Kenangan

330 53 4
                                    

"Appa, lihat baju ku, kotor sekali!" ujar anak lelaki dengan memperlihatkan bajunya yang kotor.

Pria dengan panggilan Appa itu pun hanya tertawa dengan wajah masam putranya. Ia sengaja melempar pasir lagi, membuat gambar di baju itu semakin tak terlihat.

Sang empu tak terima, ia menggumpalkan pasir di kepalan tangannya dan berlari ke arah seseorang yang menjahilinya tadi.

Tapi kakinya sangat kecil untuk mengimbangi langkah besar itu. Dari kejauhan pria itu tertawa karena kelambatan putranya.

"Appa~" perjuangannya sia-sia, anak itu memilih duduk dan membuang gumpalan tadi.

"Kau kalah. Lihat baju mu itu, lebih kotor." pria itu duduk di sampingnya. Kalah? lihat perbedaan tubuh keduanya? ia lebih besar di banding anak di sebelahnya yang berumur sembilan tahun.

"Appa, kau curang! bagaimana bisa kau mengepal pasir dengan ukuran besar?" anak itu berbicara dengan nada sungutnya.

Pria di sebelahnya hanya tertawa kecil, ia menjelaskan bahwa itu hanya permainan. Dan tentunya ia harus mengalah, daripada anak itu merengut sepanjang hari.

"Appa, selalu datang ke tempat ini, eoh? aku sangat menyukainya"

Pria itu tak menjawab, ia menatap wajah bahagia putranya yang terus berbicara.

"Aku tahu perasaan mu, Appa. Kau pasti marah, kesal bahkan benci pada ku kan?" nada bicara itu sedikit berubah.

"Chenl-"

"Tak apa, aku tahu itu. Umur ku sudah sembilan tahun, bahkan sebentar lagi jadi sepuluh tahun. Appa tak perlu menyembunyikan apa pun lagi, aku tahu perasaan mu, perasaan Hyung-deul. Aku yang menyebabkan ini semua. Mianhae, Appa"

"Jika pada saat itu aku tak menginginkan permen kapas, mungkin Eomma ada disini, bersama kita. Aku benci permen kapas! karena dia Appa kehilangan seseorang yang Appa cintai"

"Chenle-ya, Berhenti berbicara seperti ini, kejadian itu sudah lama berlalu. Appa juga sudah melupakannya"

"Bohong. Kau selalu berbicara seperti itu. Aku sudah besar, Appa. Umur ku sudah hampir sepuluh tahun!"

"Umur sepuluh tahun, tapi kalah bermain saja ingin menangis"

"Yak Appa! aku mendengar!"

Moment itu sudah berapa lama terlewat. Terakhir saat ia ingin menginjak umur sepuluh tahun. Sekarang? ia hampir lulus sekolah menengah atas.

Dulu, Appa sangat mengkhawatirkan anaknya yang terus merasa bersalah atas kepergian Eommanya. Mungkin sekarang Appa berpikir bahwa anak itu sudah besar, dan melupakan kejadian itu. Nyatanya, bahkan sampai ia tertidur pulas pun rasa bersalah itu tetap bersarang di hatinya.

Ia rindu dengan moment-moment itu. Disaat ia bermain dengan Appa, berlari kesana-kemari tanpa memikirkan apapun. Bersama mengunjungi rumah baru Eomma, membawakannya bunga mawar putih kesukaannya. Tapi sekarang hanya ia seorang yang selalu mengunjungi tempat itu.

Appa akan beralasan bahwa ia sedang sibuk atau sedang menjaga putra bungsunya.

Dan sebelum kejadian itu terjadi, mereka selalu mengunjungi tempat-tempat yang menyenangkan. Jeno Hyung, Jaemin Hyung, dan Jisung yang bergelayut di dalam perut.

"Semua murni kesalahan ku, jadi aku tak seharusnya menanyakan kenapa semua ini berubah..."

-------

Laut dan Keindahannya [Chenle] {On Going}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang