Part 10

133 11 1
                                    

|API MEMBARA DARI AURORA|

Samudra sulit sekali menerima kenyataan bahwa seseorang yang pernah dia sayangi pergi. Siapa lagi yang dia cintai selain Pacung, ikan cupang kelas 12 yang dia jaga sepenuh hati. Dia tahu Pacung bukanlah ikan-ikan mahal yang biasanya berharga jutaan, bukan ikan cupang langka yang punya sirip luar biasa cantiknya. Namun dia hanya seekor ikan jantan sederhana, yang mampu membuat Sam menyayanginya.

Jujur ini terlalu berlebihan, mungkin, untuk seekor ikan cupang. Namun mengingat bagaimana Sam begitu merasakan kehilangannya, sepertinya ikan cupang yang satu ini sudah berhasil membuat Sam benar-benar bergantung padanya.

Bahkan kini sudah dihitung dua hari kematiannya, namun rasa sedihnya untuk Samudra masih terasa sama sejak terakhir kali ikan cupang itu memilih pergi ke pelukan semesta. Mencari sebuah akuarium raksasa di atas angkasa, dan merasa bahagia di sana. Samudra mengingat-ingat apakah dia pernah membuat kesalahan pada Pacung sehingga dia lebih memilih pergi?

"Udahlah, Sam. Lo nangisin ikan cupang sejak dua hari terakhir. Ini baru cupang, Sam. Gimana nanti di masa depan lo kehilangan seseorang." Zay hanya bisa terus membujuk Sam yang sering melamun akhir-akhir ini. Mungkin dia masih belum bisa melupakan Pacung begitu saja. Bahkan kini laki-laki itu rela datang ke rumah Sam untuk membujuk anak itu yang akhir-akhir ini tak pernah keluar. Dia datang bersama Argha yang kini rebahan santuy dengan salah satu kaki dinaikkan keatas tentu dengan kedua earphone yang menyumbat telinganya. Tak berminat samasekali mendengarkan ocehan mereka berdua.

"Gue ga bisa, Zay. Lo ga tau rasanya kehilangan."

"Iya, gue tau lo sedih. Tapi Sam, ikan cupang.."

"Lo mah gitu ga tau kehilangan sahabat,"

"Kenapa kak?" tanya Cheisya yang datang menghampiri mereka di tepi jendela.

"Cya, ikan cupang gue mati." Sam memonyongkan bibirnya.

"Ya allah, kok bisa kak? pasti kebanyakan kasih makan itu," Chei mencoba menenangkan Samudra.

"Tunggu, Zay!! Lo yang kemaren abis kasih makan Pucang. Tanggung jawab ga lo, tega ya lo bunuh temen sendiri." Sam menjitak kening laki-laki itu.

"Aduh sakit, gue kira dia makan banyak karena laper," Zay mendecih kesakitan.

"Udah kak daripada beli ikan, lebih baik kakak pelihara hamster aja." Saran Chei yang diangguki setuju oleh Zay.

"Belinya di mana Cya?" tanya Samudra pada gadis itu.

"Di hongkong," sahut Aurora yang sedang sibuk membersihkan debu dengan kemoceng andalannya.

"Itu lagi pegang kemoceng keramat, jangan di ganggu." Zay berbisik ke telinga Cheisya.

"Omong-omong kenapa kak Sam panggil aku 'Cya'?"

"Lucu,"

Satu kata itu membuat Aurora melemparkan kemocengnya ke arah mereka, untung saja lemparan itu tidak mengenai kepala Sam.

"Kenapa Ra?" tanya Zay.

"Bukannya bantuin gue bersihin debu malah bucin, lama-lama lo berdua yang gue bersihin." Maki Aurora pada mereka bertiga, jarinya mengisyaratkan agar kemoceng itu diberikan kembali padanya.

KUPU TANPA SAYAPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang