"Pa, Azka mau ngomong sesuatu," makan malam kali ini terasa menegangkan dari sebelumnya. dengan wajah penasaran pak Bondan menopangkan kepala ke kedua tangannya yang mengepal. Begitu juga Febie yang ikut undangan makan malam dari pak Bondan. Keduanya nampak serius memperhatikan Azka yang hendak mengatakan sesuatu. Pertunangan antara Azka dan Febie sudah direncanakan pada makan malam sebelumnya waktu dua minggu sebelumnya. Mungkin saja Azka akan membicarakan hal tersebut.
"Bilang aja, jangan buat Papa penasaran."
"Azka gak mau lanjutin hubungan sama Febie." Wajah yang tadinya terlihat sangat senang kini berubah menjadi raut wajah kekecewaan. Gelas kopi di hentakkan dengan keras di meja setelah pak Bondan menyesapnya sampai habis membuat semua orang tersentak.
"Apa yang kamu bicarakan ?" sebuah senyum terbit secara terpaksa untuk mengurangi rasa tegang itu.
"Azka gak mau lanjutin hubungan yang palsu lagi,"
"Maksud kamu apa Azka !" suara hentakan meja terdengar sangat keras hingga pengunjung lain ikut mengawasi mereka berempat. Kedua pria paruh baya saling bertukar pandangan. Pak Bondan dan ayahnya Febie belum bisa memahami ucapan yang baru saja keluar dari mulut Azka. Padahal beberapa minggu yang lalu mereka sudah sepakat akan mengadakan pertunangan di akhir bulan ini dan saat itu Azka terlihat sangat bahagia menanti hari itu, namun tiba-tiba saja sekarang Azka sendiri yang meminta menghentikan hubungan ini.
"Kamu tahu akibatnya kan Azka ?" yang ditanya hanya memandang kosong gelas yang masih penuh di depannya. Sedangkan Febie hanya menunduk menatap sepatu heels yang baru saja dibelikan oleh Azka beberapa hari sebelumnya.
"Kenapa tiba-tiba ? Kamu gak bisa pikirin matang-matang dulu ?"
"Apapun yang terjadi acara pertunangan kalian akan tetap dilaksanakan sesuai rencana yang telah kita susun sebelumnya."
"Nggak bisa Pa," mata teduh itu menatap mata Ayahnya yang tegas dan penuh wibawa.
"Azka anggap makan malam kali ini untuk menandakan bahwa hubungan antara aku dan Febie cukup sampai disini." Azka berdiri dan hendak meninggalkan mereka bertiga yang masih belum mencerna dengan benar maksud ucapan Azka.
"AZKA !" suara menggelegar dari pak Bondan membuat petugas keamanan datang dan mereka harus menjelaskan apa yang tgerjadi. Azka tahu resiko apa yang akan ia hadapi ketika ia melakukan hal konyol ini.
Setelah memastikan tidak ada hal apapun, petugas keamanan itu meninggalkan mereka. Azka masih berdiri di posisinya dengan pandangan kosong. Febie mencoba meraih tangan yang tergantung lemas di sebelahnya. Sepertinya sentuhan itu membuat Azka tersentak dan membuatnya kembali lagi ke dunia dimana ia berada sekarang. Azka menatap wajah manis perempuan di sebelahnya.
"Azka mau antarin Febie pulang." tangan Febie seketika langsung ditarik oleh Azka. Kedua pria paruh baya itu hanya bisa menyaksikan kedua putra putrinya beranjak meninggalkan makan malam yang masih belum selesai.
"Kak Azka ?" suara lembut itu terus memanggil namanya, namun Azka tetap tidak mengindahkannya hingga mereka memasuki tempat parkir.
"Sorry Feb,"
"Ada apa kak ?" keduanya memasuki mobil Azka yang tadinya mengantar mereka ke tempat makan malam tadi.
"Kak Azka," pandangan Azka kini beralih pada wanita berambut pendek yang duduk di sampingnya yang menatapnya balik.
"Gue tau kalau Lo gak bakalan setuju sama hubungan ini,"
"Sorry gue egois." Mesin mobil dinyalakan dan menimbulkan suara lembut yang perlahan menghilang saat mobil mulai keluar dari tempat parkir. Suasana malam ini tidak seperti biasanya. Mereka saling terdiam dan tak ada yang mau memulai percakapan lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
NICE TRY
General FictionKue kering yang isinya selai nanas itu apa namanya ? Nice Try bukan ? Gimana usahanya buat dapatin dia ? Masih aman ? Azka Pratama tidak memiliki nasib yang bagus di dunia asmara. Semua itu gara-gara kutukan dari seseorang yang pernah ia tolak. Ber...