Chapter~15

484 58 1
                                    

🔪🔪🔪🔪🔪🔪🔪

Javier~ pemuda berusia 16 tahun itu berlarian di pinggir pantai yang padat dengan para wisatawan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Javier~ pemuda berusia 16 tahun itu berlarian di pinggir pantai yang padat dengan para wisatawan. Ini adalah liburan musim panas, dan pantai adalah salah satu tempat terapik untuk menghabiskan hari yang menurut sebagian orang sangat menyenangkan.

Namun semua itu tak berlaku pada Javier yang harus menyelesaikan pekerjaannya di tengah padatnya orang berlibur.

Mr Joe, Javier harus menemukan orang itu di tengah kerumunan orang-orang yang sedang berjemur di pantai. Matanya terus mengedar menatapi satu persatu wisatawan yang hampir semuanya mengenakan baju minim bahan. Beberapa bahkan terlihat seperti tak mengenakan pakaian.

"Jav~ waktumu sudah tidak banyak.
Pimpinan menunggu laporan kita sekarang juga."

Bangsat! Javier mengumpat. Panas terik matahari sudah membakar tubuhnya. Dan dia masih harus menyusuri area pantai yang berada di Bali untuk menemukan target.

Javier kembali mencari dan mencari. Jika sesuai informasi yang ia dapatkan, Joe sekarang sedang berlibur di salah satu pantai yang berada di Bali. Ok! Javier juga bukan anak yang bodoh. Dia tahu jika tak hanya ada satu pantai saja yang berada di Bali, Indonesia. Tapi pimpinannya juga tak segila itu untuk memberikan tugas pada bocah berusia 16 tahun jika informasinya tidak akurat.

Dan setelah dua jam pencarian, akhirnya Javier menemukannya.

Joe tengah duduk menikmati segelas minuman segar yang terbuat dari sari buah ditemani dengan seorang perempuan yang tampaknya sedang hamil tua, duduk di seberangnya.

"Aku menemukannya."

Seiring dengan laporan yang Javier berikan, beberapa orang yang sedang memantau pergerakan Javier melalui gps pun segera bergerak. Target kali ini bukanlah orang sembarangan. Joe adalah seorang mafia kelas atas. Mafia yang menjadi buronan para mafia karena sudah berani membawa kabur isteri dari seorang intel bernama David.

"Dekati dia... dan bawa ke tempat yang aman."

Sial!

Javier mengumpat. Mereka pikir menggiring Joe itu akan semudah menggiring bebek. Javier mengusak wajahnya kasar. Kelelahan di tengah cuaca yang panas.

"Arghhhh Indonesia kenapa panas sekali...." Javier menggila tepat di depan Joe. Joe yang mendengar ada seorang turis berwajah asia tapi memiliki logat Itali yang kental, cukup menarik perhatiannya.

Sekilas mata mereka pun bertemu pandang. Joe sempat tersenyum pada Javier sebelum ia terperanjat kaget karena melihat Javier yang tiba-tiba meregang kesakitan seperti sedang sesak nafas.

Nafas Javier tersengal dengan ruam merah yang mulai memenuhi sekujur tubuhnya. Dia alergi panas.

Sebenarnya Joe tak mau terlibat dengan siapapun di Bali. Tugasnya adalah untuk mengantarkan puteri dari seorang ex mafia yang sudah lama kabur meninggalkan rumah dan keluarganya. Dan Joe sudah sepakat untuk bertemu di Bali Indonesia. Tapi melihat pemuda yang meregang kesakitan seorang diri, Joe pun juga tak sampai hati mengabaikannya begitu saja.

Panik tentu melingkupi perasaan Joe saat ini, terlebih lagi sekarang ia berada di negara asing.

Di tengah kepanikan Joe, datang seorang pria berkulit putih pucat berwajah asia. Joe mengira jika orang itu adalah bagian dari pemuda yang sudah mulai menipis kesadarannya. Tapi dari beberapa pertanyaan yang pria itu tanyakan pada Joe, Joe menyimpulkan jika ke dua orang ini tidak saling mengenal.

Akhirnya Joe dan pria yang memperkenalkan dirinya seorang dokter bernama Min Yoongi itu pun membawa Javier masuk ke salah satu mobil. Itu adalah mobil Joe. Dan tepat ketika Joe hendak menekan pedal gas nya, sebuah belati sudah siap mengenai titik vitalnya.

"Sial! Aku tertipu." Joe terkekeh ketika menyadari siapa pria yang mengaku seorang dokter.

"Lama tak bertemu Joe... sedih rasanya kau melupakanku." Suga tersenyum tipis seraya menggoreskan samar-samar belatinya mengenai leher Joe.

Joe yang melihat perubahan wajah Yoongi pun mengulas senyumannya. Tak disangka kemajuan dari komplotan Triad sangat pesat. Suga hanya memakai lapisan kulit yang tipis menyerupai marker. Tak banyak sebenarnya yang berubah dari wajah Suga ketika menjadi Yoongi. Hanya rahangnya lebih sedikit lancip dan matanya yang terlihat agak besar. Tapi meski begitu Joe dengan gampang sudah tertipu.

"Bunuh saja aku... kau sendiri tahu kan jika misi gagal bayarannya adalah nyawa."

Tak lama setelah itu satu orang lagi masuk dan lalu memberikan satu obat alergi pada Javier. Hampir saja misi mereka gagal karena Javier yang kambuh, dan nyaris saja mereka kehilangan nyawa Javier.

Perlahan nafas Javier pun mulai stabil, dan Joe yang melihat Suga bersama rekannya yang memperlakukan Javier dengan sangat hati-hati, Joe pun menebak jika Javier bukanlah anggota Triad biasa.

"Apa dia adik David?"

"Bukan urusanmu dia siapa?"

Joe tertawa lepas. Tak disangka jika dirinya akan mati di tangan teman lamanya. Suga. Teman seperjuangannya dulu. Hanya karena Joe yang memilih setia pada Yakuza, mereka pun terpecah belah. Joe lebih suka bermain terang-terangan sebagai seorang penjahat. Tidak seperti Suga dan David yang senang berada di dunia para kaum elite. Para mafia yang berkedok menjadi orang-orang suci.

Suga melipat belatinya kembali dan menyalakan pematik apinya. "Aku tahu sampai mati pun kau tak akan membocorkan informasi di mana kekasih David yang sedang kau sembuyikan itu. Tapi aku juga yakin jika dengan dirimu yang tertangkap bos besarmu itu juga pasti sudah tahu. Jadi mari biarkan orang-orang nya David yang bergerak."

Baiklah, tidak ada salahnya bersantai sebentar sebelum malaikat maut menjemput. Joe tahu setelah ini hidupnya hanya akan menjadi buronan.

Javier sendiri sudah dibawa ke luar dari dalam mobil Joe dan perpindah ke dalam van berwarna hitam.




🔪🔪🔪🔪🔪🔪🔪

Hari ini giliran Taehyung yang akan memenuhi panggilan dari kepolisian untuk menjadi saksi kasus dari pembunuhan yang ada di bawah apartement Jimin beberapa tahun yang lalu.

Tapi sebelum Taehyung pergi menuju kantor polisi diantar oleh Jungkook, satu pertanyaan harus segera Taehyung lontarkan sebelum kepalanya benar-benar meledak.

"Paman..."

Jungkook mendongak, menatap Taehyung di antara gelas kopinya yang berada di depan mulutnya.

"Apa kau benar pamanku?"

Jungkook memiringkan kepalanya seraya meletakkan cangkir kopi hitamnya. Sesaat Jungkook merutuk, Sial! Kopi buatan bibi Lulu lebih enak'

"Untuk apa kau bertanya jika kau sudah tahu jawabannya."

Dan pemandangan pagi ini pun juga sangat tidak indah. Biasanya Jungkook akan berada di ruangan makan bersama dengan Taehyung dan memandangi kolam ikan. Kolam ikan yang menjadi tempat bersemayam terakhir ayah dan ibu angkat Taehyung.

"Aku hanya berharap jika paman mau mengatakannya secara langsung padaku. Setidaknya sebelum aku mati."

Jungkook memang tak pernah memiliki wajah yang lembut. Hanya saja bukan berarti Jungkook tak pernah melunak. Jungkook sudah berkali-kali melunak dan itu hanya untuk Taehyung.

"Kau pikir aku akan melakukannya?"

.
.
.

Beraambung____

Taiwan, 23 April 2024




MY UNCLE IS PSYCHOPATH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang