dapat Jungkook pikirkan lagi selain hanya terus menyakiti Taehyung seperti sekarang ini. Sedikitpun Jungkook tak pernah menyangka jika selama ini dirinya sudah membesarkan seorang monster.
"Aku akan membereskan temanmu dulu. Baru setelah itu giliranmu."
Tepat ketika Jungkook mulai memainkan belati di tangannya dan menatap tajam ke arah Jimin yang tergolek lemah di lantai, bunyi bel pintu mengalihkan atensi Jungkook. Namun itu tak berlangsung lama, karena tekad Jungkook sudah penuh.
Jungkook berjongkok tepat di samping Jimin. Senyum seringaiannya juga tak ketinggalan untuk menambah kesan dramatis dan menakutkan. Perlahan tangannya sudah siap memperlihatkan ketrampilannya. Tapi semuanya terhenti dan tertahan ketika Taehyung mencekal tangan Jungkook yang sudah tinggal beberapa centi saja dari wajah Jimin.
"Jimin tidak ada hubungannya dengan ini paman... bukan dia yang melaporkanmu."
Jungkook menoleh ke samping, menatap muak pada Taehyung. "Dan apa kau pikir aku peduli untuk itu. Aku bahkan membunuh orang hanya karena mereka menatapku. Lalu... untuk seseorang yang berpotensi mengancam, kenapa tidak?!"
Serentak Jungkook dan Taehyung menoleh ke arah pintu. Bukan hanya bel lagi yang dibunyikan. Tapi ketukan yang keras juga turut menuntut untuk segera dibuka.
Di luar sana ada Namu dan Hoseok, seorang detektive senior yang sudah tidak diragukan lagi kinerjanya dalam menyelidiki kasus kejahatan, terutama kasus pembunuhan.
"Apa kau yakin jika di dalam ada orang?" Hoseok tak mau membuat kesalahan. Hoseok adalah typical orang yang bekerja santai. Jadi sekarang Hoseok mencoba untuk mengingatkan dan menenangkan Namu agar tak terbawa emosi.
"Aku yakin. Terlebih lagi semenjak kabar kepulangan dari putera tuan Park, dia sama sekali belum ada datang menemuinya. Aku pastikan dia ada di dalam bersama dengan pembunuh itu."
Hoseok mengangguk tanda patuh. Ini bukan ranahnya. Kasus ini adalah milik Namu. Kehadirannya kali ini pun hanya sebagai team cadangan.
Dan karena masih tak mendapatkan sahutan dari dalam, Namu memutuskan untuk membobol kunci apartement. Bukan hal yang sulit baginya untuk melakukan itu semua. Lagipula surat ijin untuk melakukan investigasi juga sudah ia kantongi.
Keadaan sudah semakin terdesak, tapi Jungkook sama sekali tidak merasakan kepanikan. Ia tetap tenang seperti biasa, hanya saja kehadiran Taehyung cukup mengganggunya.
"Baiklah... mari kita mulai dari kamu dulu."
Tangan Taehyung masih menahan lengan Jungkook. Sekuat tenaga Taehyung akan menahan agar benda tajam itu tak melukai wajahnya, apa lagi sampai mencongkel matanya.
"Aku hanya ingin membalas semua kebaikan paman..." Ucap Taehyung di tengah ketegangannya. Sebenarnya Jungkook tak benar-benar mendorong belatinya. Tenaga yang ia kerahkan, bahkan tak ada separuh dari tenaga yang ia miliki.
"Mereka bukan orang tua kandungku paman... mereka adalah iblis." Air mata Taehyung luruh tepat ketika ia mengatakan hal itu. Dan bersamaan itu pula belati Jungkook terhempas dan terlempar.
.
.
.Bersambung______
Taiwan, 11 April 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
MY UNCLE IS PSYCHOPATH
Fiksi PenggemarJudul - MY UNCLE IS PSYCHOPATH Main cast - Jungkook Dom Main cast - Taehyung Sub Update suka-suka Tanggal rilis 31 Maret 2024 Ttd Jimalie