Chapter~12

497 75 11
                                    

🔪🔪🔪🔪🔪🔪

Entah apa yang sedang dikulum Jungkook dan Taehyung di dalam pikirannya. Di luar sana Namu sudah melancarkan aksinya. Memutar kejelian otaknya agar selaras dengan putaran kunci master yang sedang ia pegang.

Putaran demi putaran Namu lakukan dengan sangat teratur sekali. Mencari titik temu di mana ia bisa nengentaknya dan lalu membuka pintu apartement milik Jimin.

KLIK

Itu adalah bunyi keberuntungan. Senyuman puas terpatri pada wajah Namu dan Hoseok. Hanya butuh dorongan kecil untuk bisa memasuki ruangan apartement.

Tapi tangan yang terentak kemudian membuat pintu yang sudah susah payah dibuka itu tertutup dan terkunci kembali secara otomatis. Bahkan kali ini tak hanya angka sandi yang menjadi pengaman, tapi juga sidik jari dari pemilik unit yang sah.

"Aku pikir ini bukan hal yang terpuji untuk dilakukan oleh aparat negara seperti kalian."

Suara itu menggaung kelewat tenang dengan ekpresi wajahnya yang datar. Tatapannya yang tajam begitu sulit duration oleh Namu. Pria berkulit pucat di depannya tak sedang mengintimidasinya, tapi Namu merasakan seperti ada tekanan yang kuat, yang mengguncang pikirannya.

"Perkenalkan aku Min Yoongi, pemilik sah unit apartement yang sempat kalian bobol beberapa saat lalu. Jika dilihat dari lencana yang kalian kenakan, aku yakin itu asli. Jadi sebelum aku mulai bertindak dan lencana kalian akan jadi taruhannya, dengan sangat hormat aku meminta kalian untuk meninggalkan unit ku. Dan aku tidak menerima dalih apapun."

Bahu Namu bergerak. Rangkaian ejaannya sudah berada di ujung lidah. Tapi guncangan dari Hoseok yang berada di belakangnya, terasa seperti remot pengendali sebuah robot. Namu terdiam dan harus terima menelan kembali semua kata-kata yang sudah ia susun sedemikian rupa.

"Maaf jika kami mengganggu privacy anda tuan Min. Menurut laporan unit ini adalah milik dari tuan Park. Dan kedatangan kami di sini adalah untuk menemui tuan Park yang sudah mengabaikan panggilan untuk menjadi saksi sebuah kasus pembunuhan."

SIAL!

Namu mengumpat dalam hati. Itu yang ingin dirinya katakan. Namu pikir Hoseok akan melakukan tindakan lain. Jika tahu begini, Namu tidak akan menahan ucapannya barusan.

"Tapi sepertinya kita kurang update dalam mencari informasi. Unit sudah berpindah tuan, dan sekali lagi kami mohon maaf dan mohon undur diri."

Hoseok menunduk pamit, dan mau tidak mau Namu pun juga ikut menunduk. Jadi ini yang dimaksud dengan Hoseok yang menahannya. Hoseok tak akan beradu argument dengan pria yang memperkenalkan Min Yoongi. Hoseok juga yakin jika pria itu tak akan membual perihal kepemilikan unit itu. Kasus ini tak akan menjadi penyelidikan yang sederhana. Dan ketimbang beradu argument yang ujungnya malah akan mendapatkan sanksi atau skors, Hoseok memilih untuk mencari tahu dengan caranya sendiri.

"Kita tetap akan menyeledikinya, dan pria Min akan menjadi daftar list baru kita."

Namu yang semula kecewa dengan cara kerja Hoseok kini tersenyum lebar sembari melakukan bow sebelum mereka berpisah karena harus mengendari mobil masing-masing.

Dan di rumah Jungkook tepatnya, Eunwoo dan Chan baru menyadari jika dirinya hanya diputar-putarkan oleh cerita dari bibi Lulu setelah 2 jam mereka berkutat dengan informasi yang semula mereka pikir penting tapi ternyata hanya untuk pengalihan focusnya saja.

Eunwoo dan Chan segera pamit, terlebih setelah mendapatkan pesan singkat dari Namu jika sekarang harus segera berkumpul di markas

"Apa kau juga memiliki pikiran yang sama denganku?"

Chan melirik ke arah Eunwoo yang tengah focus memutar setir kemudinya untuk mengambil rute balik arah.

"Humm... kupikir bibi Lulu juga bukan pelayan biasa." Chan membuka sedikit kaca jendelanya hanya untuk menguarkan kepulan asap dari nikotin yang ia sesap beberapa saat lalu setelah masuk ke dalam mobil.

"Tapi ketimbang kita memulainya dengan hal yang rumit, kenapa kita tidak memulainya dari pangkalnya saja dulu."

Eunwoo menginjak pedal rem nya. Mobil yang ia kendarai berhenti sejenak hanya untuk menikmati detik-detik lampu penyeberangan yang menyala. Dan tanpa bertanya apa maksud ucapan Chan, Eunwoo pun tahu jika yang dibicarakan sekarang ini adalah tentang dirinya yang berteman dengan Taehyung ketika sma.

"Tidak ada yang istimewa. Taehyung hanya siswa biasa. Eumm.... yang sedikit introvert mungkin. Taehyung lebih banyak diam. Tapi jika sudah membaur bersama dengan kami, dia akan menjadi pusat focus kita semua. Mungkin karena penglihatannya yang bermasalah."

Eunwoo sudah mengambil ancang-ancang untuk menginjak pedal gas nya lagi.

"Apa kau yakin jika Taehyung memang benar-benar tak bisa melihat?"

"Aku tak punya alasan untuk mempercayai atau meragukannya. Tapi itu dulu..."


.
.

Yoongi membuka pintu apartement lalu masuk perlahan. Mencoba memahami situsi yang kacau. Ruangan yang tampak berantakan dan suara erangan lemah menyambutnya di ruang tamu.

Seketika pandangannya langsung terpaku pada pria yang tergolek tak berdaya di lantai yang dingin dengan beberapa luka sayatan yang sudah mulai mengering darahnya.

Mata mereka bertemu dalam diam. Jimin menangis dalam batin, menyesali dirinya sendiri yang sudah diperingatkan dengan jelas oleh Yoongi sebelum pulang ke Korea dan terlebih lagi sebelum datang ke apartement ini.

Puas menatap muak pada Jimin, Yoongi mengalihkan pandangannya dan bertemu dengan tatapan mata Jungkook yang tajam. Jungkook berdiri bersandar pada tembok sambil memeluk tubuh Taehyung yang tampaknya seperti pingsan.

"Apa kau yang melakukan itu padanya?"

"Tutup mulutmu Yoon... bereskan saja semua kekacauan ini."

Yoongi berdecak kesal dan berjalan ke arah Jimin. Membangunkan dan membawanya duduk di sofa. Sedangkan Jungkook yang merasa jika kondisi sudah aman, ia membawa Taehyung dalam gendongannya menuju baseman tempat mobilnya di parkir.

Taehyung menceritakan tentang dirinya dengan singkat sebelum ia mengeluhkan sakit kepala dan keringat sebesar biji jagung membasahi wajah Taehyung. Panas tapi dingin itu yang Taehyung ucapkan sebelum nafasnya tersengal dan menjatuhkan kepalanya pada dada bidang Jungkook. Dan bertepatan dengan suara pintu yang terbuka, Taehyung pingsan.

Sebuah fakta yang bahkan sama sekali tidak membuat Jungkook terkejut. Pada dasarnya Jungkook sudah tahu jika Taehyung bukanlah putera kandung dari keluarga Kim yang ia bunuh. Namun fakta tentang Taehyung yang masih mengingat semua kejadian tanpa ada yang mengabur sedikitpun, cukup untuk membuat Jungkook tercengang.

Jungkook tak pernah berpikir jika yang ia rawat dan besarkan adalah calon monster seperti kakaknya, David.

Mobil sport mewah kini meluncur bebas tanpa hambatan meski jalanan tampak padat. Jungkook tidak akan pulang ke rumahnya bersama dengan Taehyung. Garis bawahi, bersama dengan Taehyung.

Taehyung akan ia tinggalkan di salah satu rumah pribadi Jungkook. Rumah yang hanya dia dan Yoongi yang tahu. Rumah di mana Jungkook menyimpan sisi gelapnya di sana.

.
.

Bersambung_____

Taiwan, 15 April 2024

MY UNCLE IS PSYCHOPATH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang