Rindu 1

52 17 5
                                    

Hello...
Udah tau belum siapa laki-laki yang berhasil mengambil hati Orlina?

Yang menjebak Orlina dengan rasa rindu yang hanya bisa di obati dengan ketemu😭

Penulisnya mulai berkata-kata 😁

Selamat membaca🥰

Orlina tengah membaca mushaf di kamarnya, di samping jendela yang langsung tertuju pada gedung santri putri, tempat ternyaman yang Orlina biasa singgah.

Hujan kini turun menemani kesepian Orlina, mushaf yang ia baca ber ulang kali tidak bisa menghilangkan lamunan bayangan-bayangan seseorang yang sedang ia rindu kan.

Seperti ini jadi nya, di saat ia rindu, hujan akan selalu turun menemani nya, tetapi itu tidak bisa membuat Orlina tenang begitu saja, rindu ini sangat menyiksa.

Sudah satu tahun ini ia berada di pesantren Tahfidzul Qur'an yang berada di kota Magelang, pesantren ini terkenal dengan banyak nya hafidz dan Hafidzah yang berhasil dengan waktu yang tak cukup lama tetapi sangat melekat di dalam diri mereka, tafsir dan asbabul Nuzulnya juga terserap dalam pikirannya, jadi tak heran jika banyak yang nyantri di sini, kyai Fahmi aqwa dan Bu nyai mentin maysaroh pengasuh nya, mereka juga bagian dari keluarga kyai Ulin Nuha -abah Orlina- yang biasanya mengadakan acara perkumpulan tiap tahunnya dari 3 pesantren besar dan satu keluarga itu.

Tak heran jika Orlina mendapat tempat berbeda dari yang lain, kamar nya khusus, berada di ndalem, ia tinggal ber tiga dengan dua temannya yaitu Nasywa, keponakan kyai Fahmi, ia cantik, dewasa dan berpikiran luas dan Al Meira azura, cantik, suka bercanda, ia bukan dari keluarga kyai, orang tuanya pe bisnis dan jarang bisa bertemu dengan Meira, karena itu mereka menitipkannya pada kyai Fahmi untuk merawatnya dengan baik.

"Orlina!"

"Astaghfirullah!" Orlina terkejut dengan kedatangan Meira yang tiba-tiba.

"Bisakah kamu memulai salam dulu Ra?" Omel Orlina sembari menutup mushaf nya.

"Heh, kamu aja yang nggak denger, ngelamun terus kerjaannya" Meira membalas dengan sengit.

"Iya kah?"

"Apa kamu tidak sadar jika kamu selalu diam saat membuka mushaf, membiarkan mushaf itu terbuka tanpa di baca, dan kamu memikirkan hal yang lain sedangkan kamu saat itu berhadapan dengan mushaf yang seharusnya di baca bukan untuk ngelamun in hal-hal yang enggak penting" Meira berceloteh panjang di ujung tempat tidur nya sana.

Orlina menutup matanya, 'astagfirullah, astaghfirullah' gumamnya pelan, ia tidak seharusnya memikirkan itu terus menerus yang nyatanya akan membuat hatinya tambah terluka, rindu itu benar-benar menyiksa nya.

"Lin, mending sekarang kamu mandi aja, udah sore, bentar lagi kamu kan ada jadwal mengajar kelas 1 wustha" suara Meira me melan, ia juga merasa iba dengan Orlina yang terjebak dengan rindu nya, Meira mengetahuinya karena Orlina pernah bercerita tetapi tidak sepenuhnya Meira tau.

"Oh! iya Ra, aku hampir lupa" Orlina segera beranjak dari tempat duduk nya dan melangkah ke arah kamar mandi.

Di dalam kamar mandi, Orlina mulai menyalakan shower yang langsung mengenai wajah nya, di bulan yang suci ini ia harus bisa menghilangkan rasa itu secepatnya, agar ia bisa terbebas tanpa sebuah lamunan atau pun bayangan-bayangan seseorang lagi.

Benar yang di katakan oleh Meira, jika ia tidak boleh terus terjebak dengan kemaksiatan ini, yang termasuk zina qalbi.

Di luar, Meira menggeleng-gelengkan kepalanya pelan melihat tingkah Orlina yang belum mempunyai perubahan.

RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang