Permintaan maaf adalah kata penenang saja. Setelah semuanya membaik, mereka akan kembali menyakiti
"Jisung-ah"
Air mata begitu saja menetes. Suara tangisan kecil terdengar sangat pilu. Bahu tak kunjung berhenti bergetar, mengutarakan rindu yang amat-amat tertahan.
Jisung memeluk erat tubuh ringkih itu. Tubuhnya sangat merasakan tulang-tulang yang semakin terlihat. Tubuh Chenle makin kurus, rahangnya menirus, lengannya kecil, seperti orang yang di diagnosis penyakit mematikan.
Kedua Hyungnya hanya menatap tanpa ekspresi. Jeno berdecih, terlalu dramatis, katanya.
"Hyung, maaf kan Appa" kalimat itu terus terulang. Jisung mengatakan sembari terus tersedu. Chenle tak mempermasalahkan itu, sekarang yang terpenting adalah dirinya sudah kembali dan bertemu dengan adiknya.
Appa tak ada disana. Ia beralasan dirinya sibuk dengan pekerjaan yang tak bisa ditinggal. Selama Chenle terbaring dirumah sakit, yang menjaga hanya Jisung. Jaemin hanya menggantikan sesekali saat Jisung mulai kelelahan. Ia memerintahkan adiknya untuk beristirahat dirumah, namun dengan cepat ia menolak. Katanya, ingin menemani Chenle Hyung sampai ia membuka mata.
Jaemin tak bisa membantah. Setiap jam makan Jisung tiba, ia membelikan makanan untuk mengisi perutnya.
Untuk Jeno, entah kemana dia. Sepanjang anak itu dirumah sakit, ia sama sekali tak pernah terlihat. Tak henti mengajaknya untuk menjenguk Chenle, namun ada saja alasan.
Dokter sudah memberikan resep obat untuk diminum setiap waktunya. Sekarang keadaan Chenle sedikit membaik, hanya saja perlu banyak istirahat.
Ingatan tentang gedung tinggi itu masih tersisa di kepalanya. Suasana gelap, lembab dan bau tak henti-hentinya menghantui kepala.
Jisung tahu hal itu. Ia terus memeluknya tanpa jeda, tak memberikan celah sedikit pun untuknya bergerak bebas. Chenle tak masalah, rasa rindu itu tak bisa terbendung.
"Hyung~, cepatlah sembuh. Aku ingin bermain bersama mu lagi" Jisung terus merengek, menggelayut seperti bayi yang digendong ibunya.
"Hyung sudah sembuh" jawab Chenle mengacak rambut hitamnya.
"Aish! berantakan!"
Chenle terkekeh geli. Semenjak kapan adiknya ini memperhatikan penampilan?
"Minum obat mu"
Jaemin menghampiri mereka dengan menggenggam beberapa butir obat. Ia meletakkan diatas nakas. Menyodorkan gelas berisi air, menyuruhnya untuk cepat menelan benda kecil itu.
"Terimakasih Hyung-"
Kalimat itu terpotong kala decitan pintu terdengar.
"Minum cepat. Cepat sembuh, agar tak menyusahkan orang"
Hatinya tertohok. Seperti ada benda tumpul yang memaksa masuk. Sakit sekali.
Chenle menelan obat itu dalam sekali teguk. Kembali menaruh gelas.
"Hyung!" Jisung mengeram tak suka.
"Ada apa? benar kan?"
Jisung hendak berdiri, namun cekalan tangan menghentikannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Laut dan Keindahannya [Chenle] {On Going}
General FictionKecelakaan itu benar-benar tak terduga. Kecelakaan itu merenggut satu nyawa. Seseorang yang seharusnya berada di dunia, hidup bahagia dengan keluarganya, ia harus mati sia-sia menyelamatkan anak laki-lakinya. Semua terpuruk. Terlebih lagi dengan an...