Chapter~7

615 83 10
                                    

🔪🔪🔪🔪🔪🔪

Setelah hari di mana Jungkook membunuh Betrand, Taehyung tak pernah bertemu dengan Jungkook. Dan ini sudah berlangsung selama sepuluh hari.

Sepi. Itu yang Taehyung rasakan, dan rasanya sangat lucu sekali. Mengingat jika tak pernah ada interaksi yang berarti dan sekarang Taehyung merasakan jika ia kesepian tak ada kehadiran Jungkook.

"Kapan paman kembali bibi..." Taehyung menatap ke arah seorang perempuan yang sudah terlihat tua dengan rambutnya yang beruban sedang membereskan meja makan.

Perempuan yang dipanggil bibi itu hanya tersenyum dan lalu pergi menuju pantry tempatnya mencuci piring dan gelas. Mengacuhkan pertanyaan Taehyung, dan mengabaikan Taehyung yang masih duduk menunggunya.

Namun meski terlihat tak memperdulikan Taehyung, bibi Lulu adalah orang yang paling menyayangi Taehyung setelah ke dua orang tuanya meninggal dan satu-satunya bibinya juga tak mengunjunginya lagi.

Taehyung tumbuh menjadi pemuda yang manis dan imut. Alih-alih terlihat tampan dan manly, Taehyung malah nampak sangat menggemaskan dengan pipinya yang cuby.


Entah bagaimana semua lemaknya hanya berkumpul di satu titik saja, yaitu di pipinya.

"Aduhhh.... bibi sakit..." Pekik Taehyung ketika tanpa tak terduga bibi Lulu mencubit ke dua pipinya.

Bibi Lulu malah tertawa bahagia melihat Taehyung yang terus merengut marah dengan ke dua pipinya yang merah. Baginya Taehyung itu seperti seorang bayi yang menggemaskan, tak perduli dengan usia nya yang kini sudah 20 tahun.

Tak lama setelah canda tawa yang bibi Lulu dan Taehyung, terdengar suara deru mobil dari luar.

"Itu paman..." Ucap Taehyung senang.

Bibi Lulu hanya tersenyum sembari mengelus pipi Taehyung bekas cubitannya dan berlalu pergi dari sana.

Dan orang yang mengendarai mobik sport keluaran terbaru itu memang benar Jungkook. Jungkook masuk ke dalam rumah dengan sikap acuhnya seperti biasa. Hanya saja... yang tak biasa pada Jungkook adalah amarahnya yang meledak begitu memasuki kamarnya.

Ditekankan sekali lagi. Jungkook tak pernah marah. Setidaknya Jungkook tak pernah menunjukkan emosinya secara terang-terangan seperti sekarang ini.

Taehyung yang mendengar beberapa benda berjatuhan dan pecah itu pun beranjak dari tempat duduknya, hendak pergi menuju kamar pamannya. Tapi cekalan pada tangannya sontak menghentikan langkahnya.

"Sebaiknya kau tidak mengganggunya dulu." Bibi Lulu tak mau situasi semakin menjadi buruk. Tuan mudanya yang kini sudah pantas ia panggil sebagai tuan besar tiba-tiba datang dan mengamuk. Dan bibi Lulu tak mau hal buruk terjadi pada Taehyung.

"Aku harus ke sana bibi... aku mau tahu apa yang sedang terjadi dengan paman..." Taehyung tetap kukuh untuk pergi ke kamar Jungkook, dan Bibi Lulu pun tak bisa menahan Taehyung.

Taehyung berjalan menuju kamar Jungkook. Itu tidaklah sulit, meski penglihatannya kini sudah total tak berfungsi. Meski begitu Taehyung tetap meti berhati-hati agar tak menabrak sesuatu.

Kini Taehyung sudah sampai. Ia berdiri tepat di depan kamar Jungkook yang ternyata tak ditutup pintunya. Dan Taehyung hanya berdiam berdiri di sana sampai tubuhnya ditarik paksa masuk ke dalam.

Jungkook mendorong tubuh Taehyung hingga terjerambab di atas ranjang. Peundapat perlakuan kasar, Taehyung reflek bangkit, namun gerakannya tentu kalah cepat dengan Jungkook yang kini sudah mengunci ke dua lengannya dan letakkan di atas kepala Taehyung.

"Paman... lepaskan!" Bentak Taehyung dengan tubuhnya yang terus berontak.

"Aku bahkan tak pernah menahanmu." Ucap Jungkook dengan seringaiannya.

Keadaan kamar Jungkook sangat berantakan. Beberapa pacahan botol parfume dan botol wine yang ada di sana sudah berceceran di lantai. Dan jika tak berhati-hati terutama Taehyung, makan untuk merobek lapisan kulit dan menusuk daging hingga darah bercucuran pun bukan hal yang sulit.

"Katakan atau aku akan membunuhmu. Apa tujuanmu tetap bertahan tinggal bersamaku dengan semua yang sudah aku perbuat."

Taehyung memejamkan matanya erat. Jungkook mengajukan pertanyaan padanya tapi ia tak diberikan kesempatan untuk menjawabnya. Entah Taehyung akan berkata jujur atau bohong, itu bukan point penting lagi.

Nafas Taehyung semakin tercekat seiring dadanya yang terasa semakin sesak. Tangan Jungkook yang kiri, ia gunakan untuk mengunci tangan Taehyung, dan tangan Jungkook yang kiri ia gunakan untuk menekan batang leher Taehyung.

Hanya satu tangan saja, tapi cukup untuk membuat Taehyung meronta dalam diam. Bahkan ketika Jungkook sudah melepaskan cengkeramannya pada leher Taehyung. Nafas Taehyung tak secepat itu kembali pulih.

Bulih airmata jatuh dari sudut mata Taehyung. Cepat atau lambat kekerasan Jungkook padanya pasti akan terjadi. Dan Taehyung sudah lebih dari kata siap untuk hari seperti sekarang ini.

"Apa yang membuatmu masih tetap bertahan di sini?"

Kali ini pertanyaan Jungkook terdengar lebih lembut, tidak ada kata menekan atau mengintimidasi. Dan pandangannya yang semula tajam pun perlahan meredup. Menatap lamat pada Taehyung yang tengah menangis tanpa mengeluarkan suara isakan.

Jungkook menghapus airmata Taehyung. Dan perlahan Taehyung mulai membuka matanya. Ke dua ngannya juga sudah tak dikunci lagi oleh Jungkook.

Taehyung menjulurkan tangannya, meraih kemeja Jungkook, menariknya dengan kuat hingga Taehyung pun kini terduduk dengan Jungkook yang berada tepat di depannya.

"Apa paman menangis?" Taehyung mencermati tiap inci garis tampan yang tercipta di paras Jungkook. Matanya memendar, merangkum semua keindahan makhluk yang ada di hadapannya.

Suara Jungkook masih terdengar stabil. Bahkan deru dari nafasnya juga normal. Tapi basah pada pipinya tak dapat dipungkiri jika sekarang Jungkook tengah menangis.

Jantung Jungkook serasa ingin mencelos. Ini bukan untuk yang pertama kalinya ia berada dalam jarak sedekat ini dengan Taehyung. Ini ini pertama kalinya, Taehyung yang memulainya.

Jungkook merekam semua ekpresi Taehyung. Mata yang indah dan parasnya yang ayu tampak begitu sempurna tanpa ada cacat sedikitpun. Hingga minat Jungkook pun jatuh pada iris mata sewarna madu milik Taehyung yang terus mengikuti pergerakan dari iris hitamnya yang pekat.

"Aku tahu kau masih bisa melihat." Intonasi suara Jungkook semakin menekan. Airmukanya pun kembali tegang. Dan keadaan kembali memanas setelah senyum smirk tercipta pada wajah manis Taehyung.

.
.
.


Bersambung_____

Taiwan, 5 April 2024

MY UNCLE IS PSYCHOPATH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang