Malam hari pun tiba, bulan bersinar terang menyinari malam yang gelap dan dingin ini, begitu pun dengan bintang-bintang yang bertebaran di langit yang membentang luas, membuat langit terlihat begitu indah dan bersinar.
Malam ini adalah malam terakhir bagi Fiona, Raffa, Arsen, dan Deka berlibur di kampung halaman orang tua Arsen. Api unggun yang di buat oleh ayah Arsen berhasil menyala terang, membuat suasana sekitar menjadi hangat.
Tanpa berlama-lama lagi, mereka ber-empat langsung mengambil jagung untuk dibakar. Jagung dan bumbunya ini sudah di siapkan sejak tadi sore oleh ibunya Arsen, sambil menunggu jangkung bakarnya matang, ayah Arsen membacakan sebuah cerita dan membuat suasana malam ini semakin hangat.
"Dan kemudian, kelinci, kancil, dan kura-kura berteman selamanya. Tapi, tidak dengan kerbau ia merasa tidak pantas untuk berteman dengan mereka bertiga. Namun, dengan baik hati kelinci mengajak kerbau untuk bermain dan berteman bersema" Ayah Arsen begitu ceria saat menerima dongeng itu.
"Jadi intinya, walaupun kerbau ukuran nya jauh lebih besar di bandingkan dengan kelinci, kancil, dan kura-kura tapi mereka tetaplah teman. Maka dari itu kalian boleh berteman dengan siapa pun mau itu beda suku, agama, ras, kita semua tetaplah sama, ingat itu ya anak-anak" Ayah Arsen berdiri dan tersenyum saat ceritanya selesai.
"Jagung bakar sudah siap!" Ibu Arsen mengangkat jagung yang tadi di bakar lalu memberikan kepada mereka berempat.
"Terimakasih bi" Fiona mengambil lebih dulu kemudian Arsen, Deka, dan terakhir Raffa.
"Tapi Paman, kenapa kerbau tidak mau bermain berasa kelinci dan teman-teman nya?" Raffa memakan jagung bakar nya.
Ayah Arsen duduk kembali sambil meminum secangkir kopi. "Itu karena kerbau merasa dirinya tidak pantas berteman dengan mereka karena ukuran tubuhnya yang besar, kerbau mengira teman-temannya akan takut padanya"
"Kasihan kerbau" Fiona duduk sambil memakan jagung bakarnya.
"Tapi pada akhirnya mereka bermain bersama, Na" celetuk Deka tanpa mengalihkan fokusnya.
Fiona mengangguk sambil memakan jangung bakar itu, kedua orang tua Arsen tersenyum manis melihat keempat anak-anak itu akrab bermain bersama.
"Kalo begitu cepat habiskan jagung bakarnya, nanti kalian sikat gigi dulu sebelum tidur oke" Ibu Arsen mengacungkan jempol.
"Okee"
***
Pagi hari pun tiba sekitar pukul delapan lebih Fiona, Raffa, Arsen, Deka, berserta kedua orang tua Arsen sudah berada di jalan pulang menuju Jakarta. Singkatnya telah berkendara kurang lebih 3 jam akhirnya mereka telah sampai di Jakarta dari kejauhan sudah nampak beberapa orang di rumah Arsen.
"Mamah!" pekik Fiona sambil loncat riang dan disambut pelukan hangat oleh Mamah nya.
"Pulang juga kamu" Deka menghampiri kakak perempuannya. "Hehe..., kakak kangen aku ya"
"Ya kangen sedikit, habisnya dirumah sepi kakak tidak bisa menjaili kamu de" Deka mendengus sebal mendengar ucapan itu. "Cihh!"
"Ehee, bercanda De"
"Ayo Raffa kita pulang sekarang!" Ibu Raffa menarik lengan Raffa lalu melangkah pergi dari halaman rumah Arsen.
Ibu Raffa menoleh. "Saya permisi ya! Terimakasih Bu Eva sudah mau menjaga Raffa"
Ibu Arsen tersenyum kikuk. "Iya bu, sama-sama. Hati-hati"
Raffa menoleh sekilas pada Fiona, Namun, Fiona nampak kebingungan dan tiba-tiba saja Raffa tersenyum pada dirinya. Fiona tidak mengerti arti dari senyum manis Raffa itu, Fiona juga nampak memperhatikan mulut Raffa yang seolah mengatakan sesuatu.
"Jadi kabar itu benar adanya ya, Eva?" Ibu Arsen tersenyum sambil mengangguk.
"Ya semoga Raffa betah disana" balas Ibu Arsen mengusap lembut kepala putranya.
"Na, kita loba yuk. Yang kalah harus kasih ke yang menang tiga belalang, mau tidak?" wajah Fiona namapak gembira dan ia pun mengangguk menyetujuinya.
"Hitungan ke tiga, kita mulai"
"Satu!"
"Duaa!"
"Tiga!!" keduanya langsung berlari saling kejar, Deka memimpin lebih dulu, Fiona persis berada di belakang Deka. Sementara Ibu Fiona, Kakak Deka, dan Ibu Arsen hanya bisa terkekeh melihat tingkah laku anak-anak itu.
"Ya sudah kalo begitu kami pamit, Terimakasih Eva" Ibu Fiona berpamitan diikuti oleh Kakak Deka.
Arsen melompat riang. "Coklat hangat Bu!" Ibu Arsen menghela nafas lalu mengajak putranya masuk kedalam rumah.
Raffa terlihat sedang mengemas barang-barangnya ke dalam koper seorang diri. Raffa sesekali mengusap air matanya yang jatuh ke pipi, walaupun begitu ia harus tetap mengemasi barang dan baju nya secara mandiri.
Kedua orang tua Raffa sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing, dan siang ini Raffa harus sudah berada di Bandara untuk pergi ke Inggris.
"Aku tidak mau pergi, tapi jika aku tidak ikut aku akan tinggal dimana?" Raffa kini beralih mengemas mainannya.
Raffa termenung sambil menatap sekotak mainan berisi hewan-hewan.
"Raffa, bunglon itu aku pinjam ya...."
"Raf, singa itu...."
"Jelas-jelas macan tutul yang paling hebat"
"Tidak, singa lebih hebat"
"Raffa, kalo aku pinjam mainan hewan ini boleh tidak?"
"Aku suka hewan, apalagi kupu-kupu mereka indah Raf"
"RAFFA!! CEPAT!" pekik seorang wanita yang tidak lain adalah Ibunya.
Brak!
Raffa tersadar dari lamunannya karena suara pintu yang dibanting itu. Saat menoleh Raffa mendapati ibunya yang nampak marah.
"Ma-maaf Ma, Raffa belum se-selesai" Ibu Raffa mendekat pada Raffa. "Cepat selesai kan, jika tidak Ibu tinggalkan kamu!"
"I-iya ma...," Raffa menundukkan kepalanya sambil memegang mainannya.
"Ingat Raffa! Kamu harus ikuti semua perkataan Mama Raffa! Jika mama bilang cepat, maka cepat kerjakan! DENGER GA KAMU!" Nada tinggi ibunya sukses membuat Raffa ketakutan.
Brak!
Pintu di banting keras, membuat Raffa semakin ketakutan ia terus memeluk kotak yang berisikan mainan bentuk hewan itu sambil berderai air mata.
"Ma..., Raffa ta-takut Ma, an-andai Mama masih ada. Pa-pasti ini tidak akan terjadi Ma!" Air mata Raffa mengalir tanpa henti.
"Ra-Raffa takut Ma..., Raffa ta-takut" Raffa terus memeluk erat mainannya.
*TO BE CONTINUE....Sebenernya kenapa si Raffa ini? Dan kenapa harus pergi ke Inggris? Kemana Mama asli Raffa?
Bye byee
See you di chapter berikutnya yaa!
Love you guys❤️Nii><
KAMU SEDANG MEMBACA
Love is Criminal
Teen Fiction[SLOW UPDATE] Kisah cinta yang berujung bahagia pasti sangat di impikan setiap orang, tapi nyatanya tidak semudah itu. Kehidupan di dunia ini penuh dengan tantangan dan saling memanipulasi, tidak lupa dunia ini juga dipenuhi dengan tipu daya cinta...