BAB 14 MALAM BULAN BARU

6.4K 1K 42
                                    

Nggak ada kata-kata. Langsung gass aja!

Vote, comment, follow!

Typo tandai!

.

.

Malam kali ini sangat mencekam. Semilir angin begitu dingin menusuk kulit, sebagian telah orang menutup pintu dan jendela mereka sejak sore hari. Tak lupa mereka menghidupkan perapian untuk menghalau hawa dingin yang sempat menerobos.

Lain halnya dengan Casius. Jangankan perapian, pemuda itu bahkan dengan nyaman berdiri di depan jendelanya yang terbuka lebar. Matanya menatap bulan yang nampak besar di langit.

'Cak, bentar lagi dimulai. Lo udah siap?'

Casius memejamkan matanya, lalu menghembuskan napas berat. Ia sungguh tak ingin berkelahi kalau bisa.

'... Mau gantian sama gue?'

Tawaran itu membuat Casius sedikit tergiur. Sebelumnya Alter memang mengatakan bahwa mereka bisa bertukar kesadaran dalam keadaan darurat. Ditambah, Alter jauh lebih baik dalam pertarungan dibandingkan dirinya. Akan bagus jika mereka bisa bertukar posisi saat ini, namun-

"Tidak."

Casius menolak tawaran itu. Ia pikir masih belum waktunya untuk mengandalkan Alter.

"Ini bukan masalah tersulit yang harus kita lalui. Jika aku tidak bisa melaluinya sendiri, aku tidak bisa menjamin kehidupan kita di masa depan."

Saat itu...

ZRAK ZRAKK ZRAKK!

Casius menatap kerumunan burung yang berbondong-bondong naik ke langit, terbang tak tentu arah.

Menggeser sedikit pandangannya, Casius melihat warna bukan yang keemasan mulai terdistorsi oleh gelapnya rupa darah. Tekanan udara meningkat, membuat napas Casius sedikit berat. Suhu ruangan pun naik sedikit demi sedikit, namun semilir angin masih sedingin es. Sensasi yang akan membuat sebagian orang merasa mabuk.

"Sudah dimulai."

***

Sementara itu di aula konverensi dalam mansion utama Vanca...

"Dengan begitu, konverensi hari ini dapat diakhiri."

Eric* mengatakan beberapa patah kata lagi sebelum menutup konverensi di aula Kediaman Vanca.

*Kakak pertama Casius (kali aja lupa...)

Para bangsawan pengikut dan administrator memberikan tepuk tangan yang meriah sebelum kembali ke pekerjaan masing-masing.

Eric yang melihat aula mulai sepi akhirnya bisa merasa lega. Pemuda itu menghembuskan napas lelah. Rapat seperti ini adalah sesuatu yang paling ia hindari karena ia butuh banyak energi hanya untuk adu mulut yang sering kali tak berguna di matanya.

Jika bisa memilih, Eric tanpa ragu akan mengajukan dirinya untuk menghadapi musuh di perbatasan daripada menghadiri 'rapat' ini. Sayangnya ia adalah penerus keluarga. Eric tak bisa selamanya menghindari hal ini. Sekarang contohnya. Arsland memintanya menggantikan dia untuk memimpin rapat, sementara orang tua itu hanya memperhatikan dari samping.

Eric memijat pelipisnya yang berdenyut.

"Kamu sudah bekerja keras. Setelah ini istirahatlah."

Eric mengangguk.

Arsland memang jarang berekspresi, namun sesungguhnya dia adalah sosok ayah yang sangat perhatian dan menyayangi anak-anaknya. Bahkan anak Veronica, Elfreda, menerima limpahan kasih sayang dari Arsland. Padahal pernikahan Arsland dan Veronica yang hanyalah pernikahan politik. Berbeda dengan pernikahan Arsland dan istrinya yang telah meninggal yang memang dilandasi oleh cinta.

Putra Bajingan Duke Adalah Seorang PsikologTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang