Chapter~8

679 77 4
                                    

🔪🔪🔪🔪🔪🔪

Pove Taehyung

Aku melihat semuanya dan aku mengingat semuanya. Lalu kenapa aku memilih bertahan untuk hidup satu atap dengan pembunuh orang tuaku, jawabanannya adalah....

.
.
.

Jungkook pergi lagi hari itu, hari di mana ia berdebat dengan Taehyung. Seharusnya Jungkook tak lengah dengan bocah yang selalu memasang wajah polos dan tatapan melas.

Taehyung lah psychopath yang sebenarnya. Ia bisa tenang di tengah kejamnya kenyataan pada dirinya. Dia menjalani hari-hari nya seperti tak pernah terjadi sesuatu. Taehyung menikmati hidupnya seakan orang tuanya tak mati karena usai dibunuh di depan matanya.

Bahkan ketika Betrand mengerang nyawa pada malam itu. Taehyung pun masih bisa tidur nyenyak meski sempat menangis hingga serak dan berakhir pingsan.

Taehyung lah pemicu amarah Jungkook yang sebenarnya. Taehyung yang mulai menggoda Betrand. Tapi Jungkook membutakan instingnya. Dia terus mensugesti pikirannya jika Betrand lah yang memulainya.

Taehyung terbangun dari tempat tidurnya dan mendapati sebelahnya kosong. Ia merabanya dan merasakan hawa dingin pada kasur dan bantal di sampingnya tidur. Jungkook sudah pergi lama jika ditelisik dari dinginnya sebelah tempat Taehyung berada.

Setelahnya Taehyung ke luar kamar. Di luaran rumah sayup-sayup Taehyung mendengar suara keributan. Dan setelah Taehyung sampai di ruang tamu sudah ada beberapa polisi datektif di sana.

Melihat kehadiran Taehyung, para aparat sipil itu pun menduduk hormat, dan Taehyung nampak acuh. Bukannya tak mau membalas sapaan mereka. Tapi Taehyung masih buta kan?

Terdengar bibi Lulu mengatakan jika tuan besarnya, Jeon Jungkook sedang pergi dan baru akan kembali besok lusa. Taehyung yang tak tahu menahu dengan apa yang terjadi itu pun mencoba bertanya.

"Maaf... boleh saya tahu ada apa ini?" Tanya Taehyung sopan seraya meraba frame sofa yang ada di depannya. Dia duduk dan siap mendengarkan.

"Sebelumnya perkenalkan. Kami adalah polisi dan detective gabungan dari distrik A dan distrik B. Nama saya Namu kepala polisi dari distrik A, dan ini rekan saya, detektive Cha dari distrik B, dan kapten Chan dari distrik B juga. Maaf jika kami mengganggu waktu istirahat anda, tapi akan ada beberapa pertanyaan yang akan kami ajukan pada anda." Jelas Namu pada Taehyung.

Taehyung mengulas senyum begitu mendengar nama detective Cha di sebut. Ternyata ingin menjadi seorang penegak hukum bukanlah bualan Enwoo semata ketika ia masih sekolah dulu.

"Tapi nama Cha, sepertinya aku pernah mendengarnya." Ucap Taehyung basa-basi. Sedangkan Eunwoo hanya berdehem. Ia juga ingin sekali menyapa Taehyung sebagai kawan lama, tapi tugas tengah ia emban, dan Eunwoo harus tetap professional.

Namu yang melihat kecanggungan itu pun hanya tersenyum sambil meremas bahu Eunwoo. Mengingatkan jika sekarang masih dalam bertugas.

"Apakah kamu yang ber nama Kim Taehyung, putera dari pasangan Kim yang pernah tewas karena kecelakaan dan sampai sekarang jenazahnya belum ditemukan?" Kapten Chanyeol atau yang biasa dipanggil Kapten Chan memulai pertanyaannya, dan Eunwoo sedikit terkejut mengenai hal ini. Terlebih ketika Taehyung mengangguk membenarkan pertanyaan yang diajukan oleh rekan kerjanya.

Yang Eunwoo tahu, Taehyung adalah seorang yatim piyatu yang dirawat oleh pamannya. Selebihnya Eunwoo tak tahu apa-apa lagi tentang Taehyung, meski hampir tahun-tahunnya di sekolah ia habiskan bersama dengan Taehyung.

"Kasus itu sudah kami tutup lama." Sambung Taehyung yang hanya diberikan anggukan oleh Namu dan Chan.

Namu dan Chan sudah dipersilahkan duduk, tapi sepertinya mereka ber dua lebih nyaman dengan posisi berdiri. Itu mempermudahkan mereka untuk memendarkan pandangan mereka, memeta tiap sudut ruangan.

"Apakah kalian punya surat ijin resmi untuk kedatangan kalian hari ini?" Berbarengan dengan Taehyung yang mengajukan pertanyaan. Bibi Lulu datang dengan tiga cangkir berisi teh dan juga camilan.

Mendapatkan pertanyaan yang informal dari Taehyung, Eunwoo lalu membuka sebuah amplop cokelat yang di dalamnya berisi surat ijin dari pusat untuk datang ke kediaman Kim, guna menyelidiki Jeon Jungkook yang diduga terlibat dalam pembunuhan di sekitar apartement 4 tahun silam.

4 tahun bukanlah waktu yang lama untuk membuat memory seseorang memudar. Jelas Taehyung pun masih mengingatnya, bagaimana pamannya membunuh orang dengan sadis pada malam itu.

Eunwoo lalu duduk di sebelah Taehyung dan membacakan isi surat yang ia pegang.

"Kami harus bertemu dengan pamanmu, Tae~ Segera. Jika tidak maka pamanmu akan mendapatkan sanksi karena tak menerima panggilan dari pihak berwenang."

Taehyung tersenyum menatap Eunwoo yang duduk di sampingnya. Temannya itu kini sudah tumbuh menjadi pria yang tampan dan tegas. Garis sempurna tercetak jelas di wajah Enwoo. Tatapannya yang tajam namun teduh ketika memandanginya masih belum berubah sampai sekarang.

Dulu Jimin sering meledeki Taehyung, kalau Eunwoo itu menaruh hati padanya. Siapapun teman Taehyung saat itu juga dapat melihat cinta di mata Eunwoo untuk Taehyung. Namun Taehyung tak pernah menanggapi dengan serius setiap celotehan Jimin. Meskipun Taehyung juga tak menyangkal jika apa yang dikatakan Jimin itu memang benar.

"Apa kau senang dengan pekerjaanmu?" Tanya Taehyung masih terus dengan menatap Eunwoo.

Namu dan Chan sendiri kini sedang berkeliling di sekitaran rumah Taehyung. Bahkan mereka juga memeriksa ruangan kerja yang pernah dijadikan tempat pembunuhan Jungkook kepada orang tua Taehyung dan kepada Betrand.

Eunwoo tersenyum tampan. "Aku mendapatkan pekerjaan sesuai keinginanku, meski tahun pertama ini aku akui, itu sangat berat." Ucap Eunwoo sembari melipat lagi kertas yang berisi ijin penggeledahan rumah Taehyung.

"Bagaimana kabarmu?" Eunwoo menjulurkan tangannya, memberanikan diri menyentuh pipi Taehyung dan lalu mengelus sekitaran area mata Taehyung. Membuat Taehyung reflek mengedipkan matanya.

"Seperti yang kau lihat. Aku baik-baik saja."

Eunwoo menurunkan tangannya, selain Namu dan Chan sudah kembali debar jantungnya juga semakin tak terkendali. Harusnya ia tak memulainya.

"Tidak ada hal yang mencurigakan di dalam rumah ini. Tapi kehadiran tuan Jeon tetap kami butuhkan segera. Karena saksi sudah membuat laporan. Dan kami akan segera memprosesnya." Kata Namu.

Raut wajah Taehyung langsung berubah serius. "Apa hubungannya dengan pamanku?"

"Tuan Jeon adalah tersangka utama, dan kamu juga akan dilibatkan dalam kasus ini sebagai saksi." Jawab Chan.

Taehyung masih tetap seperti biasa. Selalu bersikap tenang. "Bisakah aku mendapatkan penjelasan yang lebih spesifik tentang kasus apa ini yang sebenarnya."

"Tentu saja, kami akan menjelaskannya untukmu. Kesaksianmu sangat diperlukan. Dan kami harap kamu bisa bekerja sama dengan para saksi lainnya."

Saksi yang lainnya/

.
.
.

Bersamabung________

Taiwan, 6 April 2024

MY UNCLE IS PSYCHOPATH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang