Curiga

296 45 3
                                    

Seperti biasa, setelah pulang sekolah, aku sejenak singgah hanya sekedar untuk meredamkan otak yang panas. Pelajaran sekolah yang sangat sulit memaksa ku untuk bisa memahaminya secara langsung.

Guru-guru itu akan marah jika pelajaran yang ia ajar tidak bisa dipahami oleh murid. Padahal kapasitas otak anak berbeda-beda.

Aku selalu bertanya-tanya, sekolah itu mempunyai banyak mata pelajaran, dan itu semua harus diajarkan kepada para muridnya, namun apa kalian pernah berpikir, guru saja hanya mempelajari satu mata pelajaran saja, kenapa kita mempelajari semua?

Aku beri contoh begini, guru bahasa Inggris akan mempelajari materi sebelum diajarkan, dan guru-guru yang lain juga seperti itu. Tapi mengapa kita seolah dipaksa untuk memasuki semua pelajaran dalam satu otak? mereka saja hanya memikirkan satu pelajaran yang ingin diajarkan, sedangkan kita menelan semua mata pelajaran yang diberikan semua guru.

Ah, entah lah pokoknya seperti itu.

Tempat ini selalu ramai, apa lagi akhir pekan. Mereka yang datang kesini kebanyakan anak-anak muda yang ingin memamerkan hasil jepretan mereka ke sosial media.

Wajar saja, tempat aestetik yang selalu aku datangi memang enak untuk dipandang. Apa lagi makanan disini, walau terbilang cukup murah tapi rasa jangan ditanya.

Aku terduduk di kursi sendiri, menunggu pesanan yang lama sekali datang. Mata ku tak pernah berhenti berkeliling menatap semua lukisan-lukisan kuno yang menempel di dinding. Benda-benda yang berumur tua juga tak luput dari pandangan. Sangat menakjubkan!

Benda-benda keluaran tahun 90 an makin banyak, sangking banyaknya sampai pemilik toko akan memperluas bangunan. Kabar itu membuat seluruh pengunjung merasa senang, dan mendukung adanya perehapan.

Aku tak peduli, seperti ini saja sudah cukup. Menurut ku, semakin diperlebar akan semakin ramai orang, aku tak bisa leluasa.

Dari kejauhan seorang lelaki menggunakan celemek mengarah ke meja yang sedang kutempati. Saat melihat ia membawa nampan berisi makanan yang kupesan, hati ini seperti menjerit, sangat bahagia. Apa lagi kondisi lapar begini, hehe.

Benar saja, ia berhenti dihadapan ku, menaruh makanan dan pergi dengan senyuman. Tempat ini bukan hanya memperhatikan kualitas rasa saja, tapi juga memperhatikan bagaimana penampilan dari hidangannya. Lihat ini! sangat cantik! pantas saja mereka sibuk memotret dari berbagai sisi hanya untuk mendapatkan foto dari makanan ini.

Mata ku terpejam saat satu suap roti mendarat di mulut. Lidah ku seperti menyerap sari-sari dari makanan ini, dan menelannya dengan perlahan.

Saat sedang menikmati makanan, aku melihat seseorang yang tak asing di mata. Aku menyipitkan kedua mata, berharap aku tak salah lihat.

"Jisung-ah!"

Anak itu menoleh, melambaikan tangan pada ku. Aku membalasnya, kemudian memberi isyarat untuk mendekat.

"Oh! Haechan Hyung!"

Aku menarik kursi kosong, dan mempersilahkannya duduk.

"Kau mau? makan saja" tawar ku. Kelihatannya Jisung sangat tergiur dengan makanan di meja.

"Tidak apa-apa, aku sudah makan tadi"

Aku hanya tersenyum. Kemudian meminta pelayan tadi, memesan satu minuman lagi.

"Bagaimana kabar mu? kudengar baru kemarin kau masuk rumah sakit" tanya ku. Kemarin Chenle memberi tahu, bahwa ia tidak bisa sekolah karena menunggu adiknya yang sakit.

"Ah itu, iya benar. Tahu dari Chenle Hyung?" anak itu bertanya, mata lebarnya mengarah ke arah ku. Tangannya terulur mengambil gelas dan menyeruputnya perlahan.

Laut dan Keindahannya [Chenle] {On Going}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang