Di sebuah kedai kecil di samping sekolah, mereka memilih menghabiskan waktu sore di tempat yang penuh energi positif ketika memasukinya. Dua mangkuk mi ayam dan dua eskrim coklat adalah menu yang selalu mereka pilih untuk dinikmati."Gue jadi inget, dulu pas waktu wisuda, Lo nggak mau diajak foto bareng sama anak-anak sekelas. Alasannya apa ? Lagi buru-buru ?" Azka langsung mengambil eskrim yang ternyata lebih cepat datang daripada mi ayam yang mereka pesan.
"Diem Lo !"
"Ututu malah,"
"Jijik tau," Zeeva memutar bola matanya malas.
"Jijik jijik gini pernah jadi orang yang Lo suka kan ?" Azka melayangkan senyum jahil ketika Zeeva mulai terpancing dengan kata-kata Azka.
"Iyuhhhh, gue nyesel tau !"
"Lo gak mau tau alasan kenapa gue kayak gitu waktu dulu ?"
"Enggak !"
"Yaudah, padahal gue punya kisah unik dibalik itu semua."
"Seinget gue, Lo pernah bilang kalau selera Lo itu bukan gue. Standar Lo terlalu tinggi." Zeeva menyuapkan sendok eskrim ke mulutnya.
"Ngawur aja !"
"Terus ?"
"Gue nolak Lo kayak gitu karena... Gue malu." Azka menundukkan kepalanya memandangi sepatu kets yang ia beli dari Australia.
"Lo malu kau gue adalah cewek yang suka sama Lo ?"
"Bukan itu maksudnya,"
"Gue malu karena harusnya gue duluan yang nembak Lo. Bukan cewek yang nembak cowok duluan. Gue ngerasa jadi cowok pengecut." Sebuah fakta yang baru Zeeva ketahui setelah bertahun-tahun menyimpan rasa dendam pada Azka.
"Kenapa gak jujur aja ?"
"Gimana mau jujur kalau Lo selalu ngehindarin gue."
Dua mangkuk mi ayam telah disajikan di depan mereka. Menu favorit itu selalu menjadi incaran dari setiap siswa yang datang kesini. Tak jarang, saat mereka datang agak sore, menu itu sudah ludes. Habis terjual.
Mereka berdua menikmati mi ayam dalam diam dengan pikiran mereka sendiri sendiri yang sedang kalut. Suara dentingan sendok dan mangkok menemani keheningan diantara mereka. Sesekali mereka bertukar candaan kecil untuk menghapus rasa kecanggungan.
Mereka lebih sering membahas urusan bisnis daripada urusan pribadi. Azka ingin mengenal lebih jauh seorang Zeeva yang menjadi cinta pertamanya. Meski Azka sering mengatakan kalau dia sudah melupakan semua kenangan dan segala hal yang berbau cinta, tapi dalam lubuk hati yang paling dalam, ada sedikit celah yang terbuka dengan kehadiran Zeeva.
Isi mangkok Azka lebih cepat habis daripada milik Zeeva dan selalu seperti itu sejak dulu. Biasanya, Azka akan menghabiskan sisa mi di mangkok Zeeva jika perempuan itu sudah tidak kuat lagi menampung mi itu dalam perutnya yang ramping.
"Habisin makanannya. Gue udah gak menerima jasa tampung makanan lho ya..." Azka terkekeh geli melihat tatapan tajam Zeeva dengan mi yang masih menggantung di mulutnya.
Drrrttt... Drrrttt...
"Eh bentar ya,"
"Halo pa ?"
"Halo Azka, kamu bisa ke kantor sekarang ?"
"Kenapa pa ?"
"Ada hal yang harus papa omongin sama kamu."
"Nggak bisa di rumah aja pa ?"
"Hari ini papa nggak pulang, jadi kamu yang harus kesini."
"Bentar ya pa, mungkin sekitar setengah jam lagi Azka baru berangkat ke kantor."
"Cepetan ya,"
"Oke pa,"
Azka membuka aplikasi chatnya dan melihat banyak pesan yang belum ia buka dari ayahnya. Sebagian besar pesan dari ayahnya membahas tentang cabang baru yang akan dibuka di Yogyakarta. Azka bisa menebak apa yang akan ayahnya bicarakan nanti. Pasti ia akan diberangkatkan untuk peresmian tersebut.
"Ada masalah di kantor ?" Zeeva menggigit potongan daging terakhir di mangkoknya. Tidak biasanya Zeeva menghabiskan makanannya.
"Nggak, cuma hal biasa. Eh, Lo udah tau kan tentang cabang di Yogyakarta ?"
"Oh, itu udah mau peresmian ya ?"
"Lha, kok Lo udah tau duluan ?"
"Gue serba tau. Dan lebih tau daripada Lo."
"Sok-sokan Lo !"
"Kan, Lo sendiri yang ngomong kalau gue bukan karyawan biasa. Itu bener banget. Gue lebih dari karyawan Lo. Gue ngerangkap jadi babu Lo, jadi perawat Lo dan semuanya gue lakuin meskipun posisi gue hanya sebatas sekertaris perusahaan."
"Eh iya, ngomongin soal kemarin, gue minta maaf ya."
"Buat apa ?"
"Kemarin kayanya gue ngomong kasar Mulu ke Lo."
"Udah biasa kali. Gak kaget sih."
"Tapi gue gak enak sama Lo."
"Dih, tumben."
"Kok Lo bisa tahan sih sama sikap gue yang semena-mena ke karyawannya ? Harusnya, kau gue di posisi Lo, gue udah resign dari dulu."
"Gue kan kerjanya pakai hati, nggak pakai pikiran atau keterpaksaan. Gue beruntung bisa gabung di perusahaan besar dengan jejak pendidikan gue yang cuma segitu."
"Kerja kok pakai hati, ntar kalau gagal move on baru tau rasa."
"Nggak mungkin lah." Zeeva mengambil sebotol teh yang ada di meja.
"Zee ?"
"Hm,"
"Kalau Lo bisa ngulang kejadian yang di taman belasan tahun lalu, Lo mau apa ?"
"Kalau gue mau batalin semua ucapan yang keluar dari mulut gue. Gue nyesel banget." Zeeva mengambil tisu untuk mengelap wajahnya yang lengket terkena kuah dan juga sisa eskrim yang masih menempel di kulit wajahnya.
"Kalau gue bisa ngulang kejadian itu, gue mau bilang kalau gue juga nyimpen rasa ke Lo."
"Tapi udahlah, itu udah jadi masa lalu."
"Dan sekarang, rasa itu tumbuh lagi, Zee."
"Semua udah basi, Az. Gue udah..." Zeeva sengaja memperlihatkan benda mengkilap yang melingkari jari manisnya. Dia sudah ada yang memiliki.
"Oh, lo udah nikah ?"
"Belum lah, masih tunangan. Gue dijodohin sama bos tambang."
"Lo cinta sama dia ?"
"Nggak tau. Tapi gue ngerasain ada yang aneh dari dia beberapa hari terakhir."
"Oh gitu. Eh, ayo balik ke kantor, bokap gue udah nungguin."
Kutukannya belum berakhir ya ? Kenapa hidup gue selalu NT sih ?
KAMU SEDANG MEMBACA
NICE TRY
General FictionKue kering yang isinya selai nanas itu apa namanya ? Nice Try bukan ? Gimana usahanya buat dapatin dia ? Masih aman ? Azka Pratama tidak memiliki nasib yang bagus di dunia asmara. Semua itu gara-gara kutukan dari seseorang yang pernah ia tolak. Ber...