Two Housing Friends

33 20 6
                                    

Fiona sedang berada di kantin sekarang, setelah tadi pagi ia hampir telat kini Fiona sedang makan dengan santai. Untung saja tadi gerbang sekolah masih terbuka lebar dan tidak ada satpam yang berjaga di sana.

Kantin cukup ramai tapi Fiona dengan santai menyantap makanannya sambil di temani dua temannya yang sama-sama sedang menikmati makanan buatan Bibi kantin ini.

"Tumben telat lo, Na?" ucap Andina memasukan sendok berisi potongan bakso ke dalam mulutnya.

"Huh?!" Fiona membelah bakso besar menjadi dua bagian. "Telat bangun, alarm gue rusak"

Andina Francesca, teman satu sekolah sekaligus teman satu komplek perumahan. Jarak rumah mereka tidak terlalu jauh, mereka pun sudah kenal sejak lama dan ya mereka juga sering berangkat bersama. Andina memiliki lesung di pipi kirinya, dengan tinggi badan sekitar 162 cm, badannya juga sedikit berisi namun tidak gemuk, rambutnya hanya sebatas bahu dan sedikit bergelombang dibagian bawah, halisnya yang tebal nampak serasi dengan bulu mata nya yang lentik. Sering kali Andina di panggil mochi oleh beberapa teman perempuan nya, karena Andina memiliki pipi yang berisi, lucu dan gemoy sama seperti desserts mochi kepunyaan Jepang. Andina tidak terlalu suka berhitung tapi jika berhitung soal uang Andina paling suka, pelajaran yang disukainya adalah Penjas karena selalu belajar di luar kelas alias di lapangam.

Delia datang menghampiri. "Gabung ya!" Fiona dan Andina pun mengangguk menyetujuinya.

"Gue liat tadi pagi lo buru-buru kenapa Na?" Fiona menatap sinis Delia. "Jangan sinis gitu lah, yaudah makan dulu tuh bakso nya. Baru lo ngomong kenapa-kenapa nya"

Delia Afya Azellia, teman Fiona sejak memasuki bangku sekolah dasar keduanya sudah saling mengenal satu sama lain, dan mengetahui kekurangan dan kelebihan masing-masing. Delia pun satu komplek dengan Andina dan Fiona namun jarak rumahnya jauh dari rumah Fiona maupun Andina. Tinggi Delia sekitar 169 cm, badannya sedikit berisi namun tidak terlihat gemuk karena terbantu oleh tinggi badannya, rambut lurus sebatas bahu, halis tipis namun bulu matanya letik. Bisa di katakan Delia sedikit tomboy, tapi dia juga unggul dalam mata pelajaran. Delia juga sangat menyukai pelajaran Matematika tetapi tidak suka dengan pelajaran yang berkaitan dengan hewan-hewan berserta tumbuhan.

"Gue telat bangun" Fiona mengeluarkan tissu dari saku nya. "Give me one!"

"Thanks Fiona!" Andina mengelap mulutnya menggunakan tissu itu. "Oh ya pelajaran terakhir lo apa Na?"

"B. Inggris" Fiona membenarkan ikat rambutnya yang melotot. "Gue balik ke kelas ya!"

Fiona Faziani Zionara, adalah seorang gadis yang sedikit pemalu, lugu, dan juga sedikit pendiam namun pandai mengamati. Tatapan sinis Fiona sering kali membuat orang lain salah paham dan mengklaim bahwa Fiona orang yang judes dan sombong. Hobinya membaca buku novel fantasi dan juga berkutat dengan kode-kode biner. Tinggi badan Fiona sekitar 163 cm, Fiona memiliki rambut lurus panjang sebatas punggung dengan warna hitam legam. Halis nya sedikit tebal dan ketika tersenyum lebar seperti ada bentuk kumis kucing di kedua pipi nya. Fiona juga kurang suka dengan mata pelajaran matematika berserta kawan-kawan nya. Tetapi, Fiona lebih menyukai pelajaran yang berkaitan dengan hewan, tumbuhan, dan informatika.

Ting! Tong! Ting! Pelajaran hari ini telah selesai, sampai ketemu di hari esok.

Bel pulang sekolah pun berbunyi sekatika koridor di penuhi dengan murid-murid yang hendak pulang dan begitu ramai sampai berdesak-desakan. Sementara Fiona, Andina, dan Delia memilih menunggu di kantin sampai koridor sekolah tidak terlalu ramai. Sambil menunggu tentu saja mereka jajan, jarang-jarang kantin sepi seperti ini.

"Lo ga jajan Na?" tanya Delia yang baru saja datang. "Engga, lagi hemat"

Delia mengangguk. "Oh ya, kita mau pulang kapan nih?" Andina duduk di samping Delia. "Terserah ngikut aja gue mah"

"Dasar cewek, ngomong tuh terserah mulu!" Fiona dan Andina saling tatap.

"Lah bukannya lo juga cewek!" ucap Andina di samping Delia.

"Kayanya si Delia waria deh!" celetuk Fiona sedikit terkekeh begitu pun dengan Andina. "Hahaha, setuju gue sama lo Na!"

Delia memutar bola mata malas."Cih! Kurang aja lo berdua ya!"

Fiona menggelengkan kepalanya perlahan. "Ya lo sendiri yang mulai gitu Del"

"Udah ah, cuss kita back to home!" Andina beranjak dari duduknya dan mulai memimpin di depan sementara Fiona dan Delia berada di belakang.

"Tuh anak kesambet apaan lagi dah?!" Ucap Delia menghela nafas. "Biasa kumat, obatnya habis"

Fiona dan Delia terkekeh pelan di belakang, sementara Andina tidak mempedulikan kedua manusia di belakangnya itu.

10 menit kemudian....

"Gue duluan yaa!" Delia melambaikan tangan saat akan berpisah di sebuah pertigaan jalan komplek. Fiona dan Andina balas melambaikan tangan juga kemudian keduanya melanjutkan perjalanan pulang mengambil jalan kiri.

"Oh ya, nanti sore anter gue ke konter ya!" Fiona menoleh sekilas. "Mau ngapain?"

Andina memasukan dompet ke dalam sakunya. "Beli tempered glass sekalian biar di pasangin sama mang konternya"

Fiona mengangguk paham. "Ohh oke, jam berapa?" Andina nampak berfikir sejenak sebelum menjawab.

"Setengah lima, bisa ga lo?" tanya Andina menoleh pada Fiona.

Fiona mengangguk. "Bisa, nanti lo chat aja gue!"

"Nanti gue jemput lo, oke!" Andina mengacungkan salah satu jempol nya.

Tidak terasa karena mengobrol akhirnya Andina pun sudah hampir sampai ke rumahnya, hanya tinggal beberapa langkah lagi.

"Yaudah kalo gitu gue duluan ya" lanjut Andina melangkah masuk ke dalam halaman rumahnya. "Oke, gue juga duluan ya"

Andina tersenyum menanggapinya. "Jangan lupa nanti sore!!" pekik Andina pada Fiona yang mulai menjauh.

Sekitar lima menit lebih Fiona telah berada di depan pintu rumahnya. Saat ia melangkah masuk ke dalam rumah ia di sambut oleh adik kecilnya yang langsung memeluknya.

"Kak Na!" Fiona tersenyum sambil mengelus lembut surai kepala adiknya.

"Abang Farhan mana de?" tanya Fiona pada adiknya yang berusia kurang lebih tiga tahun.

"Ndak au, a–ade balu angun" ucapan adiknya masih bisa dimengerti oleh Fiona.

"Ohh, yaudah kak Na mau ke kamar dulu oke" Adik Fiona pun mengangguk. "Ma–main ama ade!"

Fiona mengangguk tersenyum. "Iya, nanti kak Na main sama ade" Fiona mengelus kembali surai kepala adiknya dan baru lah ia berjalan menuju kamarnya.

*TO BE CONTINUE.....

Akhirnyaa pada muncul juga orang-orang baru, oh ya bagaimana nih cerita nya?

Kalian tim mana nihh kalo beli tempered glass? tim beli online terus masang sendiri atau tim langsung beli ke konter biar di pasangin?

Oke see you di chapter berikutnya.....

Bye! bye!
Love you guys❤️

Love is CriminalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang