6

377 35 3
                                    

"Bagaimana hubunganmu dengan si Park itu?"

Jungwon melihat ke belakang arah Ibunya menuruni tangga dan berjalan menuju dapur, tiba-tiba melayangkan pertanyaan yang Jungwon saja bingung menjawabnya bagaimana karena hubungan itu tidak pernah ada dan hanya ucapan semata, ia kembali menatap ke arah televisi agar wajah bingungnya tidak terlihat. Ibunya sedang menyiapkan makan malam, mungkin untuk dirinya sendiri dan Jungwon akan memasak bagiannya nanti.

"Sunghoon. Berjalan dengan baik, kenapa tiba-tiba membahas hubunganku dengan Sunghoon."

"Hanya penasaran, kenapa juga kau tidak pernah bermain dengannya atau membawanya ke rumah. Anak remaja seusiamu biasanya selalu keluyuran bersama kekasihnya atau membawanya ke rumah sekedar menghabiskan waktu bersama."

Percaya lah, itu ucapan terpanjang dari Ibunya kepada Jungwon selama hidupnya untuk selain membentak.

"Hanya.. aku sudah terbiasa berhubungan dengan diam-diam sehingga tidak sering bermain dengannya."

Dalam hati, Jungwon merapalkan acak kata-kata agar tidak ketahuan berbohong. Harusnya sih tidak karena menurutnya alasannya terdengar masuk akal, tetapi entah lah apakah itu bisa diterima oleh akal Ibunya. Setelahnya tidak terdengar lagi ucapan dari sang Ibu, Jungwon melihat ke belakang dan rupanya sudah tidak ada. Ia bernapas lega sehingga membuat tubuhnya bersandar pada sofa dan hampir terbaring. Tangannya membuka ponsel saat benda itu terus bergetar dan alasannya adalah ruang obrolan bersama teman-temannya.

Di sana Riki sedang cerewet sehingga yang tertua lainnya selalu menanggapi si bungsu agar tidak merajuk karena diabaikan. Jungwon tersenyum saat melihat Sunghoon mengirimkan stiker mengejek pada balasan Sunoo, keduanya akan terus bertengkar dalam bentuk apa pun dan kapan pun, tetapi itu lah yang membuat keduanya dekat.

Sedangkan Jay di sana yang terlihat paling tenang tapi terkadang ikut menggila bersama yang lain dan kembali menjadi benar. Jungwon memutuskan untuk ikut menimbrung dan tak lama, pesannya dibalas oleh Sunghoon dengan stiker anak anjing yang sedang melambai. Lalu Sunghoon kembali marah karena Jake menirunya, sungguh menggemaskan.

Jungwon menekan kontak Sunghoon dan mengetikan pesan, ia sudah memikirkannya meski masih sedikit ragu. Tetapi, mungkin tidak begitu masalah karena Sunghoon juga setuju saja di saat yang bersamaan.

****

Jungwon tengah menaiki anak tangga satu demi satu atau dua sekaligus. Ia datang sedikit lebih telat dari biasanya tetapi tidak sampai telat sehingga gerbang mulai tertutup dan sekolah sepi karena sudah memulai kegiatan belajar. Tentu saja dengan Sunghoon di sampingnya. Pagi ini Sunghoon menuruti perkataan Jungwon tempo hari, untuk berangkat bersama dengan menaiki bus. Maka dari itu Jungwon sedikit telat dari biasanya karena harus menunggu Sunghoon terlebih dahulu.

Keduanya akui ada peningkatan untuk hubungan keduanya, maksudnya pertemanan mereka. Tidak begitu canggung lagi karena obrolan kini lebih bertahan lama dari biasanya, semua itu karena keduanya yang terus bertanya satu sama lain sehingga berakhirnya topik bisa mereka hindari.

Jungwon berbalik badan ketika Sunghoon berada satu anak tangga di bawahnya, membuat Sunghoon menghentikan langkah dan menatap Jungwon.

"Ada apa?"

"Langsung pergi ke kelasmu saja, tidak perlu mengantarku terlebih dahulu."

"Kau mulai risih?"

"Bukan begitu, tolong singkirkan pikiranmu bahwa aku terkesan risih denganmu."

Trying: Just Going For ItTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang