Bandara internasional Soekarno-Hatta 01.30 PM.
Raffa termenung sambil memainkan mainan hewan yang ia bawa, sementara kedua orang tua Raffa sibuk dengan ponselnya masing-masing. Ia hanya bisa menunggu sampai waktu keberangkatan tiba, Raffa menghela nafas berat keadaannya kali ini sungguh jauh berbeda.
"Mama, Raffa kangen ma." - batin Raffa menyeka air matanya.
"RAFFA!!" yang diteriaki pun menoleh dan mendapati Fiona, Arsen, dan Deka berlarian ke arahnya.
Raffa tercengang kedua matanya membulat melihat kedatangan ketiga sahabat karib nya itu. Raffa berdiri dan berlari menghampiri ketiga sahabatnya itu.
"Raffa!" mereka pun berpelukan satu sama lain, seketika atensi orang-orang yang berada di Bandara teralihkan pada mereka berempat.
"Hiks..., a–aku bakalan ka–kangen kalian bertiga!" Raffa meneteskan air matanya.
Keempatnya saling peluk dan menangis bersama, suasana Bandara tiba-tiba menjadi hening semua mata tertuju pada mereka berempat.
Arsen melepaskan pelukannya di ikuti Fiona dan Deka. "Kamu jangan lupain kita ya Raf!" Deka menatap sendu Raffa.
"Kita udah tau semuanya Raf, kamu yang kuat ya di sana nanti" Arsen tersenyum merangkul pundak Raffa.
"Iya, jangan lupa juga kabarin kita ya" Fiona memberikan sebuah gelang pada Raffa. "Gelang ini hadiah dari aku"
Raffa menerima dan langsung memakai gelang pemberian Fiona. "Aku..., pasti selalu mengingat kalian bertiga" Deka tersenyum lalu menepuk-nepuk punggung Raffa.
"Kamu jangan khawatir Raf, kita bakal lindungi dan jaga Fiona" celetuk Arsen sambil menaik turun kan alisnya.
"Nanti aku juga bisa jaga diri sendiri ko, kamu jangan khawatir. Kalo memang kita ditakdirkan bertemu kembali pasti kita bertemu Raf" Fiona mengedipkan satu matanya.
Raffa tersenyum simpul. "Iya, ah ya sebentar" Raffa pergi dan tidak lama ia datang kembali sambil membawa kotak mainan yang berisikan hewan. "Ini, untuk mu Na!"
Fiona mengerutkan dahi nya. "Untuk aku?" Raffa mengangguk. "Itu hadiah kenangan dari aku"
"Kamu bisa menyimpan nya sendiri atau kamu juga bisa membagi nya dengan Deka dan Arsen" lanjut Raffa menyerahkan kotak mainan itu.
Fiona menerimanya. "Be–benarkah ini? un–untuk aku?" Raffa tersenyum mengangguk. "Iya ambillah dan rawat mereka untuk ku"
Wajah Fiona bersinar ceria. "Baiklah, akan aku rawat" Fiona tersenyum bahagia.
"Raffa! Saatnya pergi" ucap Ayah Raffa sambil memegang koper.
Raffa mengangguk. "Aku harus pergi sekarang!" wajah Fiona yang tadinya ceria berubah menjadi suram.
"Sudah waktunya ya" Deka menoleh kepada kedua orang tua Raffa.
"Raffa! Cepat! Kita tidak punya banyak waktu" Ibu Raffa mulai bersuara.
"Aku harus pergi" Raffa balik badan dan berlari-lari kecil menghampiri kedua orang tuanya. "Tunggu!"
Raffa menghentikan langkahnya. "Jangan lu–lupain ki–kita ya Raf!!" ketiganya menghampiri Raffa dan Arsen kembali merangkul bahu Raffa, begitu pun dengan Deka.
Fiona mengulurkan tangannya. "Untuk terakhir kalinya" keduanya pun langsung melakukan salaman rahasia.
Grep!
Fiona memeluk Raffa. "Se–selamat ti–tinggal Raf! Jangan lupain kita ya!" Raffa membalas pelukan Fiona.
"Semoga semua lebih baik lagi Raf!" kini giliran Deka berpelukan dengan Raffa untuk terakhir kalinya.
Arsen menyeka air mata nya. Raffa yang menyadari jika Arsen hendak menangis langsung memeluknya.
"Jaga diri kamu baik-baik Sen!" Raffa melepaskan pelukan. "I–iya, tentu Raf"
"Kalo gitu..., a–aku pamit ya. Byee semuanya, a–aku pegi du–dulu" Raffa berjalan menghampiri kedua orang tua nya lalu mereka pun perlahan menjauh.
"Raffa!" pekik Fiona. "Selamat tinggal Raf, ja–jangan lupain kita!!"
Fiona, Arsen, dan Deka melambaikan tangan bersama pada sahabat karibnya yang akan pergi itu. Raffa pun menoleh sekilas dan mengacungkan jempol nya ke udara.
"Sampai jumpa beberapa tahun lagi, Raffa!" monolog Fiona.
***
5 Tahun Kemudian...."HUUAAaaaa...." Fiona bergegas masuk ke kamar mandi karena ia sudah telat.
Ya ini hari ini adalah hari pertama Fiona masuk sekolah baru, tentu saja semuanya berbeda dari sekolah sebelumnya. Semuanya baru termasuk lingkungan baru, suasana baru, teman-teman baru, dan guru-guru baru. Sebentar lagi Fiona akan memiliki teman baru itu pun jika berhasil mendapatkannya, kalo tidak? Fiona bertahan sendirian.
"Pagi ma!" Fiona bergegas menuju rak sepatu. "Kamu tidak sarapan dulu?"
"Tidak ma, nanti di sekolah!" Fiona duduk sambil mengikat tali sepatu. "Aku udah telah ma, oh ya papa mana?"
"Papa kamu udah berangkat dari tadi Na" Mamah Fiona berdiri di belakang putrinya. "Lagi pula kenapa kamu bisa kesiangan?"
"Alarm ku tidak nyala ma, rusak dia kayanya" ketus Fiona membuka pintu. "Aku berangkat ma!"
"Iya hati-hati, Na!" Fiona mengacungkan jempol sebagai pertanda iya.
"Dasar anak itu!"
Kurang 20 menit sebelum gerbang di tutup, akan tetapi Fiona masih diperjalan karena tadi angkutan umum nya lama sekali tidak datang-datang. Untung saja kesabaran Fiona setebal ban karet, untungnya dengan setia Fiona menunggu angkutan umum itu datang.
"Pak! Bisa sedikit ngebut tidak saya terlambat pak!" Gelisah Fiona terus melirik smartwatch nya. "Maaf neng, demi keselamatan harus menaati peraturan"
"Haruhhh bapak ini!" Fiona mendengus sebal. "Sudah lah pasrah aja"
*TO BE CONTINUE....Gimana ceritanya?
Kalo suka boleh votement engga maksa ko, hehee...
Okee see youu di chapter berikutnya!
Bye byee
Love you guys❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Love is Criminal
Teen Fiction[SLOW UPDATE] Kisah cinta yang berujung bahagia pasti sangat di impikan setiap orang, tapi nyatanya tidak semudah itu. Kehidupan di dunia ini penuh dengan tantangan dan saling memanipulasi, tidak lupa dunia ini juga dipenuhi dengan tipu daya cinta...