"Tuan Azka, saat ini kita sedang melewati wilayah Claveland St, dimana saya tinggal." Pak Arya masih fokus mengemudikan mobil sembari menunjukkan beberapa tempat menarik kepada Azka.
"Tuh kan, gua gak mau respon lagi kalau Lo masih manggil pakai sebutan 'tuan' titik." Azka menempelkan kepalanya pada sandaran kursi dengan kedua tangan yang terlipat di dada.
"Mulai sekarang tuan Azka tidak bisa memakai logat Jakarta." Senyuman terbit dari wajah pak Arya yang terlihat letih pagi ini.
"Maksud Lo ?"
"Seperti itu,"
"Maksudnya apa sih ?"
"Mulai sekarang tuan Azka harus belajar memakai bahasa formal. Artinya tidak ada 'lo-gue' tapi 'saya dan kamu' " pak Arya tersenyum lebar setelah melihat reaksi Azka yang sangat tidak terima dengan aturan itu.
"Gak mau !"
"Ini perintah dari ayah anda."
"Terus kalau gue langgar ?"
"Pak Bondan meminta saya untuk melaporkannya dan beliau sendiri yang akan mengurusnya."
"Terserah Lo !" Dengan tangan kanannya, pak Arya merogoh ponsel di sakunya dan mulai menekan satu-persatu nomor di papan teleponnya lalu terdengar nada sambungan dari seberang telepon.
"Lho ! Kok beneran ditelpon sih ?" Dengan cepat Azka meraih ponsel Pak Arya dan segera mematikan telepon yang baru saja terhubung itu.
"Iya gue nurut,-"
"Ekhem," dehaman itu mengingatkan Azka untuk merubah gaya bicaranya.
"Iya... Maksudnya aku nurut. Yaelah, harus banget ya kayak gini." Azka kembali menyandarkan kepalanya sambil menikmati jalanan di kota Sydney yang terlihat lebih sepi dari biasanya.
"Kita mau kemana ?"
"Ada satu tempat yang wajib tuan Azka kunjungi setiap hari."
"Bentar bentar, gu- aku udah belajar pakai aturan kamu. Jadi sekarang pak Arya stop panggil aku dengan sebutan tuan. Oke ? Nggak mau tau. Panggil Azka aja kenapa sih ?"
"Sesuai dengan permintaan anda."
"By the way, tempat apaan tuh ?"
"Tepat di ujung jalan ini." Mobil pak Arya berhenti di depan tempat kursus bahasa asing yang tempatnya sangat jauh dari jalan besar dan bisa dibilang cukup terpencil.
"Kursus bahasa asing ? Kenapa harus kesini ?"
"Pak Bondan menginginkan agar kamu menjadi lulusan terbaik. Jadi beliau menginginkan agar kemampuan bahasa asing kamu semakin diasah." Mereka turun dari mobil dan masuk ke dalam tempat kursus itu.
"Tempatnya ngebosenin."
"Jangan menilai dari tempatnya, Azka. Disini kamu akan mendapat banyak ilmu." Suasana unik terasa saat mereka baru memasuki koridor terbuka. Mereka berjalan hingga ke ujung koridor dan berhenti ketika tiba di depan pintu yang terdapat gantungan bertuliskan "Waiting Room"
Saat ini mereka berada di ruang tunggu untuk menemui seseorang. Dari arah pintu terdengar suara orang memasuki ruangan yang saat itu hanya ada Azka dan pak Arya. Suara berat dari orang tersebut membuat keduanya serempak menoleh dan berdiri untuk menyambutnya.
"Pak Arya ?" Orang itu memastikan bahwa pak Arya memang seseorang yang sedang ia tunggu.
"Iya benar pak,"
"Dan ini pasti Azka, putra pak Bondan."
"Hai Om,"
"No, jangan panggil Om. Panggil Mister Darso."
KAMU SEDANG MEMBACA
NICE TRY
General FictionKue kering yang isinya selai nanas itu apa namanya ? Nice Try bukan ? Gimana usahanya buat dapatin dia ? Masih aman ? Azka Pratama tidak memiliki nasib yang bagus di dunia asmara. Semua itu gara-gara kutukan dari seseorang yang pernah ia tolak. Ber...