Kebenaran

353 55 16
                                    

Mengapa pergi dan meninggalkan tak pernah absen dari kehidupan?

Setelah Chenle menceritakan semua tadi, kini suasana hatinya menjadi buruk. Lelucon yang dilemparkan Haechan tak membuat dirinya terhibur.

Chenle berbaring di kasur usang milik sahabatnya, menatap langit-langit kamar yang menguning. Lagi-lagi terdengar hembusan napas panjang.

Haechan duduk, meletakkan tangannya di meja untuk bersandar. Ia menatap lelaki putih itu dengan tatapan bosan. Sudah berapa lama ia menatap langit-langit kuning itu?

Sekali-kali Haechan mengamati langit-langit kamarnya, barang kali ada sesuatu yang indah untuk dipandang. Tapi itu tak ada, sangat membosankan.

"Chenle-ssi, kau tidak bosan, huh?! aku melihat mu saja sudah pusing begini" keluh Haechan.

"Aku tahu suasana hati mu sedang buruk. Tapi bergeserlah sedikit, aku juga mau tidur" Haechan berdehem, matanya melirik ke kasur itu, berharap sahabatnya itu bergeser.

Chenle tahu apa maksud beruang itu. Ia menggerakkan tubuhnya memberi sela sedikit untuknya tidur.

"Maaf Channie, aku merepotkan. Biasanya aku tidur di tempat tidur luas, dan ini pertama kali ku, maklum"

"Yakk! sombong sekali kau! bagaimana jika aku tak memberi mu tumpangan malam ini? kau akan tidur di jalan" balas Haechan tak terima.

Chenle tertawa, ia memeluk beruang disampingnya. Haechan merasa geli hanya berontak, tapi tetap saja ia mengalah.

"Dimana Ahjumma?"

"Kau bertanya seolah tak tahu bagaimana dia saja" Haechan memutar bola matanya malas. Sahabatnya itu sudah tahu bagaimana Eommanya, tapi tetap saja bertanya.

"Kau tadi diam saja, sekarang tersenyum seperti ini"

"Tidak tahu, aku nyaman disini. Walau rumah mu tidak nyaman untuk dipandang, tapi aku merasakan hangat"

Haechan membelalak. Tidak nyaman untuk dipandang, wah Chenle sepertinya ingin dipukul.

"Maaf, aku berbicara terlalu banyak. Aku nyaman disini, Channie. Kehangatan disini tak aku temukan dirumah"

Tok tok tok

Suara ketukan pintu sangat jelas di telinga. Haechan terbangun menuju sumber suara.

Gagang pintu dibuka menampilkan sosok pria bersetelan jas hitam berdiri disana. Haechan yang tahu siapa itu langsung mempersilahkannya masuk.

"Dimana Chenle?" tak ada balasan, melainkan kalimat itu.

"Tuan Lee, berbicaralah didalam, disini dingin"

"Aku tak butuh itu. Dimana anak ku?"

Haechan tanpa berlama-lama langsung berlari untuk memanggil seseorang yang dicari.

"Chenle-ya, tuan Lee memanggil mu"

"Aku tidak mau pulang, ku mohon beri tahu dia, aku ingin disini" Chenle memohon. Ia nyaman disini, tidak mau jika harus pulang kerumah itu lagi.

"Temuilah dulu, dia khawatir"

"Aku tahu bagaimana keadaan mu. telpon aku jika terjadi sesuatu" sambung Haechan, meyakinkan sahabatnya.

Akhirnya Chenle luluh. Ia tak tahu harus berbuat apa sekarang selain menuruti kemauan dua orang itu.

Chenle meyakinkan hatinya bahwa semuanya baik-baik saja. Perlahan ia membuka pintu, benar saja sosok pria itu sudah menunggunya dengan menyilangkan kedua tangan.

Laut dan Keindahannya [Chenle] {On Going}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang