Tempat Sejati

447 68 3
                                    

Pagi ini sesuai janji dengan teman-temannya, Chenle sudah bersiap memakai pakaian santainya. Dengan celana aladin hitam dan kaos warna senada.

Ia juga tak lupa meminta izin kepada appa. Ia diizinkan asalkan jangan pulang terlalu larut. Tadi sempat ada drama sedikit dengan Jisung, anak itu memakai kamar mandinya padahal setiap kamar memiliki satu kamar mandi. Alasannya klasik, airnya tak ada, katanya.

Itu adalah alasan agar Chenle tidak keluar bersama teman-temannya. Sebenarnya, chenle bisa saja memakai kamar mandi lain, tapi ya sudah lah ia terlalu malas untuk itu.

"Yakk!! Lee Jisung, apakah kau tidur didalam sana?! kenapa lama sekali?!" teriak chenle. Tangannya tak tinggal diam, ia menggedor-gedor pintu kamar mandi dengan ketukan cepat.

"Sebentar Hyung, kau pelit sekali dengan adikmu" gerutunya dengan santai.

"Lihat, aku terlambat karena mu!"

"Kau ini, sudah batalkan saja rencana mu itu, lebih baik bermain bersamaku"

"Ohh, begitu cara main mu? baiklah dimana Anna mu itu?"

Untung saja, drama itu tak berlanjut lama. Jisung tanpa berlama-lama langsung keluar dengan handuk yang tak melilit sempurna di pinggangnya. Wajahnya terlihat panik. Ah, sepertinya Chenle harus berterimakasih dengan Anna.

"Hyung... jangan pergi, temani saja aku dirumah..." rengek Jisung menggelayut di tangannya.

"Jisung-ah, aku keluar hanya sebentar. Kau ingin apa? aku belikan nanti" bujuk Chenle.

"Jisung, biarkan anak itu pergi. Bahkan jika ia tak kembali pun itu lebih baik"

Jeno tak sengaja melihat adik bungsunya tak memperbolehkan Chenle keluar. Entah mengapa, jika ia melihat Jisung begitu dekat dengannya hatinya sangat marah. Bagaimana jika sifat Jisung meniru sifatnya? atau bagaimana jika Jisung mendapat kesialan jika bersamanya?

"Jisung-ah, bermainlah dengan Hyung mu yang lain, eoh?" ucap Chenle melenggang pergi.

Jisung tak lagi menahan Hyungnya untuk tetap disini, karena jika ia melakukan itu suasana akan semakin rumit.

Chenle dengan cepat bergegas meninggalkan rumahnya. Ia telah mengirim pesan kepada haechan untuk menjemputnya di depan super market. Ia tak mau mendengar ucapan Hyungnya yang selalu membuat hatinya sakit.

....

"Kenapa Hyung selalu berkata seperti itu kepada Chenle!" tanya Jisung sedikit menaikkan nada bicaranya.

"Jaga bicaramu. Hyung tidak pernah mengajarkan kau berbicara seperti itu Jisung"

"Jawab pertanyaan ku, kenapa Hyung selalu kasar dengan Chenle. Apa yang membuat Hyung selalu membencinya?"

"Kau tak perlu tahu tentang itu" jawab Jeno seadanya dan melenggang pergi.

"Hyung, tolong beri tahu aku" tak cukup dengan jawabannya, Jisung kembali menarik lengan sang kakak berharap ia akan menjawab dengan jawaban yang benar.

Jeno perlahan melepas genggaman tangannya dan berlalu meninggalkan Jisung yang menyoraki namanya untuk memberikan penjelasan.

....

Bangunan di tengah kota itu terlihat menarik. Pasalnya bangunan itu di dekorasi seaesthetic mungkin untuk bisa memikat para pelanggannya. Biasanya, anak-anak remaja bahkan dewasa pun sengaja singgah hanya untuk mengerjakan pekerjaan atau sekedar menghabiskan waktu bersama rekan atau keluarganya.

Ruangan itu di penuhi dengan lukisan-lukisan kuno, terlihat dari gambar dan warna lukisan yang terlalu kentara keluaran tahun sebelum-sebelumnya. Tak hanya lukisan yang di lihat, benda-benda antik dari tahun 90-an juga tersusun berderet disana. Banyak dari mereka yang sangat suka memotret dan mengunggahnya di akun media. Makanan dan minuman disini juga tak kalah enak, di hidangkan dengan tampilan cantik. Ini bukan museum, melainkan cafe.

Laut dan Keindahannya [Chenle] {On Going}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang