Our Promise

69 40 30
                                    

"Hahahaha...." tawa riang gembira terpancar dari wajah Fiona.

"Fiona! Tunggu" Raffa berusaha mengejar Fiona yang sudah lari jauh di depan nya.

Sementara Arsen dan Deka sibuk menangkap belalang menggunakan gayung, sesekali keduanya mendengus sebal karena belalang itu terus melompat kesana kemari.

"Raf, toples tadi man—" Deka mengerutkan dahi nya saat tidak mendapati Raffa di sekitarnya.

"Raffa lagi nyusul si Fiona" celetuk Arsen sambil mematahkan kaki belalang. "Ah ya ini dia toplesnya"

Deka membuka toples itu. "Eh, kenapa kakinya dipatahin Sen?"

"Huh?!, Ini biar belalang nya tidak bisa loncat lagi" dengan wajah polos nya Arsen menaruh belalang itu di pundaknya.

Deka mengerjapkan kedua mata nya, Arsen bilang apa tadi? biar tidak bisa loncat lagi? Bukankah itu menyiksa belalang nya. Deka menghela nafas berat lalu kembali menangkap belalang, ah ya bukan belalang lagi, tapi kali ini Deka menggali tanah untuk mencari cacing.

"Fiona!" Raffa berjongkok. "Kita pulang sekarang, nanti Bibi Eva dan yang lainnya khawatir!"

Fiona berhenti berlari lalu menatap langit sore yang indah. "Sebentar lagi Raf, aku hampir dapat!"

"Sudah ku bilang puluhan kali Fiona, kupu-kupu tidak bisa di tangkap." Raffa merebahkan tubuhnya di atas rumput hijau sambil mengatur nafasnya.

Fiona, Raffa, Deka, dan Arsen mereka berempat sedang berada di kampung halaman kedua orang tua Arsen. Itu pun karena orang tua Arsen yang mengajak, jika bukan karena kedua orang tua Arsen mungkin mereka tidak bisa bermain di padang rumput yang hijau dan indah ini.

Ilustrasi padang rumput hijau

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ilustrasi padang rumput hijau

(source : pinterest)


Fiona berjalan menghampiri Raffa yang tengah terbaring sambil memejamkan mata. Fiona pun duduk tidak jauh di samping Raffa, kedua mata gadis itu terus menatap ke langit sore yang indah.

"Raffa...," panggil Fiona lembut tanpa mengalihkan pandangannya.

"Ha?, kenapa?" Raffa membuka kedua matanya lalu menoleh pada Fiona.

"Aku mau tanya sesuatu pada mu" kini giliran Fiona yang balik menatap Raffa.

Raffa beranjak duduk dengan kening yang mengerut. "Tentang apa?" Fiona menghela nafas berat lalu memeluk kedua lutut nya.

"Anu, i–itu. Tentang—"

"Tentang aku pergi ke Inggris?" belum sempat Fiona menyelesaikan kalimatnya, Raffa langsung memotong ucapan nya.

Fiona tercengang saat Raffa mengucapkan kalimat itu dan raut wajah Fiona terlihat sedih.

Masih dengan posisi memegang kedua lutut. "Iya, apa itu benar Raf?" Fiona menoleh pada Raffa yang sedari tadi terus menatapnya.

Love is CriminalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang