Obsess

2.2K 208 27
                                    


Tidak mungkin jika ayah akan membunuhku, dia pasti masih bisa mengingat jika aku ini anaknya, terlebih dia pasti tidak ingin rencana nya gagal.
Mereka ingin tujuan nya tercapai dengan menggunakan ku, agar nama mereka tetap bersih.

Awalnya aku setuju dan bersemangat untuk menjalankan rencana mereka, tapi setelah di cerna oleh akal sehat dan hati itu tidak masuk akal.
Memang benar adik ku meninggal waktu itu, tapi mungkin karena itu sudah takdir dia meninggal dengan cara itu.

Apa aku begini karena mengenal Ha rin? bisa jadi.
Di satu sisi juga aku berpikir, apa salah Ha rin dalam hal ini? alasan agar ibu nya hancur ketika melihat Ha rin menderita itu memang masuk akal.
Tapi yang kupikirikan sekarang itu Ha rin, bagaimana aku akan melakukan tugas-tugas dari ibuku? aku tidak akan bisa melakukan nya karena mungkin aku sudah menyukai nya.

Jika dia benar-benar menyukai ku, aku akan mengabaikan rencana ayah dan ibu. Meski nyawa ku jadi taruhan nya.
Tapi, jika dia hanya main-main saja, aku akan membuatnya menderita.

Aku berniat untuk berangkat lebih awal ke sekolah, karena ingin menjemput Ha rin terlebih dahulu.
Baru saja aku sampai di rumah nya, mobil Ha rin keluar dari gerbang, lalu berhenti di samping mobilku.

Ha rin membuka kaca mobilnya.
"sooji kenapa kau kemari?"
"menjemputmu lah"
"tapi aku bawa mobil"
"yasudah ayo berangkat, aku akan menjaga mu dari belakang"

Dia tersenyum sambil menutup kaca mobilnya.

Dayeon, Do ah dan Wooyi menunggu Ha rin di parkiran mobil.
Apa mereka tidak ada kegiatan lain?

"duluan saja" ucapku pada Ha rin ketika ia turun dari mobil dan menunggu ku bersama mereka

Tapi..kenapa Do ah memegang tangan Ha rin?

Buru-buru aku turun dari mobil, lalu berjalan menerobos dimana tangan Ha rin dan Do ah saling bergandengan.
Aku berjalan lurus tanpa melihat bagaimana ekspresi mereka.

"kau ke apartemen bersama Harin?" pertanyaan itu terlontar dari Jaeun yang menungguku di lorong kelas

Aku menarik nya masuk ke dalam kelas.

"memangnya kenapa?"
"tapi kan, hanya aku saja yang kau ajak ke apartemen itu, kenapa sekarang.."

"dia juga temanku, lagipula kau kan tidak mau berteman lagi denganku, benar kan?"

Ja eun terdiam, tangan nya mengepal gemetar.

Saat Ha rin masuk, Ja eun menghampiri nya lalu dia mencekik Ha rin.

"Jaeun !" berteriak

Aku mencoba memisahkan mereka, aku menarik tangan Ja eun lalu mendorong nya.

"jangan coba-coba menyentuhnya !" membentak sambil menunjuk wajahnya

Ja eun pergi keluar dengan marah.

"kau tidak apa-apa?" mencoba merangkul Ha rin

Do ah menarik Ha rin agar menjauh dariku,
tatapan nya seperti benci melihatku.

Tidak mau kalah, aku duduk di bangku Do ah yang bersebelahan dengan Ha rin.

"permisi? tempat duduk mu disana" menunjuk ke arah Yerim

"sekarang disini"

Ha rin memberikan isyarat agar Do ah mengalah, dia pun duduk bersama Dayeon.

"kau sakit?" memeriksa keningku dengan ekspresi mengejek

"aku hanya ingin duduk disini saja"

"oh ya? btw ada apa dengan si Jaeun? kenapa dia tiba-tiba mencekik ku"

"biarkan saja, nanti aku yang tangani dia"

Ha rin duduk di bangku sambil tersenyum.

Hari ke hari aku semakin akrab dengan Ha rin, aku tidak suka jika dia dekat dengan yang lain. Entah kenapa aku jadi terobsesi pada dia, aku tidak peduli dengan yang lain selain dia.
Bahkan sahabatku sendiri Ja eun, aku sudah tidak peduli kenapa dia seperti itu dan kenapa dia menjauhi ku.

Waktu itu hari minggu, aku sedang bersantai di kamar. Tapi tiba-tiba Ja eun menerobos masuk ke kamarku. Dan aku melakukan kesalahan..

"kau? mau apa kesini?"
"aku sudah muak dengan tingkahmu, kenapa kau semakin akrab dengan Ha rin?"

Dia kemari cuma ingin bertanya itu?

"lalu kenapa? apa urusan nya denganmu? kau kan yang memutuskan untuk menjauhi ku, jadi yasudah" ucapku sambil acuh memainkan ponsel

"aku akan membunuh Ha rin" mengambil ponselku

Dengan spontan tanganku terangkat menamparnya dengan keras.

"kau menamparku? sooji?"
"makanya jaga ucapanmu itu !" membentak nya
"lihat saja nanti"
Mata nya berlinang sambil memegangi pipi nya yang aku tampar tadi. Dia membanting ponselku ke tempat tidur, lalu pergi.

Ini pertama kali nya aku menampar Ja eun, entah kenapa ucapan nya itu membuatku sangat marah.
Belakangan ini aku berpura-pura membuat Ha rin menderita pada ibu, dia tidak tahu jika aku bersenang-senang dengan nya.
Dan Ja eun dengan tiba-tiba mengatakan ingin membunuhnya? apa dia serius mengatakan nya, atau hanya karena marah saja padaku?

OLD SECRETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang