WORK WITH HEART

4 2 0
                                    

Siulan Azka terhenti ketika menemukan Zeeva tengah tertidur di meja khusus sekretaris di ruangannya. Azka tidak pernah menyangka kalau ruangan yang biasanya selalu berantakan, kini telah berganti suasana. Dari informasi yang Azka dengar, pagi tadi ada seorang karyawan yang menunggu di depan pintu bahkan sebelum petugas keamanan datang. Satpam kantor itu melapor kepada Azka.

"Gila nih orang. padahal niatnya cuma bercanda malah diseriusin. Emang gak pernah berubah." Azka menatap lekat ke arah wanita yang tertidur dengan posisi kepala berada di meja dan kepalanya dibenamkan diantara kedua tangannya.

"Woi, bangun."Azka mengguncang bahu Zeeva. Merasa terganggu, Zeeva dengan cepat mengusap kedua matanya. Wajahnya terlihat mengantuk.

"Pagi Pak Prat..." Zeeva menutup mulutnya yang menganga karena ia menguap terlalu lebar.

"Dari kapan ?"

"Kan katanya subuh udah sampai di kantor."

"Yaelah, candaan gitu aja diseriusin."

"Gapapa lah pak, sekalian biar menjaga kedisiplinan."

Azka membuka ruangan kantornya. Aroma lavender menyeruak ketika ia melangkahkan kaki ke dalam ruangan tersebut.

"Lo ganti pengharum ruangan gue ?" Azka menyadari perubahan aroma di ruangannya. ia lebih suka aroma jeruk daripada bunga-bungaan.

"Jeruk sama Lavender sama-sama punya efek relaksasi. bahkan lebih ampuh aroma lavender. Biar gak stress amat sih."

"Besok, gue gak mau nyium aroma yang kayak gini lagi." Zeeva mengikuti Azka masuk ke dalam ruangan. Ia menyodorkan daftar kegiatan yang telah diberikan oleh pak Arya waktu kemarin.

"Emangnya mau wangi yang kayak gimana ? kemenyan ?" Azka mencari pulpen untuk menggoreskan tanda tangannya di atas jadwal di bulan ini. Jadwal bulan ini tidak sepadat bulan-bulan yang lalu.

"Pala lo peyang ! lo mau ngebunuh gue perlahan ?"

"Bercanda kali pak. Gitu aja diseriusin." Zeeva menyimpan kembali kertas yang telah tertera tanda tangan dari Azka.

"Satu jam lagi ada meeting sama PT. Ultradesign." Azka melirik arlojinya lalu mengangguk pelan. komputer di depannya sudah menyala dan kini tatapannya terpaku pada layar yang menunjukkan laporan dari karyawan yang telah dikirim melalui surel pribadi miliknya.

"Zee,"

"Tolong bawain kopi latte dengan presentase gula cuma 10% aja. Jangan terlalu panas dan jangan terlalu dingin.pastikan suhunya nggak lebih dari 40 derajat." Zeeva hanya bisa melongo mendengar arahan Azka yang terlalu banyak permintaan.

"Zee ?" Zeeva masih mematung di depan Azka yang berkali-kali menjentikan jarinya untuk membangunkan Zeeva dari lamunan.

"Ngerti kan maksud saya ?" Zeeva mengangguk pasrah. Apalah salah dia hingga mendapatkan bos yang tidak pernah ia duga sama sekali.

Zeeva kembali dari dapur lalu menyajikan kopi latte yang dipesan Azka.

"Nih, bos." Zeeva menyodorkan kopi itu bersamaan dengan beberapa camilan yang ia dapatkan dari dapur. tanpa bisa ditebak sebelumnya, Azka mengeluarkan alat pengatur suhu air untuk mengukur apakah kopi itu sesuai dengan standarisasi kopi paginya.

"Kopinya kepanasan." Azka mengetukkan alat pengukur itu untuk menghilangkan air yang masih menempel pada ujungnya.

"Yakan nanti bisa dingin sendiri."

"Gak bisa."

"Terus, lo minta gue buat ganti kopi itu ?"

"Menurut you ?"

NICE TRY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang