Cahaya yang sehat mulai menembus jendela mini itu, membuat kedua mata berkedip silau. Mentari yang redup nan Indah, sangat baik jika di sambut pada pagi hari yang hampir menjelang siang."Auwh, silau sekali!" mendekur, "Cindo, ngapain di buka jendelanya?" tanya Keyla sembari menepis cahaya yang menusuk matanya.
Raut wajah Cindo yang terlihat kesal, "bodoh amat!"
Keyla mulai menstabilkan kesadarannya dan bangkit dari tempat tidurnya, dan ia melihat ada yang tidak beres pada wajah temannya.
Keyla bertanya, "kau kenapa, Cindo?"
Cindo melirik sebal dan berpaling muka, membuat Keyla semakin merasa bersalah.
"Cindo! Ada apa?" tanya Keyla dengan nada tinggi.
Cindo mendengus sinis, "oh, masih perlu ditanya?" ucapnya, "setelah meninggalkan aku sendirian di pesta, dan sekarang kau bicara seolah tidak ada yang terjadi?"
Keyla menghela napas, ia mulai mengerti kenapa raut wajah temannya berubah di pagi hari ini.
"Hahaha, baiklah. Maapkan aku, ya," Keyla tertawa, "aku tidak akan melakukannya lagi."
Cindo mencibir sebal, "hiks, memangnya, kau dimana sih?" ucapnya melas, "aku mencari mu di seluruh tempat, dan apa kau tau, aku menemukan sesuatu yang aneh tapi juga spesial."
Keyla terhenyak dan penasaran, "ada apa?"
Cindo mendekat dengan serius, "disaat aku mencarimu, aku tiba di taman belakang yang penuh dengan minuman dan ada beberapa barang ilegal. Lebih parahnya lagi aku melihat banyak sekelompok orang-orang ternama yang sedang berpesta, tapi mereka juga bergabung ... tidak, itu seperti seorang preman atau penjahat, ya?" katanya sambil kebingungan, "tapi mereka terlihat sangat menikmati pestanya. Dan aku dengan cepat berlari karena takut akan ketahuan oleh mereka."
Keyla terkejut dengan apa yang dibicarakan oleh Cindo. Ia semakin penasaran dengan apa yang terjadi, kenapa orang-orang ternama yang kaya bersenang-senang bersama seorang preman atau penjahat atau apalah itu.
"Apa kau yakin melihatnya?" tanya Keyla.
Cindo mengangguk, "aku sangat yakin!" ucapnya sangat girang.
Tok tok tok...
Ada seseorang mengetuk pintu mereka.
Teralihkan dengan suara pintu, kini Cindo segara bangkit dari tempat duduknya, dan membuka pintu dengan perlahan.
"Iya, ada apa?" tanya Cindo pada tamu yang tak di undang.
"Ah, maap sekali, ya. Aku tidak bermaksud mengganggu, apakah Chrismate tinggal disini?" tanya tamu itu, seorang wanita.
Cindo terhenyak, "iya, benar." katanya, "kalau boleh tau, kamu siapa?" tanya Cindo.
Wanita tamu itu tersenyum. "Perkenalkan, saya Vine." ucapnya, "aku bekerja di media reporter. Bisa aku bertemu dengan, Chris?"
Cindo mengangguk, "baiklah, tunggu sebentar."
Sebelum Cindo sempat memanggil Keyla, ia sudah berjalan menuju suara percakapan mereka yang sedang menyebut namanya.
"Ada apa, Cindo?" tanya Keyla. Cindo memberi isyarat menunjuk kepada gadis di depan pintunya.
Keyla terhenyak, "kau?"
"Hai, masih kenal, kan?" tanya balik Vine.
"Iya, tentu. Vine?" celetuk Keyla.
Vine mengangguk.
Usai saling menyapa, kini Keyla mempersilakan Vine untuk masuk ke dalam. Beberapa menit berlalu setelah obrolan mereka yang cukup santai, tetapi setelah obrolan santai selesai, Vine mulai bicara dengan wajah serius pada Keyla. Membuat Keyla ingin bertanya, sebenarnya apa tujuan Vine menemuinya bahkan Keyla tidak pernah memberitahu kan alamat rumahnya, setelah pertemuan terakhir mereka.
"Kenapa?" tanya Keyla melihat Vine terdiam sejenak.
Vine melirik, "ada yang ingin ku bicarakan padamu," ucapnya. "Sebenarnya, beberapa hari yang lalu aku mengikuti mu, tanpa kau ketahui. Maapkan aku."
Keyla bertanya dengan tenang. "Kenapa kau mengikutiku?"
"Chris ... tidak, sebenarnya kau juga ingin mencari tau tentang keluarga Graham, kan?" tanyanya, "aku merasa kita bisa bekerjasama."
"Apa yang kau inginkan?" tanya keyla lagi.
"Aku ingin keluarga Graham di hukum," ucap Vine antusias, "atas kesalahan mereka pada kematian temanku. Aku ingin keadilan!" sambungnya.
"Kenapa harus aku?" tanya Keyla lagi, seolah sedang menyelidiki niat dan tujuan Vine.
"Aku punya naluri seorang wanita, dan aku yakin pada institusi ku," jawab Vine.
"Akan aku pertimbangkan lagi," ucap Keyla.
Setelah selesai negoisasi Vine yang merujuk Keyla untuk bekerjasama padanya, walaupun itu belum di tetapkan. Keyla dengan sopan tetap mengantar Vine sampai keluar dan mengucapkan salam sampai jumpa.
"Key, apa pendapat mu?" tanya Cindo di samping Keyla.
Keyla melirik, "entahlah, aku sedang berpikir," lirihnya. "Apa perluh langsung ku terima?"
"Aku tidak tau, dan jangan tanya aku," jawab Cindo. "Tapi, Key. Apa dia tidak tau, siapa kau sebenarnya," timpalnya.
Keyla mengangkat kedua bahunya, seolah tidak tau.
~
"Mervin!" panggil Cyrilo dengan nada kasar.
Mendengar namanya di panggil, Mervin terengah-engah dengan kilat menuju suara yang menyebut namanya.
"Iya, Bos!" sautnya, "ada apa, Bos?" tanya Mervin.
Cyrilo menatap sinis, "dimana dokumen rahasia yang biasa ku simpan, disini," sambil menunjuk lemari berkode-nya.
"Baik, Bos! Aku akan segara periksa cctv," jawab Mervin.
Cyrilo berdesir, "aku tidak pernah menaruh cctv di dalam ruangan ini, karena aku tidak pernah mengijinkan siapapun masuk dengan sembarangan!" tegasnya.
"Kalau begitu aku periksa cctv di luar," ucap Mervin.
"Kalau begitu, cepat lakukan!" timpal Cyrilo kesal.
Merasakan bahwa dokumen yang telah hilang adalah suatu rahasia yang bahkan jarang ia buka untuk beberapa tahun terakhir.
Wajahnya yang memerah dengan mata yang sinis sambil mengeram marah, ia tau pasti ada seseorang yang mencoba melawan dirinya. Tidak mungkin ada orang yang mencuri dokumen selain lembaran kertas, itu pasti orang yang memiliki ikatan yang terkait pada dokumen yang dicuri.
"Ingin melawanku?" gumamnya, "baiklah. Lawanlah aku sebisa mungkin!"
Bersambung....
KAMU SEDANG MEMBACA
N-82 (On-Going)
Mystery / Thriller"Kekey bukan pembunuh!" ketus Keyla. Keyla Christian berusia 15 tahun. Ia menjadi tersangka dalam kasus pembunuhan atas kematian Anak konglomerat yaitu, Johan Gudehyda pewaris Goldcorna. Goldcorna adalah perusahaan yang berpengaruh penting dalam m...