BAB 9 JALAN-JALAN

7K 1K 38
                                    

Baru lembur. Tugas menumpuk lagi, haha... :)

Vote, comment, follow!

Typo tandai!

.

.

Sepuluh tahun yang lalu, Casius hanyalah seorang anak polos yang baru menginjak usia 6 tahun. Anak yang hanya mengharapkan secuil kasih sayang dari ayah dan kakak-kakaknya.

Lalu suatu hari, Casius kecil yang kesepian tak sengaja melihat pedang yang familiar.

(ilustrasi diambil dari google)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(ilustrasi diambil dari google)

"Bukankah itu punya kakak?"

Pedang milik Eric. Casius kecil sering melihat –lebih tepatnya mengintip- Eric berlatih menggunakan pedang itu. Ia juga pernah mendengar bahwa kakaknya sangat menghargai pedang itu. Karenanya Casius kecil sangat hati-hati ketika ia mendekat.

"Wooow! Pantas saja kakak sangat menyukainya," decaknya kagum.

Casius kecil menatap penuh minat bilah pedang yang sedikit keluar dari sarung. Kilau biru itu mirip dengan mata ayah dan kakaknya. Sangat indah.

Ketika mengamati pedang Eric dengan seksama, Casius juga melihat sarung pedang itu kotor oleh noda tanah. Casius ingin membersihkannya, namun ia tidak memiliki apapun di tangannya. Jadilah ia menarik kain pakaiannya untuk mengelap kotoran pada pedang itu.

"Aku akan membersihkan pedangnya, jadi kakak bisa latihan dengan lebih semangat!"

Casius kecil tersenyum cerah. Matanya yang menyipit saat tersenyum membuat anak itu tampak lebih manis.

'Ayo cepat! Sebelum kakak datang!' Casius kecil mempercepat gerakan tangannya. Ia harus pergi sebelum Eric datang. Ia tahu kakaknya tidak menyukainya. Ia tidak ingin membuat suasana hati kakaknya buruk hanya karena melihat dirinya.

Namun sayang... karena terlalu fokus dengan kegiatannya, Casius kecil tidak menyadari seseorang berdiri di belakangnya dengan aura mencekam.

Sosok itu mengulurkan tangannya. Satu meraih pedang, satu lagi menarik kerah Casius menjauh dari pedang. Tarikan itu sangat kuat dan kasar hingga anak kecil dan kurus seperti Casius terlempar dengan mudah, membuat kening anak itu terluka dan berdarah.

"Apa yang kau lakukan pada pedangku, sialan!"

Casius yang masih terkejut hanya terbatuk sambil memegangi lehernya, tubuhnya bergetar hebat. Ia terlempar sekaligus tercekik oleh kerahnya.

Anak kecil itu mendongak, menatap Eric yang berdiri dengan mata dingin penuh amarah yang menyorot lurus padanya. Iris mata Casius bergetar. Tak ada lagi tatapan berbinar atau senyuman, yang ada hanya raut ketakutan dan kesedihan di wajahnya.

Putra Bajingan Duke Adalah Seorang PsikologTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang