What is still hidden

14 3 0
                                    

Andina sudah sadar sekitar lima menit lalu, kini ia sedang menenangkan diri sambil meminum teh hangat yang telah di sediakan oleh Arlo. Saat sadar Andina kebingungan karena ia bukan berada di rumah nya, setelah itu Arlo mulai menjelaskan apa yang terjadi kepada Andina secara rinci. Saat itu juga Andina merasa sedikit khawatir takut akan terjadi hal-hal yang tidak di duga, namun kenyataan nya berbeda justru orang yang bernama Arlo itu sangat ramah dan baik serta asik di ajak mengobrol. Walaupun jarak usia mereka bertiga jauh berbeda akan tetapi ini sangat menyenangkan.

"Jadi, bagaimana kondisi mu sekarang?" tanya Arlo ikut bergabung di ruang tamu.

Andina tersenyum simpul. "Kondisi ku sudah membaik, terimakasih kak—"

"Arlo!" sambung Fiona yang duduk disebelah Andina.

"Ah ya itu, terimakasih Kak Arlo" Arlo mengangguk sebagai jawaban, ia menyeruput kopi nya.

Arlo meletakkan cangkir kopi nya di meja. "Omong-omong Fiona, bagaimana kabar Gara?"

Fiona terdiam sejenak kemudian ia menjawab. "Kak Gara? Baik, emang nya kenapa?"

Arlo menyadarkan tubuh nya pada sofa yang berbalut kain berwarna grey.

"Tidak ada, aku hanya ingin tau" Arlo menyilangkan kaki nya. "Oh ya jangan lupa ponsel mu sedang ku charge di kamar pertama"

"Maaf, itu tertuju pada ku atau pada Andina?" tanya Fiona menyeruput kembali teh hangat nya.

"Ponsel kalian berdua tentunya!" Fiona dan Andina serempak mengangguk.

Andina berdiri dari duduknya, membuat Fiona seketika menoleh ke arah teman nya itu. "Mau kemana lo, An?"

"Gue mau ke toilet, gue kebelet!" Andina melepaskan selimut yang membungkus tubuh nya. "Maaf kak, toilet nya dimana ya?"

Arlo ikut berdiri berjalan mendahului Andina yang masih mematung. "Ikuti aku, akan ku tunjukan!"

Andina berada persis di belakang Arlo, Fiona tidak sengaja terkekeh pelan melihat tubuh Andina nampak seperti kurcaci jika disandingkan bersama dengan Arlo.

"Tinggi nya hampir sama persis kayak kedua abang gue!" Fiona sedikit tersedak oleh minuman nya sendiri.

Fiona bangkit hendak mengambil ponsel miliknya dan milik Andina. Akan tetapi sebelum ia memasuki kamar pertama, ia dibuat penasaran dengan sebuah foto yang nampak tidak asing di mata nya. Sambil celangak celinguk melihat kondisi sekitar Fiona berjalan menuju foto tersebut, tanpa ragu Fiona mengambil foto itu dengan sangat hati-hati.

"Siapa ini?" Fiona sedikit membersihkan debu yang menghalang muka di foto tersebut.

"Kak Gara?" Fiona memperhatikan lagi lebih detail foto yang di pegang. "Gue keliru ini bukan Kak Gara, ini Kak Arlo. Terus siapa cewe ini? Mukanya kayanya gue kenal deh, tapi gue lupa nama nya"

Fiona memejamkan kedua matanya berusaha mengingat-ingat nama orang yang ada di foto itu. Alis nya saling bertaut, itu tandanya Fiona sedang berfikir keras.

Fiona membulatkan kedua matanya terkejut mengetahui nama cewe itu. "Kak Tia? Tunggu, bukan nya Kak Tia pacarnya Kak Gara ya, ehh tapi kan itu dulu. Tapi kan ini foto juga keliatannya udah lama, mungkin ada kali ya sekitar 3 tahunan, ga mungkin kan kalo Kak Arlo itu ya—"

"Sedang apa kamu disini?" Mendengar suara Arlo, Fiona dengan sigap balik badan sambil menyembunyikan bingkai foto itu dibalik tubuhnya dan tersenyum kikuk.

"Ga–gapapa kak, aku cuman ma–mau ambil po–ponsel, ya itu!" Fiona masih tersenyum kikuk ditambah keringat mulai membasahi pelipis nya.

Arlo berjalan mendekat pada Fiona, ia menatap datar Fiona membuat gadis itu menelan saliva nya ketakutan, refleks berjalan mundur.

"Kamu jangan bohong pada ku!" Arlo memegang paksa lengan kiri Fiona dan mencengkeram nya kuat.

Deru nafas Arlo terdengar jelas di telinga Fiona. "Berikan foto itu pada ku, Fiona!"

Datar dengan tatapan dingin, sorot mata tajam. "Jangan coba-coba kau adukan ini pada Gara, kau harus patuh pada ku. Kau itu masih kecil, belum tau apa-apa!"

Lagi dan lagi Fiona menelan saliva nya untuk kesekian kalinya. "I–iya kak, a–aku engga akan bi–bilang!"

Arlo merebut paksa bingkai foto yang disembunyikan Fiona dan mendorong Fiona ke samping hampir membentur dinding tembok, akan tetapi refleks Fiona jauh lebih cepat.

"Kak!" lirih Fiona tertunduk sementara Arlo menatap angkuh pada gadis itu.

"Kau yang merusak hubungan kak Tia dan kak Gara, KAN!" Fiona sedikit menekan kalimat di akhir sambil menatap tidak suka pada Arlo.

Bug!

"Jaga ucapan mu!" Arlo melepaskan satu pukulan pada gadis itu.

Terlihat Fiona terbanting dan membentur tembok, ia merintih kesakitan sambil memegang hidung nya yang mulai mengeluarkan darah.

"Justru Gara lah yang memulainya, dia dendam pada ku karena aku telah membunuh kakak sepupu dia. Aku melakukan itu karena perintah dari atasan ku, dia menawarkan bayaran yang lumayan pada ku, dan mau tidak mau aku terpaksa melakukan nya karena aku membutuhkan uang itu. Tapi Gara menganggap bahwa aku lah pelakunya, padahal aku hanya mematuhi perintah!" Deru nafas Arlo tidak beratur menatap Fiona dengan kedua tangan mengepal.

"Lantas, kenapa kau mau menuruti perintah itu!" kedua mata Fiona mulai berkaca-kaca. "Sekarang aku tau penyebab kematian Kak Ziva, itu semua karena PERBUATAN MU!!"

Bug!

"Sekali lagi kau bicara seperti itu, tidak akan ku ampuni. Kakak dan adik sama saja, sama-sama menyebalkan dan bego! Kau tau itu" ucap Arlo seraya membersihkan darah Fiona yang menempel di tangan nya.

"KAU LAH YANG BEGO PAK TUA!" air mata Fiona menetes ke lantai bersamaan dengan darah dari hidungnya.

"Kau membunuh orang lain demi mendapatkan sebuah kebahagian berupa uang, itu sama saja seperti kau memakan daging hasil mencuri yang mulai membusuk!" Nafas Fiona sedikit tercekat, kepalanya mulai pusing darah yang keluar dari hidungnya semakin banyak.

"Laki-laki sampah seperti mu, tidak pantas disebut sebagai seorang pria sejati atau pun seorang pemberani!" Fiona berusaha untuk tetap berdiri dan bertahan. "Kau tidak punya HATI! KEJAM! Hanya memikirkan soal uang! Sampai rela membunuh orang yang tidak BERSALAH!"

Arlo mengepalkan kedua tangan nya, matanya terpejam. "MATI LAH KAU!!"

Bugh!

"KAU!"

*TO BE CONTINUE....














Yuhuuuuuu Everyone's friends!!

Gimana ceritanya? Seruu atau tidack nih?

Maaf yaw, kalo ceritanya ga nyambung sama sekali. Soalnya ide aku udah mentok disitu, tapi aku happy sihh bisaa menuangkan ide yang aku punya hehe...

Semoga kalian suka sama cerita ini, oh ya terimakasih juga buat yang udah klik cerita ini yaw🤧❤️

Byee byee see youu next chapter...


Nii❣️

Love is CriminalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang