Chapter~2

915 80 2
                                    

🔪🔪🔪🔪🔪🔪

Kenapa mereka selalu menatap Jungkook, ada apa dengan Jungkook, apa yang salah dengan dirinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kenapa mereka selalu menatap Jungkook, ada apa dengan Jungkook, apa yang salah dengan dirinya. Sedangkan Jungkook tak pernah suka melihat tatapan mereka padanya, meski terkadang mereka menatapnya dengan tersenyum. Tetap saja itu bukan hal yang membuat Jungkook nyaman. Bahkan karena perasaan tak nyaman itu, Jungkook selalu menjaga pandangannya agar tak betemu dengan pandangan orang di sekitarnya. Dan itu bukanlah hal yang mudah untuk Jungkook lakukan.

Salah satu temannya yang juga dokter psikiater mengatakan jika 'Mungkin mereka senang melihatmu' 'Kau itu tampan dan pintar Jungkook... siapapun yang bertemu denganmu pasti akan takjub'

Tidak! Tidak! Itu tidak benar. Tetap saja, mereka tak seharusnya menatap Jungkook seperti itu. Mereka harusnya bisa menjaga pandangan mereka. Jungkook tidak suka itu, Jungkook tidak suka tatapan mereka padanya. Itu selalu mengingatkannya pada kejadian 20 tahun silam. Jadi... di sini Jungkook punya hak untuk melakukan tindakan bagi mereka yang sudah berani menatapnya.

"Berhenti menatapku." Ucap Jungkook dengan suara datar dan wajah tanpa ekpresinya yang pasti. Jungkook tak pernah membentak atau marah pada siapapun. Jungkook pastikan itu, karena dari buku yang ia baca, orang yang marah akan cenderung meninggikan suaranya, dan Jungkook tak melakukan itu. Jungkook pastikan suaranya tetap stabil.

Sial! Dia tersenyum, dan apa itu artinya. Jungkook tak suka dengan mereka yang sering menunjukkan ekpresi wajah yang ber ubah-ubah. Mereka semua palsu.

"Aku berangkat sekolah dulu paman, dan sepulang sekolah nanti aku akan ke rumah temanku untuk mengerjakan tugas kelompok."

Jungkook tak menyahut, ia tak perduli dengan apa yang diucapkan oleh pemuda yang duduk di seberangnya. Dia hanya bocah remaja berusia 16 tahun yang sudah Jungkook rawat dari kecil.

Orang tua dari bocah itu meninggal karena kecelakaan, dan Jungkook hanyalah tetangga yang selalu bocah itu datangi setiap malam karena dirinya yang bermimpi buruk. Lalu seorang teman memberinya saran untuk mengurus surat adopsinya, karena kebetulan bocah itu memang sebatang kara. Katanya lumayan. Harta warisan yang ditinggalkan untuk bocah itu terbilang fantastis, apalagi jika bisa mengembangkannya. Dan itu yang Jungkook lakukan saat ini.

"Paman.... bisakah paman menemaniku tidur. Tae-tae takut tidur sendirian...."

Hampir satu minggu lebih anak berusia 6 tahun itu terus datang ke rumah dan mengganggu pikiranku.

Dia tidak tinggal sendirian di rumah, ada beberapa asisten dan juga kerabat yang menemaninya. Bahkan adik dari Ibunya juga sudah bersiap untuk membawanya pindah dari rumah itu, mengadopsinya dan membawanya menetap di kanada.

Tapi entah apa yang sedang diinginkan oleh bocah berusia 6 tahun itu. Dia seperti sudah sangat nyaman, seolah telah mengenal lama, padahal Jungkook hanyalah pendatang yang baru 3 bulan menjadi tetangga keluarga Kim.

Jangan berpikir jika Jungkook merasa kasihan sehingga menerima bocah itu dan setelah mendapatkan persetujuan dari keluarga bocah itu, maka surat adopsi pun turun.

Jungkook sudah tak memiliki empati apapun, jangan lupakan itu.

Dan siapa yang sangka jika bocah berusia 6 tahun yang memiliki iris mata seperti anak kucing itu sudah tumbuh menjadi remaja yang tampan dan manis.

Dan siapa yang sangka jika bocah berusia 6 tahun yang memiliki iris mata seperti anak kucing itu sudah tumbuh menjadi remaja yang tampan dan manis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dia pergi setelah menyentak tas nya dan menunduk hormat pamit pada Jungkook. Jungkook dapat merasakannya meski ia tak menatapnya.

Pandangan Jungkook seperti biasa hanya terfocus pada kolam ikan di halaman samping rumah yang bisa ia lihati dari ruang makan. Tak ada yang menarik dari kolam ikan yang berisi beberapa ikan hias itu. Dan mungkin itulah yang membuatnya betah melihatnya setiap hari. Ya~ tak ada yang menarik.

Sepagian, sesiangan bahkan seharian, Jungkook bisa menghabiskan waktunya hanya dengan memandangi kolam ikan itu. Terlebih jika ia tak ada kegiatan yang berhubungan dengan pekerjaannya.

.
.
.

Taehyung tumbuh layaknya remaja pada umumnya. Meski ia memiliki kesulitan yang tak dimiliki oleh teman-temannya.

Ketika usianya 10 tahun pandangan Taehyung mulai mengabur. Dokter mengatakan tidak ada masalah dengan mata Taehyung. Pun juga tak ada kerusakan apapun pada korneanya. Jelas kornea mata Taehyung masih bisa menangkap bias cahaya dengan baik. Lalu apa yang menyebabkan pandangannya semakin mengabur seiring bertambahnya usia.

Bibinya beberapa kali masih datang mengunjunginya pada saat itu. Namun setelah Taehyung berusia 12 tahun hingga kini, bibinya yang pernah mengajukan untuk mengadopsinya tidak pernah lagi datang. Dan Taehyung juga tak mendapatkan kabar apapun dari bibinya setelah itu.

Taehyung sampai di sekolah. Bertemu dengan teman-temannya dan juga belajar dengan baik. Sejauh ini Taehyung masih dapat mengimbanginya, tapi tidak tahu untuk beberapa tahun ke depan.

"Hari ini kita jadi ke rumah Jimin kan?" Minjae membuka suara. Dia adalah ketua kelompok. Dan hari ini sudah diputuskan jika rumah Jimin yang akan menjadi tempat mereka mengerjakan tugas.

Menurut gossip yang beredar Jimin itu adalah anak tunggal dari pasangan pebisnis. Tapi bisnis apa ke dua orangtua Jimin, itu masih tanda tanya. Karena Jimin sedikit tertutup untuk urusan keluarganya.

"Kau benar anak orang kaya kan Jim..."

Alis Jimin menaut. Jam pertama pelajaran telah usai. Dan disela pengantin jam inilah kegaduhan para murid dimulai. Identitasnya memang se private itu. Jimin adalah putera seorang pejabat tinggi di Korea. Kehidupan pribadi keluarga Park tidak untuk dikonsumsi oleh umum.

"Aku sudah terlanjur menolak ajakan satu kelompok sama Daren, dengan alasan aku mau satu kelompok sama anak orang kaya.... auwww... kenapa memukul kepalaku?!"

Mata Eunwoo menyalak kesal mendengar obrolan rancau dari Dohwan. Tidak ada hubungannya dengan kaya atau miskin. Semua juga tahu kalau Jimin adalah murid terpandai di kelas dan semua berebut untuk bergabung dengan kelompoknya.

Dohwan yang merasa tidak terima karena terkena pukulan pun sudah siap melayangkan pukulan balasannya. Namun sayang ini belum waktunya untuk balas dendam.

Guru killer sudah masuk, dan pelajaran berikutnya akan segera dimulai.








Bersambung____

Taiwan, 1 April 2024

Partnya pendek dulu ya...

MY UNCLE IS PSYCHOPATH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang