Akhirnya Aku Tahu

280 34 4
                                    

Thx yang udah ngikutin cerita ini dari awal sampai sekarang. Aku inget banget siapa" yang suka vote, komen dan support. Aku ga tau harus bales budinya dengan apa:((

Ini karya pertama ku, jadi maaf kalau ceritanya kurang seru atau alur yang kadang ga nyambung. Untuk kata/kalimat yang menurut kalian jelek, aku minta maaf ya. Tapi setelah ini, aku bakal lebih teliti lagi dengan tulisan ku sendiri^⁠_⁠^

Happy Reading

***

Aku Lee Jisung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku Lee Jisung. Kali ini, aku akan menceritakan dari sisi ku sendiri.

Dalam hidup ku sudah cukup jadi peran tambahan dalam sebuah cerita. Seperti figuran yang hanya diam berdiri di tengah-tengah keluarga.

Kali ini aku ingin bersuara. Bukan hanya makan enak saja. Jika ada yang berkata, kehidupan ku bahagia yang hanya tahu semua keinginan ku selalu terkabul. Semua itu salah.

Sampai kapan semuanya akan menjadi rahasia di hidup ku? apa walau aku sudah tua pun nanti tak akan tahu? sampai mati pun?

Aku bagian dari keluarga Lee, kan? Aku tak butuh perlakuan manja dan keinginan yang selalu terjaga. Aku ingin mereka menganggap ku ada, yang bisa diajak bercerita tentang apapun.

Hanya itu.

Sekarang aku tengah mencari sesuatu di ruang kerja Appa. Rumah sangat sepi, Appa juga sedang pergi. Aku leluasa melihat semua lembaran-lembaran kertas yang berserak di meja.

Tangan ku bergerak cepat membuka halaman demi halaman. Aku ingin mencari sesuatu yang bisa membawa ku agar tahu tentang masalah yang terjadi sekarang.

Tak ada petunjuk satu pun, hanya ada lembaran kerja yang aku pun tak tahu itu apa. Tempat terakhir yang belum aku buka adalah laci meja paling bawah.

Sepertinya itu terkunci. Awalnya aku tak peduli, namun hati ku masih saja terarah untuk membukanya. Sekarang yang harus ku cari adalah kunci. Ya kunci!

Ruangan ini dingin, tapi entah mengapa keringat ku tak berhenti bercucuran. Mungkin karena panik.

Tangan ku terus meraba bagian atas lemari, namun tak kunjung ketemu. Tangan bertengger di pinggang, aku menghela napas lelah. Sepertinya, untuk menemukan kunci kecil itu sangat membutuhkan waktu lama.

Aku berniat menyerah. Mata ku edarkan untuk meyakinkan sekali lagi bahwa benda itu tak ada disini. Namun, saat aku membuka pintu, benda yang kucari jatuh di atas kepala. Ini sakit! tapi aku senang karena sudah menemukannya.

Laut dan Keindahannya [Chenle] {On Going}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang