"Jika kamu hidup untuk mencari kebahagian, kamu tidak akan bahagia. Namun, jika kamu menjalani hidup dengan bahagia, kamu akan menemukan kebahagiaan itu"
Itu moto hidup yang sekarang sedang ku jalani. Rupanya 'moto hidup' benar-benar ada, benar-benar berguna untuk orang-orang seperti ku.
Mencari kebahagiaan saat hidup, jangan pernah dilakukan. Karena bahagia bukan untuk dicari, bahagia akan datang dengan sendiri.
Saat ini aku tidak tahu apa yang mesti ku lakukan untuk menemukan puzzle hidup yang hilang.
Apa lagi jika terus terkurung ditempat gelap ini selama berhari-hari. Hidup ku seolah sudah hilang separuh. Kini tinggal adanya mata yang terus berkedip tanpa lelah, entah kapan ia menutup, kapan ia akan beristirahat.
Telinga ku hanya bisa mendengar suara jeritan riang dari bawah sana. Anak-anak memainkan mainannya dengan berlarian tak memikirkan bagaimana jika tersandung.
Setiap matahari menyorot melewati lubang kecil, suara itu akan muncul. Dan ketika gelap menghiasi ruangan, suara tikus yang akan menggantikan.
Sudah terhitung berapa hari ya? aku tidak berselera untuk menghitungnya. Aku hanya terus menatap tubuh ku dihadapan cermin retak, menatap lalu merasa geli dengan diriku sekarang. Pakaian kumal, pipi yang menirus, tubuh kotor, perut yang tak henti-hentinya berbunyi.
Aku kembali menyandarkan tubuh ku. Kembali menatap atap tinggi itu, yang semakin menghitam karena banyak kotoran hewan. Bau nyengat tak kunjung mereda, mereka seperti memaksa masuk ke rongga dada.
Napas ku sesak, tak bisa terkendali. Aku tak berhenti memukul keras dada ku sendiri. Terbatuk, lalu memukulnya lagi.
Tak ada makanan dan minuman, yang ku pakai untuk membasahkan tenggorokan hanya kubangan air dibawah sana.
Napas ku semakin tersenggal, tangan tak henti-hentinya memukul dada. Aku merasa ingin tidur, mata ku terasa berat. Keadaan depan hanya tinggal bayang-bayang yang terlihat. Semuanya nampak tak jelas.
Saat itu, mata ku mulai tertutup. Suara di telinga mendenging keras. Tak hanya di dada, kepala ku juga sakit sekarang. Semua rasa sakit itu seperti menyerang ku secara tiba-tiba.
Aku tak bisa lagi mendengar suara anak-anak yang ribut dibawah sana. Kini tergantikan dengan suara dengingan keras yang menutup rapat telinga.
Mataku kini tertutup sempurna.
***
Suara berulang-ulang berasal dari mesin pendeteksi jantung, terus berbunyi tanpa jeda. Suara kecil itu terus berbunyi memenuhi indra pendengaran.
Aku bisa merasakan itu walau raga ku tertidur. Mata terpejam sepanjang hari, namun telinga masih mendengar suara bising disekitar.
Kegaduhan mereka sama sekali tak membuat tidur ku terganggu. Berlari kesana-kemari karena panik, membawa alat menyeramkan yang terus berusaha membangunkan tidur ku.
Tangisan dari seseorang yang ku dengar menggelegar di kepala. Hati ku ikut sakit sama dengannya. Mencoba membuka mata namun nihil, seperti ada sesuatu disana yang melarangku untuk melihat dunia.
Aku merasakan tubuh ku sakit. Kulit ku seperti memar, sangat sakit jika tersentuh. Aku menjerit meminta Tuhan untuk memberi ku kesempatan melihat seseorang yang kusayang.
Wanita yang selama ini ku rindukan berdiri tepat dihadapan ku, mengusap halus wajah yang basah karena air mata yang tak kunjung berhenti. Ia tersenyum, memeluk ku, sangat erat. Aku bisa merasakan kehangatan yang selama ini hilang, aku bisa merasakan rasa nyaman yang selama ini ku cari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Laut dan Keindahannya [Chenle] {On Going}
Fiksi UmumKecelakaan itu benar-benar tak terduga. Kecelakaan itu merenggut satu nyawa. Seseorang yang seharusnya berada di dunia, hidup bahagia dengan keluarganya, ia harus mati sia-sia menyelamatkan anak laki-lakinya. Semua terpuruk. Terlebih lagi dengan an...