Menetap atau pergi

1.8K 201 42
                                    


Aku memutuskan untuk kembali ke apartemen. Jaeun ternyata masih ada disana, dia tidak pergi ke sekolah.

"kenapa? kau terlihat seperti orang yang tidak punya uang"
"kau tidak membangunkan ku, jadi aku tidak sekolah" mendelik

"aku juga tidak sekolah" menyimpan koper lalu duduk

"kau di usir?"
"tidak"
"lalu?"
"ya aku ingin tinggal sendiri saja" tersenyum

"jika tidak sekolah kenapa kau memakai seragam?"
"aku juga terlambat" membuka baju

Jaeun memperhatikan ku.

"kau sudah menemui Harin?"
"kenapa kau tahu?"

Jaeun menghela napas sambil menunjuk leher ku.

"ah ini.." membuka koper untuk mengambil baju

"dia melakukan nya padamu? apa saja yang kalian lakukan?" dia mendekati ku dengan wajah yang penasaran

Aku membayangkan lagi saat bersam Harin tadi.

"heh" Jaeun membuyarkan lamunanku
"ini alergi, pikiranmu mesum ya" menyangkal
"kita berteman dari kecil, kau pikir bisa membohongiku?" menatap mata

Aku mengalihkan pandanganku.

"aku tidak perlu memberitahumu, kau pasti sudah bisa menebaknya"
"kau sudah dewasa ya" menepuk kepala ku
"tentu saja"
"jadi karena itu kau melakukan adegan dewasa?"
"ishh kau ini" menepis tangan nya

Jaeun merapihkan poni ku dengan tatapan yang begitu dalam.
"apa ini?"
"tidak, aku hanya ingin merapihkan nya saja"
"Jaeun.."
"kenapa? ibu mu pasti mengancam mu?"

Aku mengangguk mengiyakan apa yang Jaeun katakan.

"apa yang dia katakan?"
"ibu akan menghubungi ayah, dia mengatakan jika ayah akan lebih memilih membunuhku daripada citra nya rusak"

"sungguh? astaga.."
"bagaimana jika aku mati?" menatap serius
"diam kau" menampar kecil pipi ku

Aku duduk di tempat tidur sambil menghela napas.

"sooji ikut saja bersama ku"
"kemana?"
"ke luar negeri"
"ah yang benar saja" merebahkan diri ke tempat tidur

"aku serius sooji, kita tinggal disana, kau akan aman disana"

Apa itu ide yang bagus? aku harus pergi meninggalkan kota ini? kenapa aku berpikir jika itu bukan ide yang buruk, apa karena aku takut?

"turuti kemauanku kali ini saja..aku tidak mau jika kau mati konyol karena orang tua palsu mu"

Jika aku ikut, bagaimana dengan Harin? apa aku harus meninggalkan nya lalu melupakan hubungan kita?

"sooji?"
"aku bingung..aku belum bisa menjawabnya sekarang"
"bingung karena Harin?"

Dia benar-benar sangat peka.

"hari ini dia ulang tahun, aku tidak memberikan apapun bahkan ucapan pun tidak" menghela napas

"hidupmu kenapa begitu rumit?"
"entahlah, aku pun heran" memeluk guling

"berikan saja celana dalam dengan gambar wajahmu"
"dasar gila" sedikit tertawa
"ikut ya ke luar negeri" Jaeun membaringkan diri di sampingku

"lihat ini" menunjukan notif pesan dari Harin yang bertanya aku berada dimana
"balas saja lagi di apart sama Jaeun" mengejek ku

Aku membalas pesan nya dengan mengirim foto Jaeun yang sedang berbaring di sampingku.
Harin membaca nya lalu dia menelpon ku.

"kau sedang apa bersama dia? kenapa dia tiduran di sebelahmu? apa kau pulang karena ingin bersama nya? sungguh?" Harin bicara dengan cepat

"kenapa diam saja?!" berteriak di telpon
"aku harus jawab yang mana dulu?" bicara dengan nada lembut

Jaeun menatapku dengan tatapan yang jijik.

"kenapa kau pulang? kau kesal pada Doah?"
"itu kau tahu"
"kau ini seperti anak kecil saja"
"memang aku anak kecil, maka nya kau harus sering menyusuiku" bicara dengan pelan
Harin tertawa mendengarnya.

Saat selesai menelpon aku melihat Jaeun memperhatikan ku dari tadi dengan tatapan yang mengintimidasi.

"pendengaranku ternodai" Jaeun menutup telinga nya
"apa sih"
"kau kekurangan susu? apa ibu mu tidak menyusuimu?"
"dia tidak menyusuiku"

Wajahnya terlihat merasa bersalah sekarang.

"aku tidak bermaksud seperti itu..aku tadi hanya ingin mengejekmu soal pembicaraanmu dengan Harin"

"kenapa kau panik? kan aku memang anak pungut"
"kau tidak sedih?"
"tidak" berbohong
"mau jalan-jalan?"
"boleh"

Kami berdua pergi keluar untuk bersenang-senang, aku tahu Jaeun melakukan nya untuk menghiburku. Dia yang paling mengerti, aku beruntung mempunyai Jaeun sebagai sahabatku.
Kami pulang larut malam dengan keadaan mabuk, lalu tidur hingga pagi tiba.
Aku dan Jaeun pergi ke sekolah bersama.
Saat sampai di sekola Jaeun tiba-tiba berlari meninggalkanku.

"kau mau kamana?" teriak ku
"ke toilet, poop!" menjawab sambil berlari cepat

Itu pasti karena dia minum banyak semalam.

"ikuti aku" ucap Do ah yang menyusulku dari belakang

"ikuti aku" ucap Do ah yang menyusulku dari belakang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di ikuti Dayeon dan juga Wooyi.

Aku bingung tapi tetap mengikuti mereka.
Mereka berjalan menuju atap sekolah.

"kenapa kau mengajak ku kesini?"

Dayeon tiba-tiba menendang perutku, dan aku terjatuh karena itu.

"kau gila?!" aku bangun lalu menamparnya

"sudah aku peringatkan untuk menjauhi Harin" Doah menarik kerah baju ku

"kenapa kau tidak peringati Harin saja untuk menjauhiku?"

Do ah mendorongku lalu mencoba untuk menjatuhkan aku ke bawah.
Tangan ku dengan kuat menahan ke benteng yang ada di dekatku. Kepala ku mendongak dan bisa melihat dengan jelas pemandangan di bawah.

"kau ingin mengatakan apa sebelum mati?"

"kau ingin membunuhnya?" wooyi terlihat panik

"jangan gegabah Do ah" ucap dayeon

Dengan sisa tenaga aku menendang Do ah.

"brengsek!!" melepaskan dasi lalu berjalan menghampiri Do ah

Tangan Do ah mengeluarkan sesuatu dari saku seragam nya.
Dia bangun sambil menodongkan pisau kecil padaku.

"jika kau berjalan satu langkah lagi aku akan menusukmu" perlahan mundur

Aku terus mendekati nya tanpa rasa takut.

"menjauh !!" pisau nya melayang mengenai wajahku

Karena itu tetesan darah keluar dari pipi ku.
Aku mengambil pisau itu, saat aku akan mendekat pada Do ah ponsel ku berbunyi.
Ibu mengirim aku pesan foto jika ayah sedang berada di pesawat untuk pulang ke rumah.

Aku menghela napas lalu mencengkram pisau itu.

"sooji tanganmu.." wooyi terlihat panik melihat darah yang mengalir di tanganku

OLD SECRETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang