Chapter~16

438 56 1
                                    

🔪🔪🔪🔪🔪🔪🔪

Jimin duduk termenung di atas sofa dengan ke dua lututnya yang ditekuk. Meresapi nasibnya yang seperti tengah dijungkir balikkan oleh semesta.

Dia adalah putera dari salah satu orang yang berpengaruh di Korea, namun sayang... hanya untuk memberikannya tempat berteduh saja, sepertinya tak ada satu pun tangan yang terentang untuk merengkuhnya.

Apa salahnya. Ia hanya tak sengaja melihat. Dan ketika mulutnya diminta untuk bungkam. Dengan senang hati dan suka rela Jimin pun melakukannya.

Awalnya, Jimin pikir mungkin dengan dirinya yang tutup mulut itu bisa menyelamatkan Taehyung. Jimin masih berpikir jika mungkin Taehyung juga dalam keadaan bahaya. Tapi setelah satu tahun kepergiannya meninggalkan Korea, Jimin pun baru sadar, jika ternyata semuanya tak sesederhana itu.

"Kerja yang bagus anak manis."

Jimin mendapatkan usapan lembut bak anak kucing dari majikannya. Matanya yang sendu menatap luka pada pria berkulit pucat yang tengah mengulas senyum smirknya.

"Kenapa kalian jahat padaku?"

Suga tertawa mendengar pertanyaan polos dari Jimin. "Tidak ada yang jahat padamu. Buktinya kau masih hidup sampai sekarang."

Percayalah, tak ada yang lebih menakutkan bagi Jimin selain mendengar Suga yang berbicara lirih sembari mengulas senyum tipis. Entah mengapa tubuh Jimin seketika merinding.

Semua prosedur perihal kesaksiannya sudah ia selesaikan semua. Tak ada yang Jimin tutupi, ia mengatakan semuanya, dan Jimin pun juga mengatakan jika dirinya mendapatkan ancaman dari sang pelaku pembunuh itu.

Mungkin ini akan terdengar seperti Jimin yang sengaja menghambat jalannya pihak kepolisian. Tapi mengingat usia Jimin pada saat itu. Maka Jimin pun mendapatkan pemakluman. Hanya saja~ bagaimana bisa paman Taehyung yaitu Jungkook lolos dari semua tuduhan itu.

Tak ada yang bisa Jimin perbuat selain membesarkan kata pasrah. Nyatanya, ayahnya juga ada di antara mereka. Jimin masih tak habis pikir, bagaimana ayahnya bisa tutup mata ketika nyawa puteranya sendiri terancam.

Seketika Jimin teringat dengan Dohwan, temannya yang telah diculik dari rumahnya sendiri. Bagaimana sekarang keadaannya. Apakah Dohwan masih hidup sepertinya, meski rasa ingin mati melebihi apapun.

"Bagaimana itu bisa terjadi?" Jimin melontarkan pertanyaan ambigu yang dijawab dengan kerutan pada dahi Suga.

Suga menuang anggur ke dalam gelasnya. Memainkan di antara dua jarinya yang mengapit kaki gelas. Dan lalu meneguknya pelan.

"Sidik jari itu, bagaimana mungkin bukan milik paman Taehyung." Jimin terkekeh. Ini bukan saatnya untuk tertawa. Tapi jujur Jimin ingin sekali dalam sisa nyawanya ini untuk bisa menertawakan apa yang tengah ia alami.

"Kurasa aku tidak perlu menjelaskannya. Jelas kau sendiri sudah mendengarnya tadi, jika pembunuh itu adalah warga negara asing bernama Javier."

Yoongi bergerak mendekat ke arah Jimin. Menekan rahang Jimin dan membuka mulutnya paksa untuk memasukkan cairan merah pekat ke dalam mulut Jimin.

Kerongkongan Jimin bergerak, jakunnya naik turun. Minuman merah pekat itu, masuk ke dalam kerongkongannya dengan paksa. Rasa manis bercampur asam meledak di dalam kerongkongan Jimin. Meninggalkan jejak pahit di indera perasanya.

Kepalanya mulai pening, tubuhnya pun kian terasa hangat dan bergerak memanas. Minuman sialan. Jimin yakini jika anggur barusan bukanlah minuman alkohol biasa.

Mata Jimin kini menatap sayu ke arah Suga. Senyum bajingan pun sudah tercetak apik pada wajah yang tampak teduh tapi cukup menghanyutkan.

"Layani aku malam ini bocah. Puaskan aku. Itu juga kalau kau masih mau hidup dengan anggota tubuh yang lengkap."

🔪🔪🔪🔪🔪🔪

Setelah kurang lebih satu minggu tinggal di rumah asing, hari ini Taehyung pulang juga ke rumahnya, bersama dengan Jungkook tentunya.

Siang hari ini entah angin apa yang membuat pria dingin itu tampak begitu damai dalam lelap tidurnya. Moment yang tak pernah Taehyung dapatkan selama ia tinggal bersama dengan Jungkook.

Perlahan namun pasti Taehyung tenggelam dalam maniknya sendiri yang terus menatapi wajah tampan Jungkook yang tertidur di sofa ruang tamu. Entah apa yang membuat pria itu lelah, hingga ia pun nyaris lengah ketika ada jemari lentik yang mulai menyusuri tiap lekuk garis wajahnya.

"Sekarang aku tahu paman... kenapa bibi Lulu tak mau aku buta."

Jungkook menghentikan pergerakan jari Taehyung yang berada tepat di atas bibirnya. Menggenggamnya dengan erat seraya membuka matanya perlahan.

"Tutup mulutmu atau kucongkel matamu."

"Lakukan. Bahkan aku sudah siap sejak malam, di mana paman membunuh ayah dan ibuku. Benar mereka adalah iblis, tapi aku juga lupa kalau aku belum mengatakan, jika kalian juga sama iblisnya."

Kesabaran Jungkook habis sudah di sini. Taehyung~ bocah ini benar-benar membuatnya gila. Harusnya Jungkook menyingkirkan Taehyung pada malam itu juga. Merawat dan membesarkan Taehyung, seperti sedang menyimpan bom yang bisa meledak kapan saja.

"Berhenti menguji kesabaranku!" Nafas Jungkook menderu. Menguar panas menyapu pipi Taehyung. Dan Taehyung masih bisa tersenyum manis tanpa memutus kontak mata dengan Jungkook.

"Tenang saja paman... mulutku akan selalu bungkam untukmu." Taehyung menggerakkan jemarinya, seolah-olah sedang mengunci mulutnya.

Entah sejak kapan wajan Taehyung terlihat lebih ayu dan menggoda di mata Jungkook. Suara beratnya juga mengalun panas di telinganya. Hingga tanpa Jungkook sadari kini ia pun tengah tersenyum mengejek pada dirinya sendiri.

Tak ingin terlibat perasaan yang aneh, Jungkook segera mendorong tubuh Taehyung ke belakang dan lalu Jungkook pergi meninggalkan Taehyung sendirian di ruang tamu.

14 tahun sudah. Ya~ 14 tahun sudah Jungkook melakukan hal konyol dengan menentang perintah dari kakaknya sendiri, David untuk membunuh seluruh keturunan dari Triad musuh bebuyutan dari kelompok mafia Italy. Tidak peduli jika ada darah dagingnya sendiri.

David bukan tanpa alasan melakukan hal keji seperti itu. Cinta hanya akan membuatnya lemah. Cinta hanya akan menghancurkan semua pondasi kekuatan yang sudah ia bangun selama hidupnya. Dan jatuh cinta pada puteri musuh bebuyutannya adalah kutukan bagi seorang ber nama David. David tak mau jika suatu saat orang-orang yang ia cintai membuatnya menjadi bodoh dan idiot.

.
.

Bersambung____

Taiwan, 29 April 2024

MY UNCLE IS PSYCHOPATH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang