BAB 19 ANJAY, CASIUS BISA SENYUM^^

3.2K 478 80
                                    

Yooo~ aem kam bek! ^^

Vote, comment, follow OKEEE!

Typo tandai!

.

.

Tes.

Apa?

Tes.

Suara apa itu?

Tes.

Air? Kedengarannya tidak terlalu jauh. Tapi kenapa gelap sekali disini?

Tes.

Oh, itu dia.

Tapi ini bukan air? Warnanya merah. Darah, kah?

Tes.

... Warna yang cantik.

Tes.

***

Casius terduduk kaku. Matanya menatap kosong pada dinding di hadapannya. Dadanya bergemuruh.

Emosi yang dia rasakan. Rasa 'haus' itu... terasa sangat nyata hingga membuatnya merinding. Casius pasti akan tertelan jika sedikit saja lengah.

Apakah itu benar-benar perasaannya?

"Ugh..."

Casius menggelengkan kepalanya. Satu tangannya menekan dahinya yang pening.

Tok tok.

"Tuan muda, saya membawakan makanan untuk Anda."

Itu Gilbert. Casius menghela napas lega. Mata merahnya melirik Yushe yang tertidur lelap di sampingnya.

"Masuklah!"

Clek-

"Hm? Apakah Anda pusing, tuan muda? Apa perlu saya memanggil tabib?"

Casius menggeleng. Ia menjauhkan tangannya dari kepalanya.

"... Tidak perlu."

"-?!!"

Gilbert membulatkan matanya. Ia terkejut. Bukan karena jawaban Casius, melainkan karena tatapan tuan muda itu yang jujur sedikit... asing? Itu lembut dan hangat hingga Gilbert sesaat mempertanyaan apakah pemuda di depannya itu benar-benar tuan mudanya yang bajingan.

"Kenapa?"

"Ah! Ti-Tidak ada apa-apa, tuan muda!"

Gilbert segera mendekat dan memberikan nampan berisi bubur di tangannya pada Casius. Casius sendiri menerimanya baik walau dia sedikit bingung dengan tingkah Gilbert sebelumnya.

"Um. Tuan muda, apa saya boleh bertanya?"

Casius menelan bubur di dalam mulutnya dan mengangguk. "Apa?"

"Itu... Sejak kapan Anda mengenal asisten tabib?"

Casius mengangkat satu alisnya. Asisten tabib? Apa itu gadis buta yang mengunjunginya? Jika dia tidak salah, Alter mengatakan jika wajah itu familiar. Meski begitu, sejujurnya Casius sama sekali tidak mengingatnya.

"Tidak. Kenapa?"

Sesaat, Gilbert sedikit ragu.

"Sebenarnya ketika saya ke dapur tadi, saya sempat bertemu dengannya." Gilbert mengambil sesuatu dari sakunya. Selembar kertas yang dilipat beberapa kali.

"Dia bilang untuk memberikan catatan ini pada Anda, tuan muda."

Casius menatap kertas di tangannya.

"Terimakasih."

Putra Bajingan Duke Adalah Seorang PsikologTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang