2

484 46 2
                                    

"Aku pulang.."

Langkah kaki Jungwon berhenti ketika matanya menangkap perawakan Ibunya di depan sana, duduk di sofa dan meminum teh. Matanya terpejam untuk menikmati aroma dan hangatnya teh, keduanya saling berhadapan meski ada jarak beberapa meter. Jungwon merasa tidak ada yang perlu dibicarakan dengan Ibunya, hingga ia melanjutkan langkahnya untuk pergi ke kamar.

"Dari mana saja? Kau telat hari ini."

"Sejak kapan Ibu peduli aku pulang pukul berapa."

"Jawab saja."

"Bermain dengan Sunoo dan teman lainnya."

Ibunya kembali diam dan Jungwon sedikit menoleh untuk melihat ke arah wanita itu. "Jadi kapan kau akan mengenalkan pacarmu kepada Ibu?"

Jungwon menelan salivanya tegang, ia diam selama beberapa detik untuk menetralisir kegugupannya. "Jika waktunya tepat."

Tiba-tiba terdengar kekehan dari Ibunya, membuat tangan Jungwon seketika mengepal tanpa sadar. "Aku—"

"Kau terlalu mengulur waktu Jungwon."

Jungwon tidak mengindahkan ucapan Ibunya dan memutuskan untuk segera pergi ke kamar, telinganya bisa pecah jika terus berbicara dengan Ibunya. Ia lelah dan hanya butuh istirahat saja tolong berikan dia waktu sebentar. Jungwon membanting tubuhnya ke atas tempat tidurnya dan memejamkan mata sejenak, ia kesal dengan sang Ibu.

Jungwon lebih menyukai Ayahnya, tapi sayang Ayahnya sudah meninggalkan Jungwon sendiri di usia 10 tahun sehingga kini ia berakhir bersama Ibunya yang pulang ke rumah jika perlu atau ingat. Seperti hari ini, jujur saja Jungwon akan lebih memilih Ibunya tidak usah pulang.

Sudah lama sekali Jungwon tidak memakan masakan Ibunya dan hanya memakan masakan dari pekerja yang dibayar. Jika Ibunya ada di rumah pun, dia hanya berleha-leha, berbelanja atau mengerjakan pekerjaannya. Yang membuatnya lebih memilih untuk Ibunya tidak pulang adalah, karena Ibunya ingin menjodohkan Jungwon. Sungguh, bolehkah Jungwon tinggal di rumah ini sendiri?

Rasanya tidak nyaman.
Maka dari itu, Jungwon membuat alasan atau berbohong pada Ibunya, bahwa dirinya sudah mempunyai pacar sehingga rencana konyol itu tidak terlaksanakan. Tetapi, semakin menjadi repot ketika Ibunya ingin bertemu dengan pacar yang wujudnya saja tidak Jungwon ketahui. Itu hanya ucapan semata yang sangat omong kosong.

Sekarang Jungwon terjebak di antara dua kondisi yang sama-sama tidak mengenakan.

***

Sunghoon berangkat dengan diantar oleh Ayahnya dan berpamitan ketika ingin turun dari mobil. Sunghoon dengan Ayahnya terbilang berbeda, maksudnya kepribadiannya, jika Sunghoon tergolong pribadi yang tenang, sedangkan Ayahnya lebih bersemangat dan auranya lebih cerah dibandingkan Sunghoon. Sebelum Sunghoon turun Ayahnya menahan bahunya dan mengajak untuk melakukan salaman yang sudah Ayahnya buat sendiri.

Sunghoon menghela napas dan menyunggingkan sebelah sudut bibirnya, lalu melakukan salaman dengan Ayahnya.

"Sudah, aku akan masuk." Ujar Sunghoon di pintu.

"Semoga beruntung, nak!"

Tangan Sunghoon melambai ke arah mobil yang sedang menjauh itu dan membenarkan posisi tasnya.

"Kau nampak akrab dengan Ayahmu, kak."

Sunghoon terkejut mendengar suara Jungwon yang tiba-tiba terasa dekat, rupanya anak itu berdiri di sampingnya lalu berbicara tanpa melihat ke arah Sunghoon. Seketika ia terdiam dan kembali menatap lurus seperti apa yang dilakukan Jungwon.

Trying: Just Going For ItTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang