ISTG | 21.

17.7K 438 53
                                    

Keesokan harinya, setelah Katia berkata jujur pada Gabriel, pria itu menjadi diam.

Tidak pergi ke kantor, menetap di rumah, tapi tidak banyak bicara dengan istri mudanya itu.

Katia menjafi khawatir dan menyesal.

Ia juga ikutan berdiam diri di kamar, menghindar dari Gabriel.

Ketika jam makan siang, Gabriel memerintahkan pelayan untuk memanggil istrinya.

Pagi tadi Gabriel tahu dari pelayan jika Katia hanya makan 1 lembar roti gandum serta minum susu.

Itulah sebabnya ia ingin sang istri turun dan makan nasi lauk pauk yang sehat.

Duduk menunggu Katia, Gabriel mengambil ponsel terlebih dahulu. Ia hendak mengirim pesan untuk seseorang.

Tiba-tiba langkah kaki yang datang ke arahnya mengalihkan atensi.

Gabriel segera meletakkan kembali ponselnya, dan melihat ke arah Katia.

Setiap hari, Katia selalu cantik. Tidak lelah dan bosan Gabriel memuji istrinya karena kenyataan.

Tersenyum tipis, katia duduk di sebelah Gabriel. Ia mengambil gelas untuk menuangkan air minum untuknya dan Gabriel.

"Aku saja," cegat Gabriel mengambil alih gelas tersebut.

Pria itu berdiri untuk menuangkan air minum kedua gelas mereka.

"Habiskan sayur dan lauknya. Kamu belum makan dari pagi," ujar Gabriel mencairkan suasana mereka.

Katia mengangguk pelan dan tersenyum sendu.

Makan dalam keheningan, hingga sepuluh menit mereka selesai.

Lebih tepatnys Katia yang terakhit selesai makan. Gabriel hanya makan sedikit, dan memilih memandangi Katia.

Mengelap bibirnya dengan kain, Katia baru sadar jika sejak tadi Gabriel menatapnya secara intens.

"Ya?" beo Katia pada Gabriel kenapa menatapnya.

Gabriel menggeleng pelan dan tersenyum.

Mereka kembali terdiam. Katia berusaha ingin mengatakan sesuatu, akan tetapi berat sekali.

"Kemari."

Katia melihat ke arah Gabriel yang menepakkan pahanya agar ia ke sana.

Melihat Wajah Gabriel, pria itu tersenyum dan mengangguk.

Perlahan Katia bangun dan menghampiri pria itu.

Gabriel mendekap perut buncit Katia dari belakang, dan menduselkan wajahnya pada ceruk leher sang istri.

"Kamu marah?" tanya Gabriel.

Mendengar pertanyaan suaminya, Katia justru keheranan. Ia menggeser sedikit tubuhnya agar bisa menatap Gabriel dari samping.

"Kenapa tanya aku?"

"Ya, terus ... kamu kenapa?" tanya Gabriel.

Katia menggigit bibir dalamnya. Ia perlu membahas ini dengan Gabriel, menuntaskan semuanya.

"Kenapa kamu malah nanya. Bukannya kamu yang marah?" ungkap Katia.
"Tapi emang wajar, kalo kamu marah." Lanjutnya lagi.

Gabriel mengusap rambut Katia dengan lembut. Surai panjang istrinya begitu harum bunga segar, meski terkadang ia lebih suka menarik rambut tersebut saat mereka bercinta.

"Aku marah, tapi aku harus apa?" ucap Gabriel.

Katia merasa sangat berdosa. Ia memejamkan matanya, begitu menyesali perbuatannya malam itu bersama Kamal.

ISTRI SIMPANAN TUAN GABRIELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang