Gw nyoba gaya nulis baru. Nanti di akhir bab tolong kasih tanggapan ya ^^
Tolong diingat! Cerita ini hanya fiksi okee! Jangan terlalu dibawa serius! Membacalah dengan bijak!
Vote, comment, follow!
Typo tandai!
.
.
Bertahan... Menyerah...
Apakah memutuskannya begitu penting untukku? Aku sekarang mungkin 'Casius', tapi aku tetaplah 'Cakra'. Aku lahir di bumi modern, salah satu aggota panti asuhan, dan seorang psikolog. Aku bukan pemuda labil yang sangat membenci atau mencintai sesuatu. Aku bukan 'Casius' yang dunia ini tahu.
Pada dasarnya, 'Casius' sudah benar-benar mati ketika 'Cakra' lahir. Apa yang hidup di tubuh Casius sekarang hanyalah 'aku', Cakrawala Sang Psikolog. Dan aku... tidak merasakan ikatan yang kuat dengan orang ataupun dunia ini.
Memilih dan memutuskan sesuatu hanyalah milik mereka yang PEDULI. Lalu, bagaimana dengan Casius yang tidak peduli dengan semua itu?
Casius tersenyum, namun senyuman itu tidak mencapai matanya. Tak ada seorangpun yang bisa membaca isi pikirannya.
"Awuwuwuw~ Krrr!"
"..." Yah, setidaknya dia akan melakukan yang terbaik untuk orang-orang yang mempercayainya.
Casius menatap Yushe yang tidur meringkuk di samping kepalanya. Kedua tangannya memeluk Casius dengan erat. Padahal dia selalu menjaga batas dari Casius ketika bangun, namun saat terlelap anak itu malah melekat padanya seperti lem. Lucu, kan?
Casius menyimpan jam sakunya kembali dan memejamkan mata. Pemuda itu tertidur dengan bocah serigala di sampingnya.
***
Sejak saat itu, satu bulan berlalu begitu saja.
Seiring perubahan sikap Casius (atau mungkin pembawaan asli Cakra?) sikap para pekerja terhadapnya juga berubah. Meskipun alasan utamanya adalah senyuman hangat dan aura positif yang selalu menguar setiap kali tatapan mereka bertemu.
"Hahh~ Inilah yang dinamakan cuci mata."
"Melihat yang 'hijau-hijau' memang yang terbaik sebelum lembur."
"Karena inilah aku bekerja keras."
Tiga maid menganggukkan kepalanya dengan mantap. Di depan mereka, seorang pemuda bermain dengan beastman muda dari ras anjing.
Usapan yang lembut. Mata teduh dan senyuman menawan itu. Jiwa muda para maid ini mendapatkan musim seminya.
Jika ini dua bulan yang lalu, kami tidak akan percaya tuan muda bisa berekspresi seperti itu.
Jika ini dua bulan yang lalu, mereka hanya akan melihat mata dingin nan tajam yang menusuk mereka seperti bilah es yang runcing. Dan senyuman? Jika ini dua bulan yang lalu, 'senyuman' tuan muda itu hanya akan menjadi pertanda buruk bagi mereka.
Bahkan tiran besar dalam legenda masih menyisakan sepotong hatinya untuk orang yang dia cintai.
Sejak bersama dengan anak ras anjing itu, tuan muda mereka semakin sering berekspresi. Beliau juga tampak lebih santai dan terbuka. Walau mereka sangat jarang melihat pemuda itu, para maid sangat yakin bahwa tuan muda mereka menghargai anak itu.
"Dilihat dari manapun, sangat jelas bahwa tuan muda sangat manyayanginya."
"Yah, anak itu sangat imutt~ Siapa yang tidak menyukainya? Fufu~"
KAMU SEDANG MEMBACA
Putra Bajingan Duke Adalah Seorang Psikolog
FantasiKetika ia datang ke desa, seorang penduduk memujinya, "Bagaimana bisa Anda tahu apa yang dipikirkan para kriminal itu?! Anda sangat luar biasa! Mungkinkah Anda seorang peramal?" Ketika ia datang ke gereja, seorang pastor mendatanginya dan berkata, "...