~Happy Reader's~
•
•
•
•
♡
♪♬
↓↓↓♨-------------------------------------------
Tanggal 01 November 2016
~Selasa~
*Kantor Davide*Pak Willy petugas keamanan Kantor Pusat. Ia mendatangi David yang berada di kantornya.
Pak Willy memasuki kantor Davide tanpa mengetuk terlebih dahulu. Hingga David terkejut saat itu juga.
“David, kalo kita tidak bertindak lebih cepat, kita bisa dipecat!” peringat cepat Pak Willy pada David.
“Kenapa tidak mengetuk terlebih dahulu?” tanya datar David yang sebenarnya terkejut karena sergahan Pak Willy.
“Apa? Apa itu penting sekarang? Cepat kau interogasi gadis itu David!” Pak Willy merasa emosi. Sedangkan David hanya mengganggap itu hanya uraian.
“David apa kau mendengarkan aku?!” tanyanya yang meragukan David.
“Itu adalah urusanku, saat ini gadis itu ada dalam genggamanku Pak. Aku yang akan mengurusnya, kau tidak perlu repot-repot,” jawab David sembari menyusun berkas-berkasnya. Pak Willy hanya berdiam dan merasa bahwa David tidak menghargainya.
“Oke,” ujar singkat Pak Willy. David melihat sekilas dan langsung membalikan mukanya kembali pada berkas. Pak Willy begitu saja langsung keluar dari kantor David tanpa pamit.
David langsung menelpon Pak Petro yang menjaga keamanan Kekey.
“Pak Petro langsung bawa dia ke ruang interogasi,” ucap singkat David sembari mencari keterangan Kekey.
“Oke Vid, Pak Petro langsung bawa Kekey,” kata Pak Petro sembari melihat Kekey yang berada di Rutan. Kekey di sana hanya duduk dan merangkul kedua kakinya. Pak Petro merasa kasian pada gadis berusia 15 tahun itu.
David mematikan ponsel genggamnya.
Sedangkan Pak Petro mengambil kunci Rutan dan mengeluarkan Kekey, lalu membawanya ke ruang interogasi. Kekey hanya mengikuti dengan wajah murungnya.
Pak Petro dan Kekey sudah sampai di ruang interogasi, Kekey masuk sendiri dan Pak Petro masuk ke ruang interogasi dengan melihat Kekey dari kaca. Tetapi Kekey tidak bisa melihat Pak Petro. Kekey merasa sendirian.
Tidak lama kemudian David memasuki ruang interogasi. Dia duduk dan membuka berkas di tangannya.
“Nama Keyla Christian, terkait dalam kasus pembunuhan Johan Gudehyda dari Keluarga Graham. Nama orang tua Island dan Santi, tidak ada pekerjaan,” ucap David sembari melihat keterangan keluarganya. Kekey hanya mendengarkan.
“Coba bicara. Siapa yang menyuruhmu membunuh Johan Gudehyda?” tanya tenang David. Kekey hanya menggelengkan kepalanya.
“Tidak ada?” David mengangkat dan menggelengkan tanganya kehadapan Kekey. Kekey menunduk.
“Bicara!” bentak David. Kekey tetap diam.
“Kekey ayo bicara?” tanyanya dengan tenang lagi supaya Kekey bicara. Alhasil Kekey tetap diam.
“KEKEY!” gertak keras David sembari menghantam meja yang berada di depannya, dengan kedua tangannya. Kekey terkejut ketakutan.
Di balik jendela gelap transparan itu Pak Petro melihat dengan takut jika David menjadi tidak terkendali.
Sekilas Kekey menoleh, lalu membuang muka.
“Oh, jadi Kekey nggak mau bicara?” tanya David sekali lagi. Kekey menunduk sembari menggenggam kedua tangannya.
“Kekey mau jika Kak Doni ditahan lalu dipukuli? Kekey mau gitu?” ancam David serius. Kekey tertegun sembari menatap kilat ke arah David.
“Enggak! Enggak boleh Kak,” ujar kilat Kekey takut. David pun langsung merendahkan nadanya.
“Oke. Tetapi Kekey harus bicara? Kalo enggak Kak Doni Kekey bakalan ditahan,” jelas datar David. Kekey berpikir dengan jernih dan mengambil keputusan. Kekey hanya mengingat sebuah tato Kupu-kupu.
“Kekey nggak tau Kak, Kekey nggak bunuh yang namanya Johan itu,” ujar Kekey dengan tenang. David menggertakkan giginya.
“Kalo memang Kekey nggak membunuh. Terus kenapa pada saat kejadian itu Kekey pegang pisau dan disertai banyak noda darah ditangan Kekey?” tanya baik David saat melirik Kekey sedih. Kekey menunduk binggung.
“Key?” tegur David.
“Iya?!” Kekey tertegun.
“Kakak, Kekey binggung mau jawab apa? Kekey gemetaran. Kekey takut. Kekey mau pulang secepatnya Kak,” kata Kekey polos.
David berpikir sejenak. “Pak Petro bawa Kekey keluar,” panggil David pada Pak Petro menyuruh Kekey keluar.
“Oke Vid.” Pak Petro pun membawa kembali Kekey untuk memasuki Rutan. Tetapi selama berjalan menuju Rutan Kekey, Kekey mendengar suara televisi dari ruang kantor sebelah. Dengan kilat Kekey menarik tangan Pak Petro untuk menunggunya sebentar.
“Pak Petro, tunggu dulu. Kekey mau lihat televisi itu sebentar saja,” pinta Kekey dengan menarik tangan Pak Petro yang berjalan di depan Kekey.
“1 menit aja,” ujar Pak Petro. Kekey mengangguk mengiyakan.
Pak Petro pun mengajak Kekey masuk kantor pemeriksaan. Kekey melangkahkan masuk kedua kakinya, dan Kekey melihat ke arah televisi tersebut dengan tegang. Semua orang yang ada di dalam kantor pemeriksaan itu merasa heran.
•
•
•
•
•
•
†Keyla Christian
Bersambung ...
KAMU SEDANG MEMBACA
N-82 (On-Going)
Mystery / Thriller"Kekey bukan pembunuh!" ketus Keyla. Keyla Christian berusia 15 tahun. Ia menjadi tersangka dalam kasus pembunuhan atas kematian Anak konglomerat yaitu, Johan Gudehyda pewaris Goldcorna. Goldcorna adalah perusahaan yang berpengaruh penting dalam m...