Mervin menyiapkan mental bajanya dan bergerak lincah layaknya musang. Menyergap seluruh ruangan yang berisikan kamera pengawas. Ia mulai menyelidiki dalang di balik kejadian pesta malam itu.
Mervin curiga bahwa ada yang sengaja mencari kelemahan untuk menjatuhkan keluarga Graham beserta saham Penthouse.
Mervin adalah kaki tangan kepercayaan Cyrillo satu-satunya. Cyrillo hanya punya harapan bahwa Mervin bisa menyelesaikannya tanpa ia harus ikut campur tangan hanya karena hal seperti ini.
Cyrillo pergi keluar mencari udara segar untuk menenangkan pikirannya seketika. Jangan hanya karena masalah ini ia menjadi terkecoh pada urusan pekerjaan lain.
Tetapi Cyrillo memilih untuk bersantai sejenak ke apartemennya.
Tidak hanya masalah ini yang mengganggunya, tapi Layla juga termasuk dalam daftar orang yang selalu ada untuk mengganggunya.
Melihat Layla sudah ada di dalam apartemennya membuat Cyrillo menghela napas panjang. Ia menyesal harus pulang ke apartemennya.
"Kau?" lirih Cyrillo. "Kenapa kau disini?" tanya Cyrillo yang tidak menduga jika Layla ada di apartemennya.
Layla tersenyum bahagia mendapati Cyrillo pulang, "CYRILLO?!" terkejutnya ia sembari berlari memeluk Cyrillo.
Layla sudah terbiasa bulak balik ke apartment Cyrillo walaupun tahu kalau Cyrillo jarang pulang. Tapi itu tidak pernah membuat patang menyerah bagi Layla, buktinya Cyrillo pulang tanpa ia duga.
Cyrillo segera menepis pelukan itu, sehingga tidak berakhir terlalu lama.
"Aku hanya ingin istirahat ... kau lakukan saja mau mu," ucap Cyrillo tak acuh dan menuju kamarnya.
Layla memasang muka cemberut, tapi dia patuh pada apa yang di ucapkan Cyrillo.
Layla memasak dan merapikan semua isi yang berantakan. Yang tidak enak dilihat semuanya di sekanya dengan rapi dan bersih.
Layla berpikir ini akan membuat kenyamanan bagi Cyrillo yang sudah lama tidak pulang.
~
"Chris! Ada apa dengan kakimu?" tanya Cindo kaget melihat temannya yang sedang memasangkan plester.
Kekey terhenyak, "Tidak apa ... dan tidak parah."
Cindo membantu temannya memasang plester dengan rapi dan mengelus-elus lutut Kekey.
Sedangkan Kekey mulai memutar matanya yang sedang melihat sekeliling isi kantor. Menatap aneh pada Mervin yang seperti begitu sangat sibuk menghitung dan memantau kamera pengawas.
Kekey berpikir apa yang sedang dilakukan Mervin adalah tindakan untuk mencegah sesuatu. Dengan pikiran ganas Kekey harus mengetahui apa yang sedang terjadi pada Mervin sehingga ia sangat waspada.
"Apakah dia ingin meriksa cctv? Kalau benar apakah akan terlihat ... bisa gawat ini," batin Kekey.
"Yaps! Udah selesai," celetuk Cindo.
Melihat mata Kekey yang sedang tidak fokus membuat Cindo ikut melirik tertuju pada Mervin yang sedang menyerap cctv.
"Hei! Apa yang sedang kau lihat?" tanya Cindo.
Kekey terhenyak, "Ah! Tidak ... ayo kita lanjut bekerja."
"Dih aneh!" lirih Cindo.
"Ohya ... hari ini aku pulang lebih awal ya," ucap Kekey, membuat Cindo harus bertanya lagi.
"Kenapa? Tidak, maksudku kenapa tiba-tiba sekali?" tanyanya.
"Ada urusan sih, lagian Bos juga lagi gak ada di kantor, kan? Makanya aku mau pulang lebih awal dan sisanya kau yang kerjakan ya," balas Kekey sembari tersenyum manja, membuat Cindo malas menanggapinya. Dan akhirnya Cindo hanya menerima saja.
"Baiklah, jangan lupa traktir aku ya," ketus Cindo.
"Hahaha. Tentu saja!"
~
Cyrillo merentangkan kedua tangannya. Rasa pegalnya hampir melemahkan otot kekarnya. Ia mulai menyadarkan diri dan bangkit dari tempat tidurnya, menuju kamar mandi. Merusapkan air dari kerang ke wajahnya yang bersih tanpa celah debu sedikitpun.
"Ahh! Aku lelah sekali ... apa aku butuh liburan? Ya! Aku membutuhkan itu," gumamnya.
Bunyi tak kuasa keluar dari perutnya, seolah ingin memberitahukan kekosongan yang melanda isi tubuhnya. Ia harua mengisi energi yang dahsyat.
"Ah, lapar!"
Cyrillo melihat Layla yang sudah lelap tertidur di sofa elitenya. Tidak ada reaksi spesial. Cyrillo hanya menuju dapur setelah tahu Layla tertidur.
Cyrillo mencari sesuatu yang dapat dilahapnya. Tapi sudah melihat makanan yang tersaji lezat di atas meja makannya. Membuat dia menghela napas.
Cyrillo tahu bahwa ini di masak oleh Layla. Layla tidak pernah letih untuk terus melayani Cyrillo walaupun sudah tahu Cyrillo tidak terlalu mempedulikannya.
"Gadis bodoh," celetuk Cyrillo sembari nyengir.
Tidak lama itu ponselnya berdering. Cyrillo segera mengangkatnya sebelum memakan sesuatu yang berada di atas meja.
Sedangkan Layla sedikit bergerak dan tersadar dengan suara dering Cyrillo.
"Cyrillo sudah bangun?" lirih Layla yang masih terduduk di sofa, melihat Cyrillo berbicara di telepon.
Cyrillo, "Ada apa?"
"Maap, Bos. Tapi polisi barusan menelponku," Mervin
Cyrillo, "Lalu?"
"Dia bicara padaku, ingin menemui mu," Mervin
Cyrillo, "Apa kau tidak bisa memberikan alasan pada mereka?"
"Maap, Bos. Tapi ... mereka sangat ingin bicara dan menemui mu." Mervin
Cyrillo mematikan panggilan.
"Cyrillo! Kau sudah makan? Aku memasak untuk mu ... bagiamana jika kita makan bersama?" Layla bersikap humoris dan ambisius. Tapi Cyrillo mengabaikan ajakan Layla dan tergesa-gesa mengambil mantel dan syalnya, lalu pergi dengan tampak dingin di mukanya.
Sehingga Layla terkejut mendengar benturan keras saat Cyrillo membanting pintu dengan keras.
"Apa Cyrillo sedang marah? Dia marah padaku? Apa masakanku tidak enak? Hiksss... Aku sangat bodoh, harusnya aku mencobanya dulu sebelum menyajikannya," gerutuk Layla yang sangat menyesal pada kepergian Cyrillo. Padahal Cyrillo sudah sangat jarang pulang. Layla saja sudah lama sekali tidak bertemu dengan Cyrillo semenjak Cyrillo mulai meneruskan pekerjaan almarhum kakaknya.
Bersambung....
KAMU SEDANG MEMBACA
N-82 (On-Going)
Mistério / Suspense"Kekey bukan pembunuh!" ketus Keyla. Keyla Christian berusia 15 tahun. Ia menjadi tersangka dalam kasus pembunuhan atas kematian Anak konglomerat yaitu, Johan Gudehyda pewaris Goldcorna. Goldcorna adalah perusahaan yang berpengaruh penting dalam m...