Part 05

240 8 2
                                    

"Jangan menjadi pelangi untuk manusia yang buta warna."-Zayyen.
-
-
-

"Sam, maaf." Zay berlutut di bawah seorang laki-laki yang sedang memegang sebuah Buku.

"Udah gue bilang gapapa," "gue lebih milih semua orang tau kalo gue penulis novel itu daripada gue harus kehilangan lo semua." Sambungnya.

"Sam, gue juga minta maaf." Aksa menundukkan pandangannya.

"Gue tau lo semua salah, gapapa sekarang gue mau ngumpul tugas dulu."

"TUGAS?!" Zay membelalakkan matanya, ia lupa mengerjakan tugas kemarin.

"Tuh contek aja," Sam melempar buku ke wajah Zay.

"Ihh lucunyaa makasii Sam muach," manja Zay pada Samudra.

"Geli," Sam menggoyangkan tubuhnya, merinding mendengar perkataan Zay barusan.

"Sial."

Samudra menatap Aksa dengan satu alis terangkat ketika temannya itu mengumpat. "Kenapa?"

"Gue diputusin sama cewek gue, gak terima gue!" jawabnya membuat Zay memutar bola mata malas. Alasan itu lagi.

"Lo burik, gak usah sok mau jadi fakboy!" sahut Argha sinis. Ia mengunyah makanan di mulutnya tanpa menatap Aksa yang mendelik tajam.

"Pengen banget gue potong mulut sialan lo," balas Aksa lalu melempar gulungan kertas pada Argha.

Zay terkekeh. "Diputusin kenapa? Terus ngapain lo kesal, suka?"

"Najis. Yakali gue suka sama dia, gue cuma mau manfaatin dia doang!" Aksa mengangkat bahu acuh, ia tampak mengetik beberapa pesan pada orang yang berani membuatnya kesal.

"Seharusnya gue yang mutusin dia, ini kesannya gue kayak jadi sadboy!"

"The real fakboy!" Sam geleng-geleng kepala. Menoyor kepala  Aksa dengan kasar.

"Anj-"

BRAK...

Pintu kelas yang tertutup rapat tiba-tiba terbuka dengan kasar sehingga menimbulkan suara yang cukup keras. Mereka berempat- langsung menoleh menatap Crish sang pelaku.

"Assalammualaikum dikit anying!"

"Gue nonis," jawab Crish membuat Zay lupa bahwa teman kelasnya yang satu itu beragama Katolik.

"Kenapa lo?" tanya Crish.

"Bentar gue lupa." Argha mendengus pelan mendengar itu, ia mengambil pena di atas meja lalu melemparnya kearah Crish. Pena tersebut mendarat tepat dijidat Crish.

"Bangsat!" Argha meringis pelan, mengusap jidatnya. "Iya gue udah ingat, gak usah lempar juga anying." Itu kebiasaan Argha, jika ada salah satu dari mereka yang lupa ingin berbicara apa, pasti benda disekitar Argha akan melayang kearah mereka.

"AURORA WOI DIA BERANTEM DI LAPANGAN SAMA SI KEONG!" teriak Crish langsung heboh.

"NGOMONG DARI TADI ANYING!" balas Sam berteriak. Lalu berlari keluar dari kelas, terburu-buru menuju lapangan. Bukan untuk melerai tapi untuk memanas-manasi.

Sam menepuk pelan bahu Crish. "Lain kali gak akan gue lempar pakai pena, tapi gue lempar pakai batu!" ujarnya membuat Crish merinding.

"Sadis," cibirnya lalu menyusul keempat temannya yang keluar dari kelas.

Benar saja di lapangan sudah sangat heboh. Para murid mengelilingi Aurora si gadis galak dan terkenal dengan ucapannya yang membuat siapapun terkena mental. Ia melawan Kania, salah satu gadis yang sangat tergila-gila dengan Samudra.

KUPU TANPA SAYAPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang