Pagi itu Azka disibukkan dengan pemindahan barang-barang yang belum ia selesaikan malam tadi. Ia jadi terburu-buru karena Brian sudah menunggunya di ruang tamu. Sekitar dua atau tiga koper berhasil dibawa Azka ke ruang tamu. Hanya tinggal beberapa barang lagi yang harus Azka singkirkan ke apartemen baru.
"Azka !" Brian nampak terburu-buru karena pagi ini ia dapat shift pagi dan harus mengemasi kafe sepagi mungkin.
"Iya Bri ! Bentar lagi." Azka memasukkan barang yang ada di nakas secara asal ke dalam ransel tas yang terakhir.
"Banyak banget barangnya ?"
"Iya, semua penting."
"Yaelah. Udah belum ?" Brian terus melihat arlojinya. Ia sedikit kesiangan untuk sampai di kafe tepat waktu.
"Dave gimana ?" Azka mengenakan tas ransel kemudian menenteng kopernya menuju mobil.
Dari hasil penjualan apartemen, Azka mendapat keuntungan sesuai yang dibilang oleh Brian. Jadi, hari ini ia bisa mengajak Teressa jalan-jalan. Sayangnya hari ini jadwal kuliahnya ada di jam sore hingga malam.
"Udah semua ? Nggak ada yang ketinggalan ?" Brian melirik Azka yang kerepotan membawa tetek bengeknya.
"Bantuin ngapa Bri." Azka menatap tajam Brian yang diam saja saat Azka sedang sibuk mengatur tempat untuk barang-barangnya di bagasi.
"Manja amat. Udah itu. Udah pas kan ? Nah ayo berangkat." Azka membanting pintu bagasi dengan kesal. Bisa-bisanya Brian mengabaikan teman yang butuh bantuannya.
"Ngapa mukanya kusut kayak gitu ?" Tanpa merasa bersalah, Brian menyempatkan mengejek Azka sambil mengambil permen di dashboard mobil Azka.
"Diem Lo."
"Yah sewot." Azka melajukan mobilnya meninggalkan halaman apartemen untuk selamanya. Tidak akan lagi tempat tidur mewah yang ia suka, tidak ada lagi dapur luas yang ia sering kunjungi dan tidak ada lagi sofa empuk favoritnya.
"Eh, Ka."
"Hm,"
"Dingin banget."
"Hm,"
"Marah ya ?"
"Tck, apaan sih Bri ? Kalau mau ngomong, ngomong aja ngapa sih ?"
"Kuliah kamu masih siang kan ?"
"Kenapa emangnya," balas Azka dengan jutek.
"Jadi cari kerjaan nggak ?" Azka menoleh ke arah Brian sekilas.
"Ntar aja."
"Mentang-mentang udah pegang duit ya ?"
"Duit ini mau aku pake."
"Lha karena itu kamu harus cari sumber duit. Emangnya buat apaan sih tuh duit ?"
"Bentar lagi Teressa mau ke California."
"Terus ?"
"Aku mau ngelamar dia." Mendengar kata lamaran, Brian melotot kaget hingga hampir menelan bulat permen yang ada di mulutnya.
"Serius Ka ?"
"Nggak, bercanda." Brian menghembuskan nafas kelegaan saat Azka bilang itu hanya leluconnya saja
"Ya serius lah Bri. Aku nggak mau kelamaan pacaran. Biar bisa langsung halal yakan ?" Brian menggaruk kepalanya dengan kuat.
"Gini-gini, emangnya kamu udah siap nerima resiko pernikahan ? Secepat itu Ka ? Pernikahan bukan hal untuk dipermainkan lho." Brian mencoba menjelaskan kepada Azka tentang kehidupan pernikahan yang tidak mudah.
KAMU SEDANG MEMBACA
NICE TRY
General FictionKue kering yang isinya selai nanas itu apa namanya ? Nice Try bukan ? Gimana usahanya buat dapatin dia ? Masih aman ? Azka Pratama tidak memiliki nasib yang bagus di dunia asmara. Semua itu gara-gara kutukan dari seseorang yang pernah ia tolak. Ber...